ASUHAN NEONATUS PERTOLONGAN PADA ANAK TENGGELAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO),
mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak
sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu
lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut
sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang
disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir.
selama tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat
kecelakaan, dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang
sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang.
Tenggelam
merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan kematian. Tenggelam telah
didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia dimana terisi dengan
cairan, biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion. Pada Kongres Dunia
Tenggelam tahun 2002, yang diadakan di Belanda, sekelompok ahli menyarankan
consensus untuk mendefinisikan tenggelam agar menurunkan kebingungan dari
penggunaan dan definisi (>20) merujuk kepada proses ini yang telah timbul
dalam literature. Kelompok ini mempercayai bahwa keseragaman definisi akan
membuat analisis lebih akurat dan perbandingan studi, dimana para peneliti bisa
menggambarkan kesimpulan yang lebih bermakna dari data yang dikumpulkan, dan
meningkatkan kemudahan surveillance serta aktivitas pencegahan.
mengingat pada
kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat karena
dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang selanjutnya
akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan
resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan
kematian dalam 24 jam setelah kejadian.
Dalam hal ini,
maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam harus dilakukan
secara cepat dan tepat untuk menghindari Pertolongan pertama dalam
kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara
waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit
mendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia
pada saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.
Pada korban
dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang harus
dilakukan segeraterjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang
lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus
dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk,
mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian Tenggelam
2. Dasar – Dasar Pertolongan Pertama
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Kondisi
Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam
6. Komplikasi
7. Klasifikasi Tenggelam
8. Kegawat Daruratan Tenggelam
9. Penatalaksanaan Tenggelam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Drawning ( Tenggelam)
Tenggelam
( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam
pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.
Tenggelam menjadi
salah satu penyebab kematian yang terbilang cukup sering. Pada hakikatnya
kematian yang menimpa korban tenggelam terjadi akibat adanya sumbatan jalan
pernafasan serta kekurangan oksigen (hipoksia). Korban tenggelam harus segera
di bawa ke permukaan untuk mendapatkan Resusitasi jantung Paru (RJP). RJP yang
dilakukan di air memang merupakan tindakan yang berrisiko tinggi bagi kedua
belah pihak, korban dan penolong. Akan tetapi jika penolong telah terlatih dan
mumpuni, langkah ini masih mungkin jadi pilihan penyelamatan.
Begitu
penderita sampai ke darat, Resusitasi jantung Paru dapat cepat dilaksanakan
dengan frekuensi lima siklus sebelum penolong meminta bantuan. Tindakan
menyapu mulut dengan jari tak perlu dilaksanakan karena untuk kasus tenggelam,
si korban mengalami kekurangan oksigen dan air tidak lagi dianggap sebagai
benda asing yang memicu penyumbatan.Tenggelam dapat terjadi di mana-mana, baik
itu di laut atau danau, bahkan di lingkungan sekitar seperti kolam renang.
Kasus tenggelam sering kali menimpa anak-anak karena banyak orang tua yang
terkadang membiarkan anak berenang tanpa pengawasan. Agar dapat terhindar dari tenggelam,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
· anak yang sedang berenang harus
terus dipantau
· menghindari konsumsi minuman keras
sebelum berenang ataupun di dekat kolam renang
· akses atau pintu masuk menuju kolam
renang harus terus di pantau
· peralatan penyelamat mulai dari
pelampung hingga ban penyelamat harus selalu terletak di dekat area renang
· Jika memiliki kolam renang di rumah,
jangan ragu untuk meletakkan telepon di dekat kolam renang. Hal ini bertujuan
agar para orang tua tetap dapat menerima telepon tanpa meninggalkan pengawasan
pada anak yang sedang berenang. Menghindari posisi meja dan kursi yang berada
dekat dengan kolam renang agar anak tidak memanjatnya.
B.
Dasar-dasar
Pertolongan Pertama
Pertolongan
Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan
tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum korban mendapatkan perawatan
dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita
sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh
orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas
kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat
sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.
Pertolongan
Pertama pada anak yang tenggelam bisa terjadi dimana saja, baik di sungai, laut
ataupun di kolam renang. Bila pernapasan kemasukan air, maka bisa menyebabkan
kesulitan bernapas (berhenti bernapas).
Tenggelam
adalah penyebab utama kematian terkait cedera di kalangan anak-anak usia 1
sampai 4 – dan penyebab utama kedua kematian pada anak-anak 14 dan di bawah.
Anak-anak muda khususnya beresiko karena mereka penasaran, cepat, dan tertarik
pada air tetapi belum dapat memahami betapa berbahayanya. Kabar baiknya adalah
bahwa beberapa tindakan pencegahan dapat mencegah sebagian besar tenggelam.
Jika anak
Anda adalah korban tenggelam pertolongan pertama yang dapat diberikan, yaitu
Pertolongan :
1. Jika anak sulit bernafas atau tidak
bernafas, letakkan di tempat yang Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah
dengan meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar
dada anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
2. Jika anak bernafas tetapi tidak
sadar, gulingkan badan¬nya agar lidah anak tidak menutup jalan nafas
3. Jika orang yang tidak bisa berenang
melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat
pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan
anak.
4. Jika anak sulit bernafas atau tidak
bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah dengan
meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada
anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
5. Jika anak bernafas tetapi tidak
sadar, gulingkan badan¬nya agar lidah anak tidak menutup jalan
6. Jika orang yang tidak bisa berenang
melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat
pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan
anak.
Proses
Pernapasan Buatan :
1. Baringkan anak dengan kepala ditarik
perlahan ke belakang, agar jalan napas terbuka.
2. Longgarkan seluruh pakaian yang di pakai
3. Buka mulut anak dengan menekan
rahangnya perlahan dengan satu tangan, jaga tangan jangan sampai menekan leher.
Kemudian pencet
4. Tempelkan mulut anda ke mulut anak
sama seluruh mulut menutup bibir anak.
5. Hembuskan napas kuat-kuat ke dalam
mulutnya, sampai terlihat gerakan naik turun pada dada. Kalau ini terjadi, Anda
telah melakukannya dengan benar.
Cara
terhindar dari ancaman tenggelam :
1. Setiap anak yang sedang berenang
2. Harus selalu diawasi.
3. Hindari minum minuman keras sebelum
berenang atau dekat kolam
4. Pintu masuk atau akses ke kolam
renang harus selalu dalam
5. Peralatan penyelamat seperti
pelampung atau ban penyelamat harus selalu dekat dengan kolam renang atau area
berenang.
6. Bila punya kolam renang di rumah,
letakkan telepon dekat dengan kolam Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa
meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang.
7. Hindari meletakkan meja dan kursi
dekat kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya.
8. Tenggelam pun bisa terjadi pada
orang dewasa, jadi pengawasan tetap
9. Ikutkan salah seorang anggota
keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat
menolong.
Pada dasarnya semua kondisi darurat
harus dapat segera dilakukan tindakan cepat guna melakukan pertolongan. Hal ini
membutuhkan suatu pengetahuan bagi orang sekitar tentang teknik P3K.
C.
Etiologi Tenggelam pada
Anak
Biasanya
kejadian tenggelam terjadi disebabkan beberapa faktor :
1. Terganggunya kemampuan fisik akibat
pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia,
syok, cedera, atau kelelahan
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut
ketika berenang
D.
Manifestasi
Klinik
1. Koma
2. Peningkatan edema paru
3. Kolaps sirkulasi
4. Hipoksemia
5. Asidosis
6. Timbulnya hiperkapnia
E.
Kondisi
Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam
1. Kurang pengawasan terhadap anak
terutama yang berusia 5 tahun ke bawah
2. Tidak memakai pelampung ketika
menjadi penumpang angkutan air
3. Kondisi air melebihi kemampuan perenang,
arus kuat dan air yang sangat dalam
4. Ditenggelamkan dengan paksa oleh
orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan atau permainan di luar batas.
F.
Komplikasi
1. Ensefalopati Hipoksi
2. Tenggelam sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disritmia ventricular
6. Gagal Ginjal
7. Nekrosis pancreas
8. Infeksi
G.
Klasifikasi
Tenggelam
Beberapa klasifikasi tenggelam menurut Levin dalam
Arovah (2009) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan
Kondisi Paru-Paru Korban
a. Typical
Drawning :Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
korban saat korban tenggelam.
b. Atypical
Drawning
·
Dry Drowning
Keadaan dimana
hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
· Immersion
Sering terjadi
pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit
jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami Syndrom
Terjadi terutama
pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20°C )
yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia,
dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya
aliran darah koroner dan sirkulasi serebral.
·
Submersion of the Unconscious
trauma kepala saat masuk ke air .
·
Delayed Dead
Keadaan dimana
seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari
suatu episode tenggelam.
2. Berdasarkan
Kondisi Kejadian
a. Tenggelam
(Drowning)
Suatu keadaan
dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang
banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian
epiglotis akan mengalami spasme
yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta
hanya dapat dilalui oleh udara yang
sangat sedikit.
b. Hampir
Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita
masih bernafas dan membatukkan air keluar.
H. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan
80 – 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat
mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen,
bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau
menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi
berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air
dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi
pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen
arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua
organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi
otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan
peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang
tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3
menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 –
10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali
setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang
waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat
resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi
albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif
akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,
asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5. Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar
cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru,
cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan
keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan
elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan
Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi
air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat
mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena
kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.
I. Penatalaksanaan
Korban Tenggelam
Penanganan pada korban tenggelam dibagi
dalam tiga tahap, yaitu:
1.
Bantuan Hidup Dasar
Penanganan
ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama pada perbaikan
jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang mengalami
penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan
pada saat korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap
penyelamatan adalah mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa
mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban.
Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung,
seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan
penyelamatan. Cedera servikal biasanya jarang pada korban tenggelam, namun
imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.
2.
Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
·
Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada
·
Listen, yaitu mendengarkan suara napas
·
Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas
Penanganan pertama pada korban
yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal setelah pembersihan jalan
napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas buatan dengan rasio 30:2.
Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose,
mouth to mask, dan mouth to neck stoma.
Penanganan utama untuk korban tenggelam pemberian napas bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 – 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama <5 menit, pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan. Namun, bila korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan dilanjutkan selama 1 menit, kemudian bawa korban langsung ke daratan tanpa diberikan napas buatan.
Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami henti jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.
Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.
Penanganan utama untuk korban tenggelam pemberian napas bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 – 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama <5 menit, pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan. Namun, bila korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan dilanjutkan selama 1 menit, kemudian bawa korban langsung ke daratan tanpa diberikan napas buatan.
Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami henti jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.
Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.
3. Bantuan hidup lanjut
Bantuan hidup lanjut pada korban
tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat
dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung oksigen.1 Oksigen yang
diberikan memiliki saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini, keadaan
korban belum membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal.
Contoh Cara RJP pada Anak
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat
dengan masalah pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan
penyokong kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi
korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi.
Korban dikatakan hampir tenggelam apabila korban dapat bertahan hidup dalam
24 jam pertama. Apabila tidak dilakukan penanganan segera maka sebagian besar
pasien mengalami kerusakan organ yang multipel dimana otak merupakan organ yang
sangat peka dalam hal ini. Patofisiologi korban hampir
tenggelam sangat tergantung kepada jumlah dan sifat cairan yang terhisap serta
lamanya hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu, tindakan di luar rumah sakit atau
di tempat kejadian tenggelam menentukan hasil tindakan di rumah sakit dan
prognosa selanjutnya.
Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan status
neurologis. Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis supportif
sedangkan penderita yang termasuk dalam kategori C membutuhkan tindakan untuk
mempertahankan kehidupan dan perawatan intensif. Juga harus dicari dan
ditangani trauma yang timbul, seperti masalah kejang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Penanganan
Kegawatdaruratan Tenggelam. (online), available : http://www.medicinesia.com/harian/penanganan-kegawatdaruratan-tenggelam/
(diakses 20 september 2011)
Fitriasari, Nur Dian. 2011. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam. (online), available : http://sanchakadheeyansamarathungga.blogspot.com/2011/01/kegawat-daruratan-pada-korban-tenggelam.html
(diakses tanggal 20 september 2011)
Perwira, Satria. 2008. Drowning (Tenggelam).
(online),available. http://satriaperwira.wordpress.com/2008/06/03/drowning-tenggelam
(diakses tanggal 20 september 2011)