ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS POSTPARTUM BLUES , KESEDIHAN DAN DUKA CITA
BAB
I
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8
minggu.
Setelah
melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu
mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini
adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran
B.
Rumusan Masalah
1.
Adaptasi Psikologi Masa Nifas
2.
Postpartum Blues
3.
Kesedihan Dan duka Cita
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Adaptasi psikologis masa nifas
Periode masa nifas merupakan waktu
dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara.
1)
Hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Fungsi yang mempengaruhi untuk
sukses dan lancaranya masa transisi menjadi orang tua.
b. Respons dan dukungan dari keluarga
dan teman dekat.
c. Riwayat pengalaman hamil dan
melahirkan sebelumnya.
d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu
saat hamil juga melahirkan.
2) Teori
Revarubin (1963)
Seorang ibu yang baru melahirkan mengalami adaptasi
psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu (perilaku
ibu) terhadap perannya sebagai ibu.
Tiga fase penyesuaian nifas
a. Fase
Taking In (Perilaku Dependen)
a) Fase ini
merupakan periode ketergantungan ketika ibu mengharapkan segala kebutuhannya
terpenuhi oleh orang lain.
b) Berlangsung
selama 1-2 hari setelah melahirkan, ketika fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri (ibu lebih berfokus pada dirinya)
c) Beberapa
hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung
jawabnya.
d) Disebut
fase taking in (fase menerima) selama 1-2 hari pertama karena selama waktu ini,
ibu yang baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan.
e) Adapun
dikatakan sebagai fase dependen selama 1-2 hari pertama ini karena pada waktu
ini ibu menunjukkan kebahagiaan/kegembiraan yang sangat senang untuk
menceritakan pengalamannya ketika melahirkan.
f) Pada fase
ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya
disebabkan faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur. Disamping itu, kondisi tersebut perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik.
g) Pada fase
ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan ibu dan
nafsu makan ibu juga sedang meningkat.
b. Fase
Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
a) Pada
fase taking hold ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk
mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri.
b) Fase ini
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c) Pada fase
ibu, ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus pada bayinya).
d) Ibu mulai
tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.
e) Ibu mulai
terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bayinya.
f) Ibu mudah
sekali didorong untuk melakukan perawatan bayinya.
g) Pada fase
ini, ibu berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung.
h) Untuk itu,
pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan/perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang hal-hal yang diperlukan bagi ibu yang baru melahirkan dan
bagi bayinya.
i) Bidan/perawat
perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan berikut
ini.
(a) Ibu primipara
yang belum berpengalaman mengasuh anak.
(b) Ibu yang
merupakan wanita karier.
(c) Ibu yang
tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.
(d) Ibu yang
berusia remaja.
(e) Ibu yang
tidak bersuami.
Ibu-ibu
tersebut sering mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap isolasi yang
dialaminya dan tidak menyukai terhadap tanggung jawabnya di rumah dan merawat
bayi.
c. Fase
Letting Go (Perilaku Interdependen)
a) Fase ini
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
setelah 10 hari postpartum.
b) Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
c) Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat pada fase ini.
d) Terjadi
penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi.
e) Hubungan
antar-pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi).
f) Depresi postpartum
umumnya terjadi pada fase ini.
B.
Postpartum blues
Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan
perasaan depresi, yang juga dikenal dengan istilah Postpartum blues atau
Baby blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi yang sering
terjadi selama beberapa hari pertama pada masa nifas.
1)
Penyebab
a.
Perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya,
yang merupakan respons alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.
b.
Perubahan
fisik selama beberapa bulan kehamilan, yaitu ketika terjadi perubahan kadar
hormon estrogen, progesteron, dan prolaktin yang cepat setelah melahirkan.
Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu
mengalami perubahan besar dalam jumlah hormon tersebut sehingga membutuhkan
waktu untuk penyesuaian diri.
c.
Perubahan
emosional. Kehadiran seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan
ibu dan hubungannya dengan suami, orangtua, maupun anggota keluarga lain.
2)
Gejala
a.
Ibu
mengalami perubahan perasaan;
b.
Menangis;
c.
Cemas;
d.
Kesepian;
e.
Khawatir
mengenai bayinya;
f.
Tidak
mampu beradaptasi;
g.
Sensitif;
h.
Tidak
nafsu makan;
i.
Sulit
tidur;
j.
Penurunan
gairah seks;
k.
Kurang
percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu.
3)
Cara
mengatasi
a.
Baby blues dapat
sembuh kembali tanpa pengobatan. Namun, bila gejala-gejala baby blues
terjadi menetap/memburuk, ibu membutuhkan evaluasi lebih lanjut terhadap
depresi postpartum.
b.
Bidan/perawat
dapat membantu ibu dengan cara berikut:
a)
Membantu
perawatan diri ibu dan bayinya.
b)
Memberikan
informasi yang tepat.
c)
Menyarankan
pada ibu untuk :
(a)
Meminta
bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan
kelelahan.
(b)
Memberitahu
suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan karena dengan bantuan suami dan
keluarga dapat membantu mengatasi gejala-gejala ini.
(c)
Membuang
rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayinya karena semakin
sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
(d)
Mencari
bantuan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.
C.
Kesedihan dan duka cita
1)
Proses kehilangan menurut Klaus dan
Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.
Shock (lupa peristiwa).
b.
Denial (menolak,
‘‘Apakah ini bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.
Depresi (menangis,
sedih, ‘‘Kenapa saya?’’).
d.
Equilibirum
dan acceptance
(penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis).
e.
Reorganization
(dukungan
mutual antar-orang tua).
2) Respons
terhadap bayi cacat yang mungkin muncul, antara lain:
a.
Fantasi
anak normal vs kenyataan.
b. Shock,
tidak percaya, menolak.
c.
Frustasi,
marah.
d. Menarik
diri.
3) Penatalaksanaan
untuk keadaan ini meliputi :
a.
Jelaskan
apa yang terjadi.
b.
Dukungan
orang tua pada pertama kali melihat bayi.
c.
Sebelumnya,
bidan harus sudah melihat bayi terlebih dulu.
d.
Menemani
dan menyediakan kursi.
e.
Sampaikan
kelebihan dari bayi.
f.
Ulangi
penjelasan karena orang tua sulit berkonsentrasi dan mengingat.
g.
Ciptakan
lingkungan yang aman dan meyakinkan.
h.
Ciptakan
hubungan saling percaya.
4) Bila bayi
meninggal :
a.
Biarkan
orang tua bersama bayinya selama mungkin.
b.
Temani
orang tua, jangan diisolasi.
c.
Berikan
dukungan.
d.
Dengarkan,
jangan terlalu banyak penjelasan.
e.
Berikan
penjelasan yang akurat.
f.
Biarkan
orang tua melalui proses kehilangan.
g.
Bantu
persiapan pulang.
h.
Menciptakan
memori dengan pemberian informasi, mengambil foto, cap kaki, name band, memberi
nama, melihat bayinya, menggendong/memeluk, merawat bayi (memandikan, memakai
baju), menulis dibuku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis surat, dan
menulis puisi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Periode
masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama
pada ibu primipara. Tiga fase penyesuaian nifas:
a.
Fase
Taking In (Perilaku Dependen)
b.
Fase
Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
c.
Fase
Letting Go (Perilaku Interdependen)
Postpartum
blues adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga dikenal
dengan istilah Postpartum blues atau Baby blues, merupakan
periode sementara terjadinya depresi yang sering terjadi selama beberapa hari
pertama pada masa nifas.
Proses
kehilangan menurut Klaus dan Kennel ((1982) meliputi tahapan :
a.
Shock (lupa peristiwa).
b.
Denial (menolak, ‘‘Apakah ini
bayiku?’’, ‘‘ini bayi orang lain...’’).
c.
Depresi (menangis, sedih, ‘‘Kenapa
saya?’’).
d.
Equilibirum dan acceptance
(penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis).
e.
Reorganization (dukungan
mutual antar-orang tua).
DAFTAR
PUSTAKA
·
Ai
Yeyeh Rukiyah, S.S1.T, MKM. DKK, 2013, Asuhan Kebidanan III (Nifas), Trans Info
Media, Jakarta.