Makalah Askep Gastritis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kasus
dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan
oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang
salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa
tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk
makan.(Fahrur, 2009).
Gejala
yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila
penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana
penyebab dari gastritis ?
3. Apa
gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?
4. Bagaimana
patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?
5. Pengobatan
apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)
3. Untuk
mengetahui gejala-gejala dari gastritis
4. Untuk
mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik
5. Untuk mengetahui
pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita gastritist.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Suatu
peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal dengan
karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan
muntah. (Suratun SKM, 2010)
Gastritis
adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan. Biasanya
individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan-makanan yang terlalu
berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. ( Smelzer2002)
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat
bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis
merupakn peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difusi atau
local. (patofisologi : 378 )
Gastritis
adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat diid sembrono, makan
terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
yang mengandung mikroorgnisme penyebab penyakit, disamping itu penyebab lain
meliputi alcohol, aspirasi, refluks empedu, terapi radiasi ( KMB& vol 2
:1062 )
2.2 Etiologi
Penyebab
dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
·
Gastritis
Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
·
Gastritis
Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
2.3 Pataofisiologi
·
Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan
gastritis akut,seperti beberapa jenis obat,alkohol,bakteri,virus,jamur,stres
akut,radiasi,alergi atau intoksikasi dari bahan makanan dan minuman garam
empedu,iskemia,dan trauma langsung.
1.
Obat-obatan,seperti obat -inflamasi
nonsteroid/OAINS (Indometasin, Ibuprotein dan Asam
Salisilat),sulfonamide,streoid,kokain,agen kemoterapi (Mitomisin,5
fluoro-2-deoxyuridine),salisilat,dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung (gelfand,1999)
2.
Minuman beralkohol:seperti
whisky,vodka,dan gin
3.
Infeksi bakteri: seperti H.pylori
(paling sering), H.heimanii , streptococci, staphylococci, proteus spesicies,
clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphflis
4.
Infeksi virus oleh
sitomegalovirus(giannakis,2008)
5.
Infeksi jamur,seperti
candidiasis,Histoplasmosis,dan phycomycosis
6.
Stres fisik yang disebabkan oleh
luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan
susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
7.
Makanan dan minuman yang bersifat
iritan.Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol
merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.
8.
Garam empedu,terjadi pada kondisi
refluks garam empedu(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal)dari
usus kecil kemukosa lambung sehingga menimbulakan respons peradangan mukosa.
9.
Iskemia,hal ini berhubungan dengan
akibat penurunan aliran darah kelambung.
10.
Trauma langsung lambung,berhubungan
dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga
integritas mukosa,yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung
Secara patofisiologi,ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung,meliputi:(1) kerusakan
mukosa barrier,yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat(2) perfusi mukosa
lambung yang terganggu :dan (3) jumlah asam lambung yang tinggi
Faktor-faktor tersebut biasanya
tidak berdiri sendiri,contohnya,stres fisik akan menyebabkan perfusi mukosa
lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah infark-kecil:tidak
terganggu.Hal tersebut yang membedakannya dengan gastritis erosif karena bahan
kimia atau obat.Pada gastritis refluks,gastritis karena bahan kima dan obat
menyebabkan mucosal barier rusak sehingga difusi balik ion H+ meninggi.Suasana
asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mucosal
barrier oleh cairan usus (lewis,1000)
Pada kondisi dimana pasien
mengonsumsi alkohol bersamaan dengan aspirin,efeknya akan lebih merusak
dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut secara terpisah.Gastritis
erosif hemoragik difus biasanya terjadi
pada peminum alkohol berat dan pengguna aspirin,kondisi tersebut dapat
menyebabkan perlunya dilakukan reseksi lambung.Penyakit yang serius ini akan
dianggap sebagai ulkus akibat stres,karena keduanya memiliki banyak
persamaan.(Lewis,2000)
Gastritis erosif akut (disebut juga
gastritis reaktif) dapat terjadi karena pajanan beberapa faktor atau agen
termasuk OAINS,kokain,refluks garam empedu,iskemia,radiasi yang mengakibatkan
kondisi hemoragi,erosi,dan ulkus.Akibat pengaruh gravitasi,agen ini akan berada
pada bagian distal atau yang terdekat dengan area akumulasi gen.Mekanisme utama
dari injuri adalah penurunan sistesis
prostaglandin yang bertanggung jawab
memproteksi mukosa dari pengaruh asam lambung.Pengaruh pada kondisi lama akan
menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal(wehbi,2009).
Infeksi bakteri merupakan penyebab
lain yang dapat meningkat peradangan pada mukosa lambung.Helicobacter pylory merupakan
bakteri utama yang paling sering
menyebabkan terjadinya gastritis akut.Prevalensi terjadinya infeksi oleh
H.pylori pada individu tergantung dari faktor usia,sosioekonomi,dan ras.Pada
beberapa studi di Amerika serikat,didapatkan infeksi H.pylori pada anak-anak
sebesar 20%,pada usia 40 tahunan sebesar 50%,dan pada usia lanjut sebesar 60%
(harriss,2007).Hal ini menggambarkan bahwa semakin meningkatnya usia,maka akan
semakin meningkat pula rasio mengalami infeksi H.pylori.Proses bagaimana
bakteri ini melakukan transmisi pada manusia masih belum diketahui secara
pasti,tetapi pada beberapa studi dipercaya bahwa transimisi bakteri antara
individu satu ke individu lain dapat terjadi melalui rute oral-fekal,selain
itu,dapat juga karena mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.Kondisi
ini sering terjadi pada pasien dengan golongan ekonomi rendah,akibat buruknya
sanitasi dan buruknya status higiene nutrisi(weck,2009)
Gastritis akut akibat infeksi
H.pylori biasanya bersifat asimtomatik.Bakteri yang masuk akan memproteksi
dirinya dengan lapisan mukus.Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung
dan melindungi dari asam lambung.Penetrasi atau daya tembus bakteri kelapisan
mukosa menyebabkan tejadinya kontak dengan sel-sel epitelial lambung dan terjadi
adhesi (perlengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan – melalui
pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-8.Hal tersebut menyebabkan fungsi
barier lambung terganggu dan terjadilah gastritis akut(santacroce,2008)
Gastritis pada tuberkulosa berubungan
dengan adanya penurunan fungsi imun dan akibat umum dari gangguan sistem
pernapasan.Infeksi virus dari sitomegalovirus dan infeksi jamur terjadi pada
beberapa pasien dengan penurunan imunitas seperti kanker pascatransplantasi
organ,dan AIDS.Kondisi-kondisi tersebut meningkatkan resiko terjadinya
gastritis kronis.
Kondisi tersebut akan menimbulkan
terjadinya respons peradangan lokal,dimana mukosa memerah,edematosa dan
ditutupi oleh mukus yang melekat,erosi kecil,serta perdarahan (sering
timbul).Derajat peradangan sangat bervariasi dan menimbulkan berbagai masalah
keperawatan pada pasien
·
Gastritis Kronis
Helicobacter
pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan
gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis
pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak
elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson,
Lorraine, 1999: 162).
2.4 Klasifikasi
Gastritis
dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di
klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut
erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2.
Gastritis kronis
Gastritis
kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun
(Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan
Suddart, 2000, hal: 188).
Gastritis
kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun
sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim,
tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan
ulkus pada dinding lambung.
2.5 Manifestasi
Klinis
a.
Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual.
Nyeri dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat,
gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi,
sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
b.
Gastritis kronis
Tanda
dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan penurunan
berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan dapat terjdi
aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.
2.6 Komplikasi
·
Komplikasi
yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi. Gangguan cairan
ketika terjadi muntah hebat.
·
Komplikasi
yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat
kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Ulkus peptikum juga keganasan
lambung.
2.7 Prognosis
·
Gastritis akut umumnya sembuh dalam
waktu beberapa hari.
·
Insidensi ulkus lambung dan kanker
lambung meningkat pada gastritis kronis tipe A.
·
Gastritis dapat menimbulkan
komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala klinis yang berulang.
2.8 Pemeriksaan
Penunjang
·
Endoskopi : akan tampak erosi multi
yang sebagian biasanya berdarah dan letaknyatersebar.
·
Pemeriksaan Hispatologi : akan
tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernahmelewati mukosa muskularis.
·
Biopsi mukosa lambung
·
Analisa cairan lambung :untuk
mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada kliendengan gastritis
kronik.
·
Pemeriksaan barium
·
Radiologi abdomen
·
Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
·
Feces bila melena
·
EGD (Esofagogastriduodenoskopi) =
tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
·
Minum barium dengan foto rontgen =
dilakukan untuk membedakan diganosa penyebab / sisi lesi..
·
Angiografi = vaskularisasi GI dapat
dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan.
Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
·
Amilase serum = meningkat dengan
ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456)
2.9 Penatalaksanaan
Secara umum
adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi
kecil dan sering, serta Obat-obatan.
Secara
spesifik dibedakan :
Gastritis Akut :
·
Pantang
minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang
tidak mengiritasi.
·
Jika
gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
·
Jika
terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi
pada saluran gastrointestinal bagian atas.
·
Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
·
Jika
gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum
·
Jika
gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
·
Jika korosi
parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
Gastritis
Kronis :
·
Modifikasi
diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
·
H. phylory
mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam
bismuth (pepto bismol)
2.10 Pengkajian
·
Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
·
Keluhan utama
Selama
mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien.
Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual, muntah?
·
Riwayat penyakit sekarang
Kaji
apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alkohol?
·
Riwayat penyakit dahulu
Kaji
apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit lambung
sebelumnya atau pembedahan lambung?
·
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji
riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet
atau diet sembarang.
·
Riwayat diet ditambah jenis diet
yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu
· Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons
terhadap aktivitas)
· Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
-kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
· Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
· Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan
atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
·
Makanan / Cairan
Gejala
: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah
menelan : cegukan
Nyeri
ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
·
Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
·
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan
makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan
atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau
gastritis).
Faktor
pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
·
Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda
: peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
·
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima
karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala),
flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
2.11 Diagnosa
·
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan
klien mengeluh tidak mau makan
·
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan
intake cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
·
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan
nyeri
·
Keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
·
Kurang pengetahuan b.d
ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada
mukosa lambung
·
Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang
ditandai dengan klien tampak gelisah
2.12 Intervensi
·
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan
nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan
nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan
iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik
dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
·
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang
ditandai dengan klien mengeluh tidak mau makan
Tujuan : Menghindari makanan
pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai makanan yang lain.
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai makanan yang lain.
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
·
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan
intake cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena
muntah
Tujuan : Mempertahankan volume
cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut..
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut..
·
Keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :Keterbatasan aktifitas teratasi.
Intervensi :
Intervensi :
1)
Tingkatkan
tirah baring atau duduk,
2)
berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman,
3)
batasi
pengunjung,
4)
dorong
penggunaan tekhnik relaksasi,
5)
kaji
nyeri tekan pada gaster,
6)
berikan
obat sesuai dengan indikasi.
·
Kurang pengetahuan b.d
ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada
mukosa lambung
Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan.
Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan.
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan,kelemahan umun,pengetahuan pasien sebelumnya,dan suasana yang tepat)
R/ Keberhasilan proses pembelajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik,dan lingkungan yang kondusif
2) Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai
menimbulkan keluhan pada pasien
R/ Pengetahuan pasien tentang
gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual.Diet
diberikan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian,makanan yang
disukai serta pola makan
3) Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
R/ Meningkatkan partisipasi pasien
dalam program pengobatan dan mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen
iritan lambung.
4) Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi
predisposisi timbulnya keluhan
R/Pasien diberi daftar agen-agen
iritan untuk dihindari (misal:kafein,nikotin,bumbu pedas,pengiritasi atau
makanan sangat merangsang,dan alkohol
5) Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang
mengandung protein dan kalori yang tinggi,serta intake cairan yang cukup setiap
hari
R/ Diet TKTP dan cairan yang adekuat
memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh.Pendidikan kesehatan tentang hal
tersebut meningkatan kemandirian pasien dalam perawatan penyakitnya.
·
Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang
ditandai dengan klien tampak gelisah
Tujuan : Ansietas
teratasi/berkurang.
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2) Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah saat ini, meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5) Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas.
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2) Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah saat ini, meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5) Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas.
2.13
Evaluasi
·
Nyeri epigastrium berkurang atau
teradaptasi
·
Asupan nutrisi terpenuhi
·
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit tidak terjadi
·
Aktivitas telah kembali normal
·
Informasi terpenuhi
·
Tingkat kecemasan berkurang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai
magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari
infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba
(akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas,
sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap
biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan
terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis
tidak menyebabkan apapun.
Pada
gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa
lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif
Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu
ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).
DAFTAR PUSTAKA
Ø Asuhan
keperawatan Gastritis di akses pada tanggal 11 desember 2011 di ttp://www.scribd.com/doc/34134791/asuhan-keperawatan-gastritis#archiv
Ø Buzanne C. Smeltzer & Brenda G.
Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah
volume 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ø Sue, Marion, Meridean, Elizabeth.
2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition, USA : Mosby
Elsevier
Ø Joanne&Gloria. 2004. Nursing
Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier
Ø T. Heather
Herdman. 2011.NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011, Jakarta
: Penerbit Buku
Kedokteran EGC