Makalah Tanda Baca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia
yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau
menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam penulisanpun masih terjadi
kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna,
padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata
bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa
Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke
perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan
berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Yang mengkhawatirkan
ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia,
karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh
masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus
negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan
memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar tentang kata serapan dan
tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat menerapkan aturan berbahasa
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam acara-acara
resmi.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
tentang enulisan kata serapan dan penggunaan tanda baca ini ialah:
a.
Apa
yang dimaksud dengan tanda baca.
b.
Apasaja jenis-jenis dari
tanda baca.
c.
Apasaja contoh-contoh
penggunaan dari tanda baca.
C.
Tujuan
Makalah ini disusun agar kita semua lebih
memahami tentang tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan
dipermudah dengan adanya satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap
golongan masyarakat Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena
segala hal tentang kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam
satu makalah ini.
Dan ini juga akan dipersentasikan dikelas dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia. Serta penyusun mengharapkan dengan makalah ini
dapat menyadarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang bagaimana
pentingnya penggunaan tata bahasa yang benar, sehingga selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tanda baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan
dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu
tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
B.
Jenis-Jenis Tanda Baca dan Contoh Penggunaannya
1. Tanda Titik ( . )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus
diberi jarak satu ketukan.
b. Tanda
titik
dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
·
Irwan
S. Gatot
·
George
W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap,
tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
Contoh: Anthony Tumiwa
c. Tanda titik
dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Contoh:
· Dr. (doktor)
· S.E. (sarjana ekonomi)
· Kol. (kolonel)
· Bpk. (bapak)
d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda
titik.
Contoh:
Contoh:
· dll. (dan lain-lain)
· dsb. (dan sebagainya)
· tgl. (tanggal)
· hlm. (halaman)
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
· Pukul 7.10.12 (pukul 7
lewat 10 menit 12 detik)
· 0.20.30 jam (20 menit,
30 detik)
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
· Nama Ivan terdapat pada
halaman 1210 dan dicetak tebal.
· Nomor Giro 033983 telah
saya berikan kepada Mamat.
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
· DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat)
· SMA (Sekolah Menengah
Atas)
· PT (Perseroan Terbatas)
· WHO (World Health
Organization)
· UUD (Undang-Undang
Dasar)
· SIM (Surat Izin
Mengemudi)
·
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
i. Tanda titik
tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang.
Contoh:
· Cu (tembaga)
· 52 cm
· l (liter)
· Rp350,00
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
· Latar Belakang
Pembentukan
· Sistem Acara
· Lihat Pula
2
Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli
udang, kepiting dan ikan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti,
tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
·
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
· Karena sibuk, ia lupa
akan janjinya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Contoh:
·
Oleh
karena itu, kamu harus datang.
·
Jadi,
saya tidak jadi datang.
f. Tanda koma
dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
Contoh:
·
O,
begitu.
·
Wah,
bukan main.
g. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
h. Tanda koma
dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh:
Contoh:
·
Medan,
18 Juni 1984
·
Medan,
Indonesia.
i. Tanda koma
dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan,
1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia
Indonesia.
j. Tanda koma
dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
k. Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Rinto Jiang, S.E.
Contoh: Rinto Jiang, S.E.
l. Tanda koma
dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
·
33,5
m
·
Rp10,50
m. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
n. Tanda koma
dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana Rex
tinggal?" tanya Stepheen.
3.
Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu
sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Contoh:
·
Kita sekarang memerlukan
perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Fakultas
itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Borgx
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
Sekretaris
: Ivan Lanin
Wakil Sekretaris : Irwan Gatot
Bendahara
: Rinto Jiang
c. Tanda titik dua
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
d. Tanda titik dua
dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda titik dua
dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
f. Tanda titik dua
tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2)
hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
b. Tanda hubung
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
· p-e-n-g-u-r-u-s
· 8-4-1973
c. Tanda hubung dapat dipakai untuk
memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
Bandingkan:
· ber-evolusi dengan
be-revolusi
· dua puluh lima-ribuan
(20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
· Istri-perwira yang ramah
dengan istri perwira-yang ramah
d. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh:
Contoh:
· se-Indonesia
· hadiah ke-2
· tahun 50-an
· ber-SMA
· KTP-nya nomor 11111
· sinar-X
· Menteri-Sekretaris
Negara
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
· di-charter
· pen-tackle-an
6.
Tanda Pisah (–, —)
a. Tanda pisah em
(—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya
harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
b. Tanda pisah em
(—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah en
(–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau
di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
Contoh:
· 1919–1921
· Medan–Jakarta
· 10–13 Desember 1999
d. Tanda pisah en
(–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama
tanda kurang (−).
Contoh:
· dari
halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
· antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara
tahun 1492–1499
· −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
7.
Tanda Elipsis (...)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang
dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga
buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya
dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
·
Kapan
ia berangkat?
·
Saudara
tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam
tulisan ilmiah.
b. Tanda tanya
dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Contoh:
· Ia dilahirkan pada tahun
1683 (?).
· Uangnya sebanyak 10 juta
rupiah (?) hilang.
9.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Contoh:
Contoh:
- Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
- Bersihkan meja itu sekarang juga!
- Sampai hati ia membuang anaknya!
- Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di
dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
10.
Tanda Kurung ((...))
a. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh:
· Satelit Palapa
(pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit
domestik di Indonesia.
· Pertumbuhan penjualan
tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam
negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Contoh:
·
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a)
· Pembalap itu berasal
dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu
urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang
berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis
ulang kalimatnya.
Contoh:
· Tidak tepat: Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
· Tepat: Nikifor Grigoriev
(c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang
pemimpin Ukraina.
· Tepat: Nikifor Grigoriev
(c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai
Matviy Hryhoriyiv.
11.
Tanda Kurung Siku ([...])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi
gemerisik.
b. Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik ("...")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
·
"Saya
belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
· Pasal 36 UUD 1945
berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Contoh:
· Bacalah "Bola
Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
· Karangan Andi Hakim
Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan
dalam Tempo.
· Sajak "Berdiri
Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
·
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
·
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
d. Tanda petik penutup
mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
·
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
·
Bang Komar sering
disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13. Tanda Petik
Tunggal ('...')
a. Tanda petik tunggal
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Contoh:
·
Tanya
Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
· "Waktu kubuka pintu
depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap
seketika," ujar Pak Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
14.
Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring
dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
Contoh:
· No. 7/PK/1973
· Jalan Kramat III/10
· tahun anggaran 1985/1986
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per
atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
· harganya Rp125,00/lembar
(harganya Rp125,00 tiap lembar)
·
kecepatannya
20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
· 7/8 atau 7⁄8
· xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda
aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus
matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat
dipakai.
Contoh: .
Contoh: .
c. Tanda garis miring
sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh:
Contoh:
·
Ali
'kan kusurati. ('kan = akan)
·
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
· 1 Januari '88 ('88 =
1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
BAB III
PENUTUP
Bagaimanapun juga penggunaan tanda baca yang baik &
benar sangat penting dalam menulis artikel. Bayangkan jika kita membaca sepuluh
paragraf tanpa titik atau koma, akan sangat membingungkan bukan? Apalagi ketika
kita hanya bisa mendengar dan dibacakan.
Tidak hanya untuk mendukung keterbacaan penggunaan tanda
baca yang benar sangat berpengaruh terhadap kualitas tipografi artikel
tersebut. Beberapa contoh tanda baca yang sering digunakan — tetapi tidak umum
seperti titik, koma, tanda seru & tanda Tanya.
Mungkin kita kurang mempedulikan
penggunaan tanda baca tersebut. Memang cukup merepotkan jika kita
mengimplementasikan pada tiap artikel, tetapi itulah seni dalam tipografi.
Tidak ada salahnya berusaha tampil “sempurna” dalam artian kita menggunakan
kaidah-kaidah penulisan secara benar.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa
Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
·
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa
Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.