Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

BIOLISTRIK TUBUH





BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion H dan anion protein.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Macam-Macam Gelombang Arus Listrik Dan Potensial aksi
2.      Syarat -Syarat Listrika Tubuh
3.      Jenis - Jenis Alat Kedokteran yang berkaitan dengan teori gelombang


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek kelistrikan dan magnetis dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia.
listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari muatan positif dan muatan negatif , dimana sebuah benda akan dikatakan memiliki energi listrik apabila suatu benda itu mempunyai perbedaan jumlah muatan .sedangkan muatan yang dapat berpindah adalah muatan negatif dari sebuah benda,berpindahnya muatan negatif ini disebabkan oleh bermacam gaya atau energi, misal energi gerak,energi  panas dsb.perpindahan muatan negatif  inilah yang disebut dengan energi listrik.karena suatu benda akan senantiasa mempertahankan keadaan netral atau seimbang antara muatan positif dan muatan negative. Sehingga apabila jumlah muatan positif lebih besar dari muatan negative, maka benda tersebut mencari muatan negative untuk mencapai keadaan seimbang.  
Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu: Kelistrikan dan Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan keserasian kerja antara sistem organ.
Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai mempelajari kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi Galvani melaporkan hasil eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberi aliran listrik lewat suatu konduktor. Pada tahun (1856)Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah mati, dan pada tahun (1928) melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan short wave. Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah satu bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain biolistrik merupakan segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh makhluk hidup. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang diasilkan oleh ion-ion dan muatan –muatan tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk menjaga kehadiran tegangan pada sel.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dariATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energiyang bernama mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruhtubuh seperti gelombang pada permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapaelektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, gagar otak dan kelainan otak lainnya.

    B. Macam-macam Gelombang Arus Listrik Biolistrik Dan Gelombang Potensial Aksi
Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud diantaranya :
1.      Arus bolak balik/sinosuidal
Arus bolak-balik atau alternating current (AC) sangat berbeda dengan arus searah. Besarnya tegangan arus searah atau direct current (DC) selalu tetap terhadap waktu, sedangkan besarnya tegangan AC selalu berubah terhadap waktu. Tegangan pada listrik arus bolak-balik membentuk sinusoidal sedangkan tegangan pada listrik arus searah membentuk garis lurus. Perbedaan tegangan DC dan AC dapat kita amati dengan menggunakan alat ukur yang disebut osiloskop.

Pada tegangan AC terdapat tegangan puncak dan tegangan efektif. Tegangan puncak yaitu tegangan maksimal dari listrik AC sedangkan tegangan efektif yaitu tegangan yang terukur saat diukur dengan voltmeter. Hubungan matematis antara tegangan puncak atau tegangan max dengan tegangan efektif yaitu:

2.      Arus setengah gelombang
Pengertian Rectifier (Penyearah Gelombang) – Rectifier atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Penyearah Gelombang adalah suatu bagian dari Rangkaian Catu Daya atau Power Supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current) menjadi sinyal DC (Direct Current). Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada umumnya menggunakan Dioda sebagai Komponen Utamanya. Hal ini dikarenakan Dioda memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda tersebut hanya akan melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah ini :

4.      Arus setengah penuh
Half wave rectifier atau penyearah setengah gelombang adalah penyearah gelombang yang paling sederhana karena menggunakan satu blok dioda (bisa dioda tunggal atau banyak dioda yang diparalel), untuk mengubah tegangan dengan arus AC (bolak-balik) menjadi tegangan dengan arus DC (searah).
5.      Arus searah murni
Gelombang dc murni mempunyai nilai sesaat dan arahnya tetap. Tegangan ini        dihasilkan oleh batere.
6.      Faradik
Arus faradik adalah arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01 – 1 ms dengan frekuensi 50 – 100 cy/det. Istilah faradik mula-mula digunakan untuk arus yang keluar dari faradic coil. Arus ini merupakan arus bolak-balik yang tidak simetris, tiap cycle terdiri dari dua fase yang tidak sama.
7.      Sentakan Faradik
Arus faradic adalah arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01 – 1 ms dengan frekuensi 50 – 100 cy/det. Istilah faradic mula-mula digunakan untuk arus yang keluar dari faradic coil. Arus ini merupakan arus bolak-balik yang tidak simetris, tiap cycle terdiri dari dua fase yang tidak sama. Fase pertama dengan intensitas rendah dan durasi panjang, sedang fase kedua intensitas tinggi dan durasi pendek. Berfrekuensi sekitar 50 cycle/detik, durasi fase kedua sekitar 1 milli second (0,001 detik).
8.      Sentakan sinosuidal
Gelombang sinusioda merupakan gelombang dasar yang salah satunya dihasilkan dari putaran generator. Disebut gelombang sinus karena berbentuk grafik persamaan sinusoida. Sumber suara atau bunyi dari alam jika dikonversi ke sinyal listrik dan  dilihat dengan osiloskop juga berbentuk gelombang sinus.

9.      Galvanik yang interuptus
Berkenaan atau yang berhubungan dengan listrik yang dihasilkan oleh tindakan kimia.
10.  Arus gigi gergaji
 Sawtooth Wave adalah gelombang gigi gergaji. Gelombang ini dapat dihasilkan dari gelombang sinusoida dengan rangkaian khusus. Pada sistem audio sinyal ini jarang digunakan. Penggunaan gelombang ini biasanya pada bagian penguat vertikal dari system penerima televisi hitam-putih maupun televisi berwarna.
 
 Potensial aksi
Potensial aksi merupakan fenomena keseluruhan atau tidak sama sekali (all or none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama, dengan segala macam intensitas dari rangsangan. Potensial aksi terjadi bila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi memiliki kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai ambang.

Perambatan potensial aksi (gelombang depolarisasi) terjadi apabila terdapat perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran. Baik sinapsis (hubungan antara dua buah saraf) maupun neuromyal junction (hubungan saraf dengan otot) memiliki kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel berikutnya.
            Macam-macam gelombang potensial aksi:
1)      Gelombang potensial aksi dari akson
2)      Gelombang potensial aksi dari sel otot bergaris
3)      Gelombang potensial aksi dari sel oto jantung

 C. Syarat- Syarat listrik tubuh
Isyarat listrik ( elektrical signal ) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh.
Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh :
a)      EMG (Elektromiogram),
Yaitu pencatatan potensial otot biolistrik selama pergerakan otot. Ada 25-2.000 serat otot(sel), dihubungkan dengan syaraf via motor end plate. EMG bisa digunakan untuk mengukur sel otot tunggal maupun pada beberapa serat otot.  Elektrode permukaan diletakkan pada permukaan kulit untuk mengukur isyarat listrik dari sejumlah unit motoris. Electrode jarum konsentris dimasukkan ke dalam kulit untuk mengukur aktivitas unit motoris tunggal.
b)      ENG (elektroneurogram)
Tujuannya untuk mengetahui keadaan lingkungan, untuk mengetahui kecepatan konduksi syaraf motoris dan sensosris, untuk menentukan penderita miastenia gravis. Kecepatan normal  konduksi saraf motoris berkisar 40-60 m/detik. Apabila kecepatan < 10 m/detik merupakan pertanda kelainan saraf.
c)      ERG (Elektroretionogram)
Suatu pencatatan bentuk kompleks potensial biolistrik yang ada pada retina mata yang di kerjakan melalui rangsangan cahaya pada retina. Isyarat ERG sangat kompleks, karena merupakan sumasi efek yang terjadi di dalam mata. Bila gelombang B tidak tampak pada ERG, berarti retina penderita mengalami retinitis pigmentosa.
d)     EOG (Elektrookulogram)
Suatu pengukuran/pencatatan berbagai potensial pada kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata.
e)      EGG (Elektrogastrogram)
Merupakan EMG yang berkaitan gerakan peristaltic traktus gastrointestinalis.
f)       EEG (Elektroensefalogram)
Yaitu pencatatan isyarat listrik otot. Pencatatan potensial aksi listrik otak merupakan sumasi dari potensial aksi sel saraf di dalam otak. Amplitudo dari isyarat EEG merupakan gelombang denyut demi denyut (peak to peak) dengan jarak antara 10 mV-100mV pada frekuensi di bawah 1 Hz sampai lebih 100 Hz. Pemeriksaan EEG bertujuan untuk menggantikan fungsi EKG sebagai alat monitor saat operasi, mendiagnosis epilepsy dan klasifikasi epilepsy, menunjukkan tumor otak (aktivitas listrik pada daerah tumor otak akan menurun). Frekuensi EEG berkisar 8-13 Hz,  pada penderita berjaga memiliki frekuensi di atas 13 Hz. Ada 4 grup frekuensi normal isyarat listrik EEG, Delta (lambat ; 0,5-3,5 Hz), Teta (menengah ; 4-7 Hz), Alfa ( normal ; 8-13 Hz), Beta (cepat ; > 13 Hz).
g)      EKG (Elektrokardiogram)
Merupakan pencatatan isyarat biolistrik jantung, di lakukan pada permukaan kulit. Irama jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh rangsangan spontan pada SA Node.

 D. Jenis-jenis Alat Kedokteran yang Berkaitan dengan Teori Gelombang

a.       EEG (Elektroensefalograf)

 Bila ditempatkan electrode pada kulit kepala dan mengukur kegiatan elektris , akan ditemukan sinyal elektris kompleks yang lemah. Potensial listrik dihasilkan melalui proses sinkronisasi berselang-seling yang melibatkan syaraf pada permukaan otak (cortex), dengan kelompok-kelompok berbeda menjadi sinkron pada waktu singkat yang berbeda. Rekaman sinyal inilah yang disebut elektroensefalogram.
Alat yang digunakan untuk merekam sinyal ini disebut Elektroensefalograf. Elektrode yang digunakan berupa disket kecil perak berklorida, terdiri dari dua macam ; electrode jarum (permukaan kulit) dan electrode reference yang dipasang pada kedua daun telinga. Elektrode dipasang di 10-20 saluran (standard internasional), secara rutin hanya 8-16 saluran electrode yang dipakai & dicatat serentak, jarak tiap-tiap electrode dengan interval 10% dan 20%. Frekuensi sinyal EEG tampak terikat pada aktivitas mental seseorang.  Amplitudo EEG  meningkat dan frekuensi menurun seiring seseorang tertidur lebih lelap. EEG yang diambil selama tidur menunjukkan pola frekuensi tinggi = paradoxical sleep atau  Rapid Eye Movement (REM) karena mata bergerak selama periode ini. Hal ini timbul berkaitan dengan mimpi.

 b.      EKG (Elektrokardiograf)
       
            Depolarisasi dan repolarisasi otot-otot jantung menyebabkan arus mengalir ke dalam torso, menyebabkan potensial listrik pada kulit. Rekaman potensi jantung pada permukaan kulit disebut elektrokardiogram (ECG). Alat yang digunakan untuk merekam potensial listrik jantung disebut Elektrokrdiograf.
            Permukaan electrode untuk mendapatkan gambaran EKG (terdiri dari 12 lead), diletakkan di :
a.    lengan kiri (LA)
b.    lengan kanan (RA)
c.    kaki kiri (LL)
d.    V1 (Ruang iga IV pada garis sternal kanan)
e.    V2 (Ruang iga IV pada garis sternal kiri)
f.    V3 (Terletak di tengah antara V2 dan V4)
g.    V4 ( Ruang iga V garis tengah Klavikula Kiri)
h.    V5 ( Ruang iga V garis aksilla depan kiri)
i.    V6 (Ruang iga V garis aksilla tengah kiri)
            Masing- masing pencatatan EKG, memetakan proyeksi vector kutub elektris atau aktifitas elektris jantung, melalui setiap bagian lingkarnya. Kegiatan elektris utama untuk siklus jantung yang normal antara lain :
a.    Depolarisasi serambi jantung yang memproduksi gelombang P
b.    Polarisasi ulang serambi jantung yang jarang terlihat dan tidak  berlabel
c.    Depolarisasi bilik jantung yang memproduksi kesatuan QRS
d.    Polarisasi ulang bilik jantung yang memproduksi gelombang T
            PR segment menunjukkan berhentinya impuls pada AV Node (Tidak ada transmisi impuls di AV Node) ST Segment menunjukkan tidak adanya transmisi impuls disebabkan adanya periode refrakter di sel miokardium Bentuk gelombang EKG ada yang positif dan negative tergantung pada arah kutub vector elektris dan polaritas serta posisi elektroda dari alat pengukur.
 
BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
   
            Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa gelombang arus listrik juga berperan penting dalam bidang kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kesehatan.
            Contoh alat kedokteran yang berhubungan dengan teori gelombang dan berperan penting dalam pemeriksaan kesehatan antara lain:
a.       EEG (Elektroensefalograf)
            Pemeriksaan EEG bertujuan untuk menggantikan fungsi EKG sebagai alat monitor saat operasi, mendiagnosis epilepsy dan klasifikasi epilepsy, menunjukkan tumor otak (aktivitas listrik pada daerah tumor otak akan menurun).

b.      EKG (Elektrokardiograf)
Merupakan pencatatan isyarat biolistrik jantung, di lakukan pada permukaan kulit. Irama jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh rangsangan spontan pada SA Node.
DAFTAR PUSTAKA

J.F. Gabriel. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC, 1996.
Gabriel dr.J.F:Fisika kedokteran, EGC, Jakarta, 1988.
Ronald M. Birse, rev. Patricia E. Knowlden [1] Oxford Dictionary of National Biography 2004.
The clinical value of the ECG in noncardiac conditions." Chest 2004.


BIOLOGI DASAR MANUSIA RAPID PLASMA REAGIN(RPR) PADA SIFILIS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan penyalit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Angka sifilis di Amerika Serikat pada tahun 1999 merupakan rekor angka terendah yaitu 2, 3 kasus per 100. 000 orang dan centers for disease control and prevention ( COC) telah menciptakan national paln for syphilis elimination. Factor resiko yang berkaitan dengan sifilis antara lain adalah penyalahgunaan zat , terutama crack cocaine : pelacuran , tidak adanya perawatan antenatal prenatal , usia muda  status social ekonomi lemah dan banyak pasangan seksual.
Pemeriksaan RPR merupkan suatu pemeriksaan skrining cepat terhadap sipilis. sebagai suatu pemeriksaan antibodi non-treponemal serupa dengan VDRL.  Pemeriksaan RPR mendeteksi reagin antibodi dalam serum dan lebih sensitif tetapi kurang spesifik daripada VDRL. Seringkali digunakan pada darah donor untuk mendeteksi sifilis. Seperti pemeriksaan raegin nonspesifik lainnya, hasil positif palsu dapat terjadi karena penyakit-penyakit akut dan kronis. Sebaiknya hasil RPR positif dikonfirmasikan dengan pemeriksaan VDRL dan atau FTA-ABS.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN SIFILIS
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat sehingga dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Seseorang yang pernah terinfeksi sifilis tidak akan kebal dan dapat terinfeksi kembali ( Anonim, tt ).
B. ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika hubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90 hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer (chancre atau ulkus durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu sesudah tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai gejala sifilis sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.
C.STADIUM PENYAKIT SIFILIS
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda – beda dan menyerang organ tubuh.
1.      Stadium Dini ( Primer )
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum. Terjadi afek primer berupa penonjolan – penonjolan kecil yang erosif, berukuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus ( Anonim, tt ).

2.      Stadium Sekunder
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II munculm stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang – kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang – kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak – bercak atau tonjolan – tonjolan kecil. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh ( Anonim, tt ).
3.      Stadium Laten
Lesi yang khas adalah gumma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Gumma umumnya satu, dapat multipel. Gumma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Gumma juga dapat ditemukan padaorgan dalam seperti lambung, hati, limpa, paru – paru, testis dan sebagainya. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri ( Anonim, tt ).
4.      Stadium Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis   ( pada jaringan saraf ). Umumnya timbul 10 – 20 tahun setelah infeksi primer ( Anonim, tt ).

D. DIAGNOSIS
 Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :
1.      Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk melihat adanya T. Pallidum
a.       Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh dari bagian dasar lesi dengan cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum berbentuk ramping, gerakan lambat dan angulasi
b.      Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton. Sediaan diberi antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa dengan mikroskop fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat member hasil non spesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap.

2.      Penentuan antibody didalam serum
Pada waktu terjadi infeksi treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusio atau pinta akan dihasilkan berbagai variasi antibody. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibody non spesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan IgM dan IgG adalah :
a.       Tes yang menentukan antibody nonspesifik
·         Tes wasserman
·         Tes khan
·         Tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory)
·         Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
·         Tes automated regain
b.      Antibody  terhadap kelompok antigen  yaitu
·         Tes RPCF (reiter protein complement fixation)
c.       Yang menentukan antibody  spesifik yaitu
·         Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
·         Tes FTA – ABS (Fluorescent Treponema Absorbed)
·         Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
·         Tes ELisa (Enzyme Linked immune sorbent assay)
E.  CARA PENGOBATAN
Pengobatan dilakukan tergantung stadium sifilis yang diderita. Biasanya diberikan antibiotik seperti suntikan penisilin sebagai berikut:
a)      Sifilis stadium primer, diberikan Procaine penicilin G sebanyak 1 kali suntikan 
b)      Sifilis stadium sekunder, biasanya diberikan Benzathine penicilin.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua bentuk sifilis fase tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan lebih lama. 
Jika penderita alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-oral selama 2-4 minggu.

F.       PEMERIKSAAN RPR ( RAPID PLASMA REAGIN)
Tes RPR (Rapid Plasma Reagin) adalah suatu tes untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap kuman Treponema pallidum. Antibodi terhadap sifilis mulai terbentuk pada akhir stadium pertama, tetapi kadarnya amat rendah dan seringkali memberi hasil yang negative pada uji serologis. Biasanya IgM terbentuk lebih dahulu, baru diikuti oleh IgG (Anonim, 2010).
Titer antibodi ini terus meningkat dan mencapai puncaknya pada stadium kedua untuk selanjutnya menurun sedikit demi sedikit pada stadium laten dan menunjukkan titer yang agak rendah (tetapi masih positif) pada sifilis stadium lanjut (laten sifilis). Pada stadium lanjut ini, IgM telah menurun, bahkan kadangkala menghilang dan hanya IgG yang masih terus bertahan. Keadaaan semacam ini tentunya hanya terjadi pada penderita sifilis yang tidak diobati. Pemberian antibiotika (Penicilline) akan menurunkan titer antibodi tersebut setelah waktu tertentu yang tergantung dari stadium penyakitnya. Dalam hal ini antibodi nonspesifik (VDRL) dan IgM spesifik dapat menurun sampai menghilang (negative) dalam waktu tertentu setelah pengobatan sedangkan IgG-spesifik akan bertahan terus selama hayat dikandung badan walaupun telah mendapatkan pengobatan yang intensif dan berhasil ( Anonim, 2010 ).
Dari segi imunoassai, suatu infeksi dengan Treponema pallidum akan menimbulkan 2 jenis antibodi sebagai berikut ( Anonim, 2010 ) :
1.      Antibodi non-treponemal atau reagin sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi yang lain. Antibodi ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan.
2.      Antibodi treponemal yang bereaksi dengan Treponema pallidum dan Strains lainnya. Dalam golongan antibodi ini dapat dibedakan 2 jenis antibodi yaitu:
·           Group Treponemal antibodi, yaitu antibodi terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponemal.
·           Antibodi terponemal yang spesifik, yaitu antibodi terhadap antigen spesifik dari Treponema pallidum.
 Keterbatasan uji RPR ini:
1.        Penyakit akibat infeksi treponema non-venereal, misalnya frambusia yang disebabkan T. pertenue dan paktek yang disebabkan T. carateum secara serologic tidak dapat dibedakan dari syphilis dengan menggunakan uji ini.
2.        Hasil negatif palsu mungkin terjadi pada 20% - 30% penderita  syphilis laten. Hal ini disebabkan karena pada penderita syphilis laten, titer antibodi non-treponemal seringkali rendah. Jadi jika secara klinis dugaan kuat syphilis laten hendaknya dilakukan uji treponemal seperti TPHA, TPI, ataupun FTA-ABS.
3.        Hasil reaktif palsu dapat dijumpai pada beberapa penyakit akut dan kronik, misalnya lepra lepromatosa, malaria, mononukleosus infeksiosa dan lupus eritematosus sistemik (SLE). Pada kasus-kasus yang meragukan, sebaiknya diagnosis defiritif didasarkan atas hasil uji berulang kali.
4.        Hasil positif semu ini dapat juga terjadi pada orang hamil, para penderita penyakit autoimmune, para pemakai narkotika dan para pemakai obat-obat anti hipertensi.
5.        Uj serologic pada syphilis congenital seringkali sulit ditafsirkan. Antibodi IgG yang terdapat dalam darah ibu hamil penderita syphilis, baik non-treponemal, dapat menembus plasenta, sehingga uji serologic pada neonatus dapat berhasil reaktif. Pada umumnya antibodi yang berasal dari ibu dapat menghilang dalam waktu 6 sampai 12 bulan.

PEMERIKSAAN RPR (RAPID PLASMA REAGIN)

I.         TUJUAN
1.    Untuk mengetahui cara pemeriksaan RPR terhadap sampel serum.
2.    Untuk dapat mendeteksi adanya antibodi non-treponemal (reagin) pada sampel serum secara kualitatif dan semi kuantitatif.
II.      METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan RPR ini adalah metode flokulasi secara kualitatif dan semi kuantitatif.

III.   PRINSIP
Reaksi flokulasi secara imunologis yang terjadi antara antibodi non-treponemal ( reagin ) pada serum dengan antigen spesifik terhadap sifilis pada reagen RPR Carbon.

IV.   ALAT DAN BAHAN
a.      Alat

1.      Slide aglutinasi (background putih)
2.      Mikropipet 50 ml
3.      Stand mikropipet
4.      Ependorf

b.      Bahan
1.      Serum
2.      RPR Test Kit merk a Shield (e.d : Desember 2013 ; suhu penyimpanan : 2 – 8 oC), terdiri atas :
·         Reagen RPR Carbon
·         Control positive Syphilitic
·         Control negative Syphilitic
·         Needle
·         Dispersing vial
3.      Yellow tip
4.      Buffer saline
V.                CARA KERJA
a.       Metode Kualitatif
1)        Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan di atas meja kerja.
2)        Semua komponen dikondisikan pada suhu ruang terlebih dahulu.
3)        Reagen dan control (positive dan negative) yang akan digunakan dalam pemeriksaan dihomogenkan.
4)        Reagen RPR Carbon dipindahkan dari botol reagen ke dispersing vial yang ada dalam RPR Test Kit merk a Shield Diagnostic.
5)        Needle dipasangkan pada ujung dispersing vial yang telah berisi reagen RPR Carbon.
6)        Sebanyak 1 tetes reagen RPR Carbon diteteskan pada masing-masing slide aglutinasi background putih.
7)        Sebanyak 1 tetes (50 ml) serum diteteskan pada daerah lingkaran dari slide aglutinasi background putih. Penetesan dilakukan secara tegak lurus. (Hal yang sama juga dilakukan pada control positive dan control negative).
8)        Reagen RPR Carbon dan serum dihomogenkan dengan bagian datar dari pipet pengaduk dispossible hingga batas daerah lingkaran pada slide pemeriksaan. (Hal yang sama juga dilakukan pada kontrol positive dan kontrol negative).
9)        Slide aglutinasi background putih digoyangkan selama 8 menit dan diamati flokulasi yang terbentuk.
Interpretasi Hasil :
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau reaktif
a.       REAKTIF               :  Bila tampak gumpalan/flokulasi sedang atau besar
b.      REAKTIF LEMAH         :  Bila tampak gumpalan/flokulasi kecil-kecil
c.       NON REAKTIF              : Bila tidak tampak gumpalan / flokulasi

10)    Hasil yang memberi hasil reaktif atau reaktif lemah kemudian dilanjutkan ke pemeriksaan semi kuantitatif. 

b.      Metode Semi – Kuantitatif
1)      Alat, bahan dan reagen yang digunakan pada uji RPR disiapkan.
2)      Seluruh komponen pemeriksaan dikondisikan pada suhu ruang.
3)      Larutan buffer saline diteteskan pada lingkaran 1 – 5 pada slide pemeriksaan menggunakan pipet penetes dispossible. Tetesan larutan saline tidak diratakan terlebih dahulu.
4)      Sampel serum diteteskan sebanyak 50 µL dengan mikropipet pada lingkaran slide aglutinasi pertama.
5)      Penghomogenan dilakukan dengan menaik turunkan larutan sampel sebanyak 5 – 6 kali menggunakan mikropipet. Diusahakan tidak menimbulkan gelembung/busa pada saat penghomogenan. Larutan dari lingkaran slide aglutinasi pertama diambil sebanyak 50 µL lalu dipindahkan ke lingkaran slide aglutinasi kedua. Perlakuan ini diulang pada lingkaran slide aglutinasi 3, 4, dan 5 sehingga terbentuk pengenceran :
Lingkaran uji
1
2
3
4
5
Pengenceran
1 : 2
1 : 4
1 : 8
1 : 16
1 : 32

6)      50 µL campuran pada lingkaran 5 ( pada pengenceran 1 : 32 ) diambil dengan mikropipet lalu dibuang.
7)      Sebanyak 1 tetes reagen RPR Carbon diteteskan pada masing-masing slide aglutinasi yang telah ditetesi serum yang telah diencerkan.
8)      Reagen RPR Carbon dan serum dihomogenkan dengan bagian datar dari pipet pengaduk dispossible hingga batas daerah lingkaran pada slide aglutinasi.
9)      Slide aglutinasi digoyangkan selama 8 menit dan diamati flokulasi yang terbentuk.

Interpretasi hasil :
Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi merupakan titer antibodi.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum setelah suatu periode inkubasi beberapa minggu. Insiden sifilis di Amerika Serikat meningkat dan menimbulkan akibat yang serius selama masa hamil.
Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunaan untuk tujuan skrining, terdiri dari dua tipe, yakni komplemen dan flokulasi. Hasil pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke-10 sampai ke-90 setelah infeksi.
Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan digunaan untuk diagnosis banding. Penisilin lebih dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi terhadap penisilin., pilihan lain mencakup tetrasiklin atau doksisiklin, eritromisin dan seftriakson. Tetrasiklin dikontraindikasikan pada kehamilan karena efek obat-obatan itu pada fungsi hati ibu dan pada perubahan warna gigi, seta penurunan pertumbuhan tulang pada janin.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. tt. Gejala Sifilis. http://gejalasifilis.com/. Diakses pada tanggal 20 April 2013.
Anonim. 2010. Sefilis. http://www.doktersehat.com/seputar-sifilis-si-raja-singa/. Diakses pada tanggal 20 April 2013.
Anonim. 2010. Pemeriksaan RPR.
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/10/pemeriksaan-syphilis-rpr-test.html. Diakses pada tanggal 20 April 2013.