Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

MANAJERIAL PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS PELAYANAN KESEHATAN BALITA,PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BALITA,DETEKSI DINI DAN IMUNISASI




BAB I

PENDAHULUAN


A.                LATAR BELAKANG
Pada masa usia dini bayi dan balita mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana bayi dan anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing bayi dan balita berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembanganny secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Perkembangan bayi dan balita adalah masa-masa kritis yang menjadi fondasi bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari potensi kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada usia dini.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pemantauan Tumbuh Kembang Balita.
2.      Imunisasi.

 BAB II
PEMBAHASAN


A. DEFINISI
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan di bidang kesehatan yang menyangkut kesehatan anak balita. Balita merupakan anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak balita
B.       TUJUAN DILAKSANAKAN 
1.         Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat khsususnya ibu dalam pelayanan  dan meningkatkan kesehatan anak balita. 
2.         Untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan anak balita. 
C.      SASARAN 
1.         Sasaran Primer 
Sasaran primer dalam promosi kesehatan adalah masyarakat pada umumnya sesuai dengan masalah kesehatan anak balita maka sasaran ini ditujukan orang tua(bapak dan ibu) 
2.         Sasaran sekunder 
Sasaran sekunder dalam  promosi kesehatan menganai pelayanan kesehatan anak balita yaitu tokoh masyarakat,tokoh agama, tokoh adat.Para tokoh ini diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu ,disamping itu  dengan perilaku sehat tokoh masyarakat sebagai hasil dari pendidikan yang di terima maka para tokoh masyarakat akan menjadi panutan dalam hal perilaku dan pola hidup yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan anak balita. 
3.         Sasaran Tersier
Sasaran Tersier dalam promosi kesehatan adalah para pembuat keputusan dangan kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh kelompok, kelompok  tersier ini diharapkan akan berdampak pada tokoh masyarakaat dan juga kepada ibu sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak balita.
D.      PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
1.      Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
         Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
         Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
         Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2.      Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
         Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
         Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
3.      Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1)        Penimbangan berat badan
2)        Penentuan status pertumbuhan
3)        Penyuluhan
4)        Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
4.      Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1)      Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2)      Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3)      Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
5.      Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
Imunisasi wajib diantaranya:
a.       BCG :
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun melibatkan organ tubuh yang lain. 
b.      Polio Oral Vaksin:
Mengandung tiga macam virus hidup yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan dalam memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan kematian 


c.       Vaksin Hepatitis B :
Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d.      Vaksin campak:
Memberi kekebalan terhadap penyakit campak
e.       DPT:
memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus
6.      Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
o   Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
o   Pemberian makanan bayi
o   Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
o   Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
o   peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA/ DETEKSI DINI
Ada tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
1.      Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a.       Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan (BB/TB)
      Alat yang digunakan yaitu dacin (timbangan gantung), dengan terlebih dahulu menyeimbangkan dacin pada titik “0”.
Pengukuran Panjang Badan atau Tinggi Badan
Panjang badan diukur bila anak belum bisa berdiri, dengan cara bayi dibaringkan terlentang, kepala bayi menempel pada pembatas angka 0, lutut diluruskan, batas kaki ditempelkan pada telapak kaki.
Tinggi Badan diukur dengan cara anak tidak memakai sandal sepatu, berdiri tegak menghadap kedepan, punggung patat tumit menempel pada tiang pengukur, turunkan batas atas sampai menempel di ubun-ubu, kemudian baca angka.

      Gunakan Tabel Berat Badan / Tinggi Badan (BB/TB) untuk melihat status gizi pada balita tersebut.
Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi Baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi Kurang
Kurus Sekali : <-3 SD atau Gizi Buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi Lebih
Intervensi : Lihat pedoman tatalaksana Gizi Buruk di MTBS
b.      Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Alat ukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata di atas kedua telinga, baca angka pada pertemuan angka nol. Catat hasil pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.
Interpretasi :
Bila lingkar kepala di jalur hijau, maka lingkar kepala normal, bila di atas yaitu makrosefal, bila dibawah jalur hijau yaitu mikrocepal
Intervensi :
Bila ditemukan Makrocepal atau Microcepal segera rujuk ke Rumah Sakit
2.      Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan, adapun pelaksana dan alat yang digunakan :
Tingkat Pelayanan
Pelaksana
Alat Yang Digunakan
Keluarga dan Masyarakat
-          Orang Tua
-          Kader Kesehatan
Buku KIA
-       Petugas pusat PAUD terlatih
-       Guru TK Terlatih
KPSP
TDL
TDD
Puskesmas
Dokter, Bidan, Perawat
KPSP
TDL
TDD

Keterangan :
Buku KIA         : Buku Kesehatan Ibu Anak
KPSP                 : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL                   : Tes Daya Lihat
TDD                  : Tes Daya Dengar
PAUD               : Pendidikan Anak Usia Dini

a.       Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1)                       Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2)                       Jadwal skrining KPSP rutin adalah setiap tiga bulan sekali sampai usia 24 bulan, dan setiap 6 bulan sekali sampai usia 72 bulan
3)                       Sasaran KPSP anak sampai dengan usia 72 bulan
4)                       Alat yang digunakan adalah formulir KPSP sesuai usia anak
5)                       Cara menggunakan KPSP : anak dibawa, tentukan umur, tanyakan pertanyaan secara berurutan, setiap prtanyaan hanya ada satu jawaban “Ya” atau “Tidak”
Interpretasi
1)                       Hitung jumlah jawaban Ya, jawaban Ya bila ibu/pengasuh menjawab : anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak bila ibu/pengasuh menjawab : anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
2)                       Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangannya (S)
3)                       Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
4)                       Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)


Intervensi
-          Bila anak sesuai umur (S)
1)      Beri pujian kepada ibu/pengasuh
2)      Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan
3)      Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat sesering mungkin
4)      Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu
5)      Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak usia dibawah 24 bulan, dan 6 bulan sekali pada anak di atas 24 bulan sampai 72 bulan.
-          Bila perkembangan anak meragukan (M)
1)      Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi
2)      Ajarkan ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan
3)      Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
4)      Lakukan penilaian KPSP 2 minggu kemudian
5)      Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka keungkinan ada penyimpangan.
-          Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P)
Rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
b.      Tes Daya Dengar (TDD)
a.                        Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar.
b.                       Jadwal TDD adalah setiap tiga bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada bayi di atas 12 bulan
c.                        Pada anak umur kurang dari 24 bulan : semua anak harus dijawab oleh orang tua/pengasuh
d.                       Pada anak di atas 24 bulan atau lebih pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh.

Interpretasi
     Bila ada jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran
Catat dalam buku KIA atau kohort bayi/balita
Intervensi
Rujuk ke Rumah Sakit bila tudak tertangani.

c.       Tes Daya Lihat (TDL)
a.                        Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
b.                       Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.
c.                        Cara melakukan pemeriksaan dengan poster E (untuk pemeriksa) dan kartu E untuk anak.
d.                       Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 3 meter
e.                        Tunjuk poster E dan suruh anak untuk mengarahkan kartu E sesuai yang kita tunjuk.
f.                        Lakukan secara bergiliran antara mata kiri dan kanan dengan cara menutup sebelah mata dengan kertas
g.                       Jika sampai baris ketiga anak menjawab benar maka penglihatan anak normal, jika sampai baris ketiga anak mengarahkan kartunya salah, kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan.
h.                       Jika kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan, ulang peeriksaan pada 2 minggu berikutnya, jika hasilnya tetap sama, rujuk segera ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan.

3.      Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
a.       Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMEE) : bagi anak umur 36 bulan  sampai 72 bulan.
Dilakukan setiap 6 bulan sesuai dengan jadwal pemeriksaan perkembangan anak. Tanyakan pertanyaan satu persatu pada ibu atau pengasuh. Jika ada 1 jawaban Ya maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Jika jawaban Ya 1, lakukan konseling kepada orang tua dan evaluasi setelah 3 bulan.
Jika jawaban Ya 2 atau lebih segera rujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b.      Ceklis Autis anak Prasekolah (Checklist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan
Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh, ada 5 perintah bagi anak.
a.   Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b.     Risiko rendah autis jika jawaban “Tidak” pada pertanyaan A7 dan B4
c.  mungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban tidak jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9; B1; B5.
d.     Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3.
e.    Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

c.  Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Pemusatan dan Hiperaktivitas (GPPH) bagi anak umur 36 bulan keatas.
Formulir terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua/pengasuh.
Nilai 0 : Jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : Jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Niali 2 : Jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : Jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila Nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan GPPH.
a.                        Jika nilai total 13 Rujuk segera ke Rumah Sakit dengan fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b.                       Jika Nilai total kurang dari 13 jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. 
 IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuhkebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapatmenyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindungi dariinfeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita
Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatupenyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yang dapat di hindari denganimunisasi yaitu:
1.      Hepatitis.
2.      Campak.
3.      Polio.
4.      Difteri.
5.      Tetanus.
6.      Batuk Rejan.
7.      Gondongan
-          Cacar air
-          -TBC
 
Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:
1.    Imunisasi aktif alamiahAdalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuhdari suatu penyakit.
2.    Imunisasi aktif buatanAdalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
Imunisasi Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerimaberbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
1.  Imunisai pasif alamiahAdalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan olehibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika beradadalam kandungan.
2.   Imunisasi pasif buatan.Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu
jenis-Jenis Imunisasi
1.  Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan cara menghambat penyebaran kuman.
2.  Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitis B ke tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis.
3.  Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.
4.    Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT (difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
5.  Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulanatau lebih setelah suntikan pertama . ( Asuhan neonatus bayi dan balita :98-101)

Mekanisme Imunisasi Dalam Proses PencegahanPenyakit
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadaporganisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit
 
BAB III
PENUTUP


A.           Kesimpulan
                                
Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita/Deteksi Dini. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 ).

 
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Isna M.Kes. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Nuha medika. Yogjakarta
http ://pelayanan kesehatan anak-balita.html diakses.
http:// tujuan/sasaran-pelayanan kesehatan-pada anak-dan-balita.html diakses.