Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

Posisi Persalinan Normal



Menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang  dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada  awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupunb bayi berada dalam kondisi baik. Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi  yang umumnya belangsung kurang dari 24 jam. (Sujiyatini, dkk, 2011 : 1)
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung. Posisi persalinan mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi meneran bila posisi bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. (Sumarah, dkk,  2009 : 102)
Tabel 2.1.
Posisi Persalinan
Posisi
Alasan / Rasionalisasi
Duduk atau Semi Duduk
Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/men-support perineum.
Posisi Merangkak
Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum.
Berjongkok atau Berdiri
Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan untun meneran.
Berbaring miring kekiri
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi.
 (Rohani, dkk, 2011 : 123)
Posisi persalinan normal  ada 6 yaitu :
1.      Posisi Miring atau Lateral
Posisi miring membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena suplay oksigen tidak terganggu dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir. (Sumarah, dkk,  2009 : 102)  
Posisi ini mengharuskan si ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir. Posisi kepala bayi dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Dalam  kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi miring. Arah posisi ibu tergantung pada letak ubun-ubun bayi. Jika berada dikiri ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi, bisa berputar, jika berada dikanan ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kanan sehingga bayi diharapkan bisa berputar. (Rohani, dkk, 2011 : 123)

Gambar 2.1

Posisi Miring / Lateral
Keuntungan :
1.      Oksigenisasi janin maksimal karena dengan miring kekiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancar.
2.      Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
Mencegah terjadinya laserasi. (Sulistyawati, dkk, 2010 :105)
Keuntungan :
1.      Perdarahan balik ibu berjalan lancar, sehingga pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu.
2.      Kontraksi uterus lebih efektif.
3.      Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Karena tidak terlalu menekan proses pembukaan akan berlangsung sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 50)
2.      Posisi Jongkok
 Posisi jongkok membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri. (JPNK-KR, 2007 : 82).
Posisi jongkok memudahkan penurunan kepala janin ,memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Posisi jongkok dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Jika kandung kemih penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi yang alami. Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi (Rohani, dkk, 2011 : 50).
Gambar 2.2

Posisi Jongkok dan berdiri

Keuntungan :
1.      Memperluas rongga panggul, diameter tranversa bertambah 1 cm dan diameter anteroposterior bertambah 2 cm.
2.      Persalinan lebih mudah.
3.      Posisi ini menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.
4.      Mengurangi trauma pada perineum. (Rohani , dkk , 2011 : 50)
3.      Posisi Merangkak
Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan memudahkan ibu beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum. (JPNK-KR, 2007 : 82)
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)
 Pada posisi ini ibu merebahkan badan dengan posisi merangkak, kedua tangan menyanggah tubuh dan kedua kaki ditekuk sambil dibuka. (Rohani, dkk, 2011 : 51).
lihat gambar2.1 sebelah kiri
Keuntungan :
1)      Membantu kesehatan janin dalam penurunan lebih dalam ke panggul.
2)      Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit.
3)      Membantu janin dalam melakukan rotasi.
4)      Peregangan minimal pada perineum. (Sulistyawati, dkk, 2010 : 105)

Keuntungan :
1.      Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan.
2.      Mengurangi rasa sakit.
3.      Mengurangi keluhan hemoroid. (Rohani, dkk, 2011 : 51)
4.      Posisi Semi Duduk
Posisi ini posisi yang paling umum diterapkan diberbagai RS/RSB di segenap penjuru tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu merasa nyaman. (Rohani, dkk, 2011 : 52)
Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum. (Sumarah, dkk, 2009 : 102)

Gambar 2.4
Posisi Semi Duduk

Keuntungan :
1)      Memudahkan melahirkan kepala bayi.
2)      Membuat ibu nyaman.
3)      Jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah. (Rohani, dkk, 2011 : 144)
Keuntungan :
1)      Membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi menurunkan janin ke dasar panggul.
2)      Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum. (Sulistyawati, Ari, dkk, 2010 : 105)
5.      Posisi duduk
Pada posisi ini, duduklah diatas tempat tidur dengan disangga beberapa bantal atau bersandar pada tubuh pasangan. Kedua kaki ditekuk dan dibuka tangan memegang lutut dan tangan pasangan membantu memegang perut ibu. (Rohani, dkk, 2011 : 52)
Menurut  Sumarah (2009 : 102) dengan posisi duduk penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.  
Keuntungan :
1)   Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi.
2)   Memberi kesempatan untuk istirahat di antara dua kontraksi.
3)   Memudahkan melahirkan kepala bayi. (Rohani, dkk, 2011 : 53)
Gambar 2.5.

Posisi Duduk

6.      Posisi berdiri
Menurut Rohani (2011:53) menyatakan bahwa pada posisi ini ibu disangga oleh suami dibelakangnya. Sedangkan menurut Sumarah (2009:102) menyatakan bahwa pada posisi berdiri memudahkan penurunan kepala janin, memperluas rongga panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.
Keuntungan :
1)      Memanfaatkan gaya grafitasi.
2)      Memudahkan melahirkan kepala.
3)      Memperbesar dorongan untuk meneran.(Rohani , dkk , 2011 : 145)


makalah hiperemesis gravidarum

          


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
         Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan umum :
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hiperemesis gravidarum yaitu mual muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.

Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

C.     Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa
     Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga menambah wawasan.
3. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,karena terjadi dehidrasi (Mochtar,1998)
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)


B.     ETIOLOGI

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti
Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :
1.      Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda  hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
2.      Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini.Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak
3.      Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien

C.    PATOFISIOLOGI
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati

D.    DIAGNOSA
1.      Anamnesa                            : Amenore, tanda kehamilan muda,muntah terus menerus
2.       Pemeriksaan fisik                : KU = lemah
a.    Kesadaran= apatis sampai koma
b.    Nadi >100 x/menit
c.    Tekanan darah menurun
d.   Suhu meningkat
3.      Pemeriksaan penunjang :      Kadar Na dan Cl turun

E.     KLASIFIKASI
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
   1) Dehidrasi : turgor kulit turun
   2) Nafsu makan berkurang
   3) Berat badan turun
   4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
   1) Turgor kulit makin turun
   2) Lidah kering dan kotor
   3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
   1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
   2) Nadi kecil karena volume darah turun
   3) Suhu badan meningkat
   4) Tekanan darah turun
c. Liver
   Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
   Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
   1) Oliguria
   2) Anuria
   3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa                          lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
   1) Nistagmus
   2) Diplopia
   3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
   Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
   1) Ikterus semakin berat
   2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
   Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

F.     PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah :
1.      Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi
2.      Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)
3.      Hindari makanan berminyak dan berbau
4.      Defekasi teratur

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepertiAvopreg,Avomin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin. Antasida
2.      Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.      Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4.        Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5.      Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6.     Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C,   karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.                             Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.                  Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
H.    PROGNOSIS
            Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.
I.       KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a.         Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan psikologis.
b.        Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian makalah ini dapat ditarik kesimpulan:

1.      Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)

2.      Diagnosa
a. Anamnesa                             : Amenore, tanda kehamilan muda,muntah terus menerus
b. Pemeriksaan fisik                : KU = lemah
  Kesadaran= apatis sampai koma
  Nadi >100 x/menit
  Tekanan darah menurun
  Suhu meningkat
c. Pemeriksaan penunjang :     Kadar Na dan Cl turun

3.      Penatalaksanaan
Obat-obatan, Isolasi, Terapi psikologik, Cairan parenteral, Penghentian kehamilan, Diet.

B.     SARAN
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.



DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif dkk : Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta,2001
Mochtar,Rustam:Sinopsis Obstetri.Jakarta,1998