Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

Distosia Kelainan Jalan Lahir



Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan lahir lunak seperti vulva, vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
B. Rumusan Masalah
1.      Pengertian distosia pada persalinan karena kelainan jalan lahir.
2.      Etiologi distosia pada persalinan karena kelahiran jalan lahir.
3.      Patofisiologidistosia pada persalinan karena kelahiran jalan lahir.
4.      Macam – macam distosia kelaina panggul
5.      Penanganan distosia pada persalinan karena kelahiran jalan lahir.
 
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
     1. Panggul besar (Pelvis Mayor)
         Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :
         a. 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga buah tulang :
             1. Tulang Usus (Os. Ilium)
·           Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian     atas dan bagian belakang tulang panggul
·           Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista
iliaca
·           Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol : spina iliaca
 anterior superior dan spina iliaca posterior superior
             2. Tulang Duduk (Os. Ischium)
-            Terdapat disebelah bawah tulang usus
-            Pinggir belakang menonjol : spina ischiadica
- Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan
    saat duduk disebut tuber ischiadicum
             3. Tulang Kemaluan (Os. Pubis)
                 - Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus
                 - Dengan tulang duduk dibatasi foramen obturatum
     - Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus:
                   ramus superior ossis pubis
         b. 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)
             Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil 
             dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua     
      tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan
             erat.
         c. 1 tulang tungging (Os. Coccygis)
             Berbentuk segitiga dengan ruas tiga sampai lima buah dan bersatu. 
             Pada saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang
             sehingga memperluas jalan lahir
Distosia karena kelainan panggul dapat berupa :
1.      Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2.      Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm
kurang dari ukuran yang normal.
Distosia Karena Panggul Sempit:

a)    Distosia Kelainan Bidang Tengah Panggul
a.      Pengertian
Adalah bidang tengah pangul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spina ischiadica  yang menyentuh  sacrum  dekat pertemuan antara sacral  ke 4 dan ke 5.
 Ukuran terpenting dalam bidang tengah panggul, adalah:
1.      Diameter transversa ( diameter antar spina) 10½ cm.

2.      Diameter anteroposterior dari pinggir bawah sympisis ke pertemuan antara sacral ke 4 dan 5 adalah 11½ cm
 3.      Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4
dan 5 adalah 5 cm. Ukuran bidang tengah panggul tidak dapat di peroleh dengan cara klinis, tapi harus di ukur dengan rontgen, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang  tengah panggul jika,
a.       Spina ischiadika sangat menonjol
b.      Dinding samping panggul konvergen
c.       Kalau diameter antar tuber ischiadika 8½ cm atau kurang
b.      Etiologi
·         Penyakit tulang seperti rachitis
·         Tumor pada tulang panggul
·         Trauma panggul
c.       Pengaruh
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika diameter antar kedua spina ≤ 9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.
d.      Penanganan
Jika persalinan berhenti  karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya di pergunakan ekstrasi vacuum, karena ekstrasi forceps kurang memuaskan berhubung forcep memperkecil ruangan jalan lahir.

b)   Kesempitan Pintu Bawah Panggul
a.       Pengertian
Kesempitan pintu bawah panggul adalah  jika diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm , maka sudut arkus  pubis mengecil pula sehingga timbul kemacetan pada jalan lahir ukuran biasa
Ukuran  pentig dalam pintu bawah panggul
1.      Diameter transversa 11 cm
2.      Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum 11½ cm
3.      Diameter sagitalis posterior dari pertengahan antar tuberum ke uung os sacrum 7½ cm.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. Jika jarak inti berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing.Oleh karena itu, besarnya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.

Jika segitiga depan dibatasi oleh arkus pubis, segitiga belakang tidak mempunyai batas tulang sebelah samping.
Oleh karena  itu, jelaslah bahwa jika jarak antarkedua tuberisiadika sempit, kepala akan dipaksa keluar ke sebelah belakang dan mungkin  tidaknya persalinan bergantung pada besarnya segitiga belakang. Lahirnya kepala pada segitiga yang belakang biasanya menimbulkan robekan perineum yang besar.
Menurut Thoms distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior < 15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi.Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang dapat diselesaikan dengan forseps dan dengan episiotomi yang cukup luas.

b.      Etiologi
Adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan padajaringan lunak panggul

c.       Pengaruh
a.       Pada ibu
·         Persalinan akan berlangsung lama
·         KPD
·         Tali pusat menumbung
·         Rupture uteri
b.      Pada Janin
·         Ineksi intra partal
·         Kematian janin intra partal
·         Perdarahan intracranial
·         Caput sucsedenum
·         Sefalohematom

1.    Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.
2.    Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua fakto ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis
2.      Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada pembukaan serviks
3.      Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung
3.    Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
4.    Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

PENUTUP
·        
A.    Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang merupakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi karena kelainan ukuran jalan lahir keras atau panggul. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap untuk dapat dilakukan asuhan yang sesuai.

B.    Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan beberapa saran :

Bagi tenaga kesehatan
Peran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan dalam merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yang segera dan sesuai dengan kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Bagi pasien
Tindakan yang cepat dan tepat bisa dilakukan apabila ibu bersalin yang mengalami kesempitan PAP segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat atau rumah sakit.
 

1.      Prawirohardjo S dkk. 1986. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
2.      Mochtar R. 1999. Sinopsis Obstetri, Edisi Kedua. EGC: Jakarta
3.      Prawirohardjo S. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
4.      Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8th ed, Appleton and Lange, Norwalk, 1994