Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

(SAP) Makanan Pendamping ASI

       
                          SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                :  Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi
Sub Topik        :  Makanan Pendamping ASI
Sasaran            :  Ibu –Ibu Posyandu
Waktu              :                     
Hari/Tanggal :                      
Penyuluh         :                     

A.    ANALISA SITUASI

1.      Peserta Penyuluhan
  Ibu-Ibu Yang Mempunyai Balita
2.      Penyuluh
 Mampu menyampaikan tentang makanan pendamping ASI
  Mampu menguasai peserta penyuluhan untuk memusatkan perhatian 

B.     TUJUAN INSTRUKSIONAL

1.      Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu mampu memahami tentang makanan pendamping ASI.

2.      Tujuan Khusus
1.  Peserta penyuluhan dapat menyebutkan pengertian ASI Dan makanan pendamping ASI
2. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan peran penting ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
3.   Peserta penyuluhan dapat menyebutkan tanda-tanda bayi siap menerima makanan padat pertama
4.    Peserta penyuluhan dapat Mengetahui Cara Pemberian MPASI
5.    Peserta penyuluhan dapat Mengetahui Awal Memperkenalkan MPASI


C.     Kegiatan Penyuluhan

A.    Kegiatan Penyuluhan

No.

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan

Metode

Waktu

1.

Pembukaan

1.   Memberi salam

2.   Memperkenalkan diri

3.   Bina hubungan saling percaya.

4.   Menjelaskan tujuan   penyuluhan

5.   Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan

6.   Menjelaskan kontrak waktu

1.  Menjawab salam

2.  Mendengarkan dan memperhatikan

 

Ceramah

5 menit

2.

Pelaksanaan

1.   Menggali pengetahuan pasien mengenai makanan pendamping ASI
      Menjelaskan:
2.   Tanda-tanda bayi siap menerima makanan padat pertama
3.   Mengetahui Syarat-Syarat MPASI
4.   Mengetahui Tahapan MPASI


1.  Menjawab berdasarkan pengetahuan peserta mengenai makanan pendamping ASI

2.  Mendengarkan dan memperhatikan

3.  Menanyakan materi yang belum dimengerti

Ceramah

10 menit

 

Penutup

1.    Memberikan beberapa pertanyaan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman pasien tentang  makanan pendamping ASI

2.    Menarik kesimpulan bersama-sama

3.    Menutup acara penyuluhan

4.    Memberi salam penutup

 

1.   Menjawab pertanyaan





2.   Mendengarkan


3.   Menjawab salam

4. Menjawab Salam

Tanya jawab

 

5 menit



              Media
1.      Leaflet
2.      Power point

D.    Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

            E.     Materi

Terlampir

            F.     Evaluasi
1.     Apa yang dimaksud dengan makanan pendamping ASI?
2.    Sebutkan minimal 4 peran penting ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi!
3.  Sebutkan minimal 3 tanda pada masing-masing kesiapan bayi menerima makanan padat pertamanya!
4.      Apa saja nutrisi yang sesuai bagi bayi berdasarkan usianya?
5.      Jelaskan cara membuat bubur susu bagi bayi!
6.      Sebutkan minimal 4 keterampilan dan perkembangan anak pada tiap rentang usia!
G.    Referensi
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC


MATERI PENYULUHAN
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI

Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI atau bisa disebut MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI, dimana jenis dan karakter dari makanan tersebut disesuaikan dengan umur bayi.

Tujuan Pemberian MP -ASI
  • Memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang tidak dapat dicukupi ASI 
  •  Menanamkan kebiasaan makan yang baik dan bergizi dan mengajarkan anak mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru
  • Memperkenalkan beraneka macam bahan makanan
SYARAT – SYARAT  MP-ASI


Menurut Diah dan Rina, 2000,18, makanan tambahan untuk anak sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:
  •   Nilai energi dan kandungannya yang tinggi
  •  Proteinnya tinggi
  •  Memiliki nilai suplementasi yang balk, vitamin dan mineral
  • Dapat diterima oleh-alat pencernaan anak dengan baik
  • Harganya relatif murah
  • Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal
  • Bersifat padat gizi 
  • Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera serta daya terima bayi 
  •  Makanan harus bersih dan bebas dari kuman

 Tanda-Tanda Bayi Siap Menerima Makanan Padat Pertama
a)        Kesiapan Fisik
·           Refleks muntah telah sangat berkurang atau sudah menghilang
·           Keterampilan oromotor, dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair menelan makanan yang lebih kental dan padat. Mampu memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulut
·           Mampu menahan kepala tetap tegak
·           Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga keseimbangan badan

b)        Kesiapan Psikologis
·           Bayi akan memperlihatkan perilaku makan lanjut
·           Dari reflektif ke imitatif
·           Lebih mandiri dan eksploratif
·           Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan keinginan makan dengan cara membuka mulutnya
·           Menunjukkan rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan/ke arah makanan
·           Bila tidak berminat pada makanannya atau kenyang, bayi akan menarik tubuh ke belakang/menjauh

              Cara Pemberian MP-ASI

1.    Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer ke bentuk yang lebih kental
2.    Makanan baru diperkenalkan satu-persatu
3.   Makanan yang mudah menimbulkan alergi yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Sedangkan telur diberikan pada usia 6 bulan
4.     Sebaiknya jangan memaksa bayi, berikan saat bayi lapar

 Awal Memperkenalkan MP-ASI
1.      Berikan makanan dalam porsi kecil dulu, cukup 1-2 sendok teh
2.      Tingkatkan jumlahnya sampai 3-4 sendok setelah 2-3 hari
3.      Tambahkan porsinya secara bertahap dalam kurun waktu 4-5 hari
4.      Untuk beberapa hari pertama, beri 1-2 kali sehari, bila bayi sudah terbiasa tingkatkan pemberian MP-ASI hingga 2-3 kali sehari.

Cara Menyuapkan MP-ASI
1.      Saat menyuapi, letakkan sedikit makanan pada sendok, kemudian masukkan perlahan kedalam mulut bayi.
2.      Suapkan makanan berikutnya setelah bayi berhasil menelan makanan sebelumnya
3.      Suapkan makanan secara perlahan kedalam mulut bayi agar tidak tersedak.

Tahapan pengenalan MPASI:

Mulai usia 6 bulan
Tekstur makanan : semi cair.
Mulailah dengan makanan lunak seperti biskuit yang diencerkan pakai air atau susu. Kenalkan pula bubur susu dalam jumlah sedikit demi sedikit. Bubur susu sebaiknya dibuat sendiri dari tepung beras yang dicampur dengan ASI atau susu formula. Untuk pengenalan rasa, selingi dengan tepung beras merah, kacang hijau, atau labu kuning.
Mulai pemberian sayuran yang dijus, kemudian buah yang dhaluskan atau di jus. Sayur dan buah yang disarankan yaitu: pisang, pir, alpukat, jeruk.
Pemberian di selang seling Mulai usia 7 bulan
Perkenalkan dengan tekstur yang lebih kasar (semi padat) yaitu bubur tim saring. Coba terus seandainya bayi menolak atau muntah karena tahapan ini harus dilaluinya. Jika tidak nanti bayi akan malas mengunyah.
Perhatikan asupan zat besi seperti hati sapi karena di usia ini cadangan zat besi bayi mulai berkurang.
Setelah secara bertahap pemberian tim saring, bayi bisa dikenalkan dengan nasi tim tanpa disaring.
Jenis sayur dan buah yang disarankan: asparagus, wortel, bayam, sawi, bit, lobak, kol, mangga, blewah, timun suri, peach.
Bisa juga ditambahkan ayam, sapi, hati ayam/sapi, tahu, tempe.
Mulai usia 9 bulan-12 Bulan
Mulai dikenalkan dengan bubur beras atau nasi lembek, lauk pauk dengan sayuran seperti sup.
Pada usia lebih dari 1 tahun, anak sudah bisa mengkonsumsi makanan keluarga.

 Contoh Jadwal Pemberian MPASI

Untuk Bayi Usia 6-7 bulan:
06.00 : ASI/ susu formula.
08.00 : biskuit yang diencerkan dengan air/ASI/susu formula.
10.00 : buah.
12.00 : bubur susu.
13.00 : ASI/ susu formula.
14.00 : biskuit yang diencerkan dengan air/ ASI/ susu formula.
16.00 : ASI/ susu formula.
18.00: Bubur susu.
19.00 : ASI/susu formula.
Untuk Bayi Usia 7-8 bulan:
06.00 : ASI/ susu formula.
08.00 : biskuit/ bubur susu.
10.00 : buah.
12.00 : bubur saring.
13.00 : ASI/ susu formula.
14.00 : bubur susu.
16.00 : ASI/ susu formula.
18.00 : bubur saring.
19.00 : ASI / susu formula.
Untuk Bayi Usia 9-12 bulan:
06.00 : ASI/ susu formula.
08.00 : bubur susu.
10.00 : buah.
12.00 : bubur tim/ nasi lembek.
13.00 : ASI/ susu formula.
14.00 : bubur susu/ biskuit/ snack.
16.00 : ASI/ susu formula.
18.00 : Nasi tim/ nasi lembek.
19.00 : ASI/ susu formula.

Apa Tanda Si Kecil Sudah Kenyang?

Berikut tanda-tanda yang bisa menjadi ukuran ketika bayi Anda kenyang…
1.      Duduk bersandar di kursinya
2.      Berpaling setiap kali Anda sodorkan makanan
3.      Mulai memainkan makanan atau sendoknya
4.      Tidak mau membuka mulutnya

 Berikut ini adalah bahaya / kerugian pemberian MPASI dini:

1. Bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit.
Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, maka imunitas/kekebalan yang diterima bayi akan berkurang. Pemberian MPASI dini berisiko membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika MPASI tidak disajikan secara higienis. Banyak penelitian yang menyatakan pemberian ASI eksklusif melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti penyakit pernafasan, infeksi telinga dan penyakit saluran pencernaan yang umum diderita anak-anak seperti diare.

2. Berbagai reaksi akibat sistem pencernaan bayi belum siap.
Bila MPASI diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi seperti diare, sembelit/konstipasi, timbulnya gas, dll.
Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Berbagai enzim seperti amylase, enzim yang diproduksi pankreas belum cukup ketika bayi belum berusia 6 bulan. Begitu pula dengan enzim perncerna karbohidrat (maltase, sukrase), dan lipase serta bile salts untuk mencerna lemak.

3. Bayi berisiko menderita alergi makanan.
Memperpanjang pemberian ASI eksklusif menurunkan angka terjadinya alergi makanan. Usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih “terbuka”, antibodi (sIgA) dari ASI bertugas melapisi organ pencernaan bayi & memberikan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri & penutupan usus terjadi saat bayi berusia 6 bulan.

 4. Bayi berisiko mengalami obesitas/kegemukan.
Pemberian MPASI dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak.

5.  Bayi berisiko mengalami Invaginasi usus/intususepsi.
Invaginasi usus/intususepsi adalah keadaan di mana suatu segmen usus masuk ke dalam bagian usus lainnya sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius dan bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Walau penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun hipotesa yang paling kuat karena pemberian MPASI yang terlalu cepat.

SEKAMI DI BATU PUTIH TAHUN 2018



Di Indonesia
Sekami  sejak tahun 1970-an.
Mulanya bernama SEKAR (Serikat Kepausan Anak dan Remaja)
Sejak Lokakarya Nasional KKI di Denpasar (1996), wakil-wakil dari seluruh keuskupan, bersama pimpinan Karya Kepausan Indonesia, bersepakat untuk merubah namanya menjadi SEKAMI (Serikat Kepausan Anak/Remaja Misioner)
Tambahan kata Misioner dirasa perlu oleh para Dirdios KKI se-Indonesia, agar anak dan remaja lebih menyadari peran dan perutusan misioner mereka

Tujuan SEKAMI
1.    Membangun hubungan pribadi penuh persahabatan dengan Yesus dan dengan sesama sahabat lainnya
2.    Membangun kesadaran misioner dalam hati dan budi anak dan remaja (setiap anak adalah Misionaris cilik)
3.    Membngun persekutuan misioner di kalangan anak dan remaja (bersama-sama merekan diutus sebagai misionaris)
4.   Membangun kerja sama misioner sejak dini di kalangan anak dan remaja (belajar bertanggungjawab dan bekerja sama) Dan   Membangun kepedulian misioner anak lewat, doa dan derma (khusus bagi anak yg jauh lebih menderita Mempersiapkan kader misioner dari kalangan anak (persiapan masa depan mereka dan Gereja)



MAKALAH INJEKSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Adapun rute pemberian obat dibedakan atas beberapa rute antara lain secara iral, parenteral, pemberian topical, inhalasi, dan intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas salah satu rute pemberian obat yaitu rute parenteral, memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.       Pengertian Injeksi
2.      Tujuan Injeksi
3.      Indikasi
4.      Peralatan
5.    Proses Injeksi
6.      Macam-Macam Injeksi
7.       Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi
8.      Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi
9.      Kontra Indikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.

B.   TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

C.   INDIKASI
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar  atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga  disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.



D.   PERALATAN
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.

1.      Spuit
          Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
1.      Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
2.      Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
3.      Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
4.      Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
            Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
                        Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
2.      Jarum
                        Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali
                        Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
                        Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.
                        Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.
 E.   PROSES INJEKSI
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Peraway dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
1.      Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
2.      Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
3.   Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
4.  Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
5.      Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
6.   Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
7.      Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
8.      Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan
            F.    MACAM-MACAM INJEKSI
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
1.      Subkutan/sc  (hypodermal).
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.

2.      Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat  supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.
3.      Intramuskuler  (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.  Dengan  injeksi di dalam otot  yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.
4.      Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini â€Å“benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

1.      Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk â€Å“membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
2.      Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
G.   HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN INJEKSI
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1.      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
2.      Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
3.      Tempat injeksi
4.      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
5.      Kondisi/penyakit klien
            H.   CARA MENCEGAH INFEKSI SELAMA INJEKSI
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
1.      Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan   biarkan ampul dalam keadaan terbuka
2.      Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
3.      Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
4.      Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.
 I.      KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC.  Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.


 BAB III
PENUTUP
                       A.  Kesimpulan
                  Pemberian obat parenteral ada empat cara yaitu, intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ), intramuscular (IM), dan intravena (IV). Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral tetapi tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus menyiapkan dan memberikan obat tersebut secara hati – hati dan akurat.
                                                                                                          
          B.   Saran
            Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik aseptik harus digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi. Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, maka dari itu kita harus cekatan, tanggap dan harus membutuhkan skill yang bagus dan ketelitian. 


 
DAFTAR PUSTAKA


Ariyani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media
Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : EGC
Lynn, Pamela. 2010. Atlas Foto Pemberian Obat Lippincott. Jakarta : Erlangga
Tim Penulis Poltekkes Kemenkes Maluku.2011.Penuntun Praktikum Ketrampilan Kritis I untuk Mahasiswa D3 Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

KEBERSAMAAN DIPENGHUJUNG TAHUN 2017