MANAJERIAL PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS PELAYANAN KESEHATAN BALITA,PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BALITA,DETEKSI DINI DAN IMUNISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada masa usia dini bayi
dan balita
mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana bayi
dan anak mulai
peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing bayi
dan balita
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembanganny secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Perkembangan bayi
dan balita adalah
masa-masa kritis yang menjadi fondasi bagi anak untuk menjalani kehidupannya di
masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari potensi
kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada usia dini.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita.
2.
Imunisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan di bidang kesehatan yang
menyangkut kesehatan anak balita. Balita merupakan anak usia 1-5 tahun.
Pelayanan kesehatan pada anak balita
B. TUJUAN DILAKSANAKAN
1. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
khsususnya ibu dalam pelayanan dan meningkatkan kesehatan anak
balita.
2. Untuk mengetahui secara dini tentang kondisi
kesehatan anak balita.
C. SASARAN
1. Sasaran Primer
Sasaran primer dalam promosi
kesehatan adalah masyarakat pada umumnya sesuai dengan masalah kesehatan anak
balita maka sasaran ini ditujukan orang tua(bapak dan ibu)
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder dalam
promosi kesehatan menganai pelayanan kesehatan anak balita yaitu tokoh
masyarakat,tokoh agama, tokoh adat.Para tokoh ini diharapkan dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu ,disamping itu dengan perilaku sehat
tokoh masyarakat sebagai hasil dari pendidikan yang di terima maka para tokoh
masyarakat akan menjadi panutan dalam hal perilaku dan pola hidup yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan anak balita.
3. Sasaran Tersier
Sasaran Tersier dalam promosi
kesehatan adalah para pembuat keputusan dangan kebijakan- kebijakan yang dibuat
oleh kelompok, kelompok tersier ini diharapkan akan berdampak pada tokoh
masyarakaat dan juga kepada ibu sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak
balita.
D. PELAYANAN
KESEHATAN ANAK BALITA
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS
(Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya
KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap
kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan
dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat
yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang
anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada
anak.
KMS juga dapat dipakai
sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan
yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS
juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita
tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
• Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian
ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
• Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
• Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah
satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk
kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk
melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi
masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami
kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu
tahun. (Depkes RI,
2007)
Vitamin A
terdiri dari 2 jenis :
• Kapsul vitamin
A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali
dalam satu tahun
• Kapsul vitamin
A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
3.
Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup
:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera
ditunjuk ke Puskesmas.
4.
Manajemen
Terpadu Balita Sakit
Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3
komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
5.
Pelayanan
Immunisasi
Imunisasi
adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak
sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari
infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis
(batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan
terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena
Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi
bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah
tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak
dan hepatitis.
Imunisasi
dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
Imunisasi wajib diantaranya:
a. BCG :
Vaksin
ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah
mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit
tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak
menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun
melibatkan organ tubuh yang lain.
b.
Polio Oral
Vaksin:
Mengandung
tiga macam virus hidup yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan dalam
memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan kematian
c.
Vaksin
Hepatitis B :
Pemberian
vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi
penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d.
Vaksin campak:
Memberi
kekebalan terhadap penyakit campak
e.
DPT:
memberikan
kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus
6.
Konseling pada
keluarga balita
Konseling
yang dapat diberikan adalah :
o Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
o Pemberian makanan bayi
o Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
o Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
o peningkatan kesehatan pola tidur, bermain,
peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal
idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN
BALITA/ DETEKSI DINI
Ada tiga jenis deteksi dini tubuh
kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan
jaringannya, berupa:
1. Deteksi
Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a.
Pengukuran Berat Badan dan Tinggi
Badan (BB/TB)
Alat yang digunakan yaitu dacin (timbangan
gantung), dengan terlebih dahulu menyeimbangkan dacin pada titik “0”.
Pengukuran
Panjang Badan atau Tinggi Badan
Panjang
badan diukur bila anak belum bisa berdiri, dengan cara bayi dibaringkan
terlentang, kepala bayi menempel pada pembatas angka 0, lutut diluruskan, batas
kaki ditempelkan pada telapak kaki.
Tinggi
Badan diukur dengan cara anak tidak memakai sandal sepatu, berdiri tegak
menghadap kedepan, punggung patat tumit menempel pada tiang pengukur, turunkan
batas atas sampai menempel di ubun-ubu, kemudian baca angka.
Gunakan Tabel Berat Badan / Tinggi Badan (BB/TB) untuk melihat status
gizi pada balita tersebut.
Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi
Baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau
Gizi Kurang
Kurus Sekali : <-3 SD atau Gizi
Buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi Lebih
Intervensi : Lihat pedoman tatalaksana Gizi
Buruk di MTBS
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Alat ukur
dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata di atas kedua
telinga, baca angka pada pertemuan angka nol. Catat hasil pada grafik lingkaran
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.
Interpretasi
:
Bila
lingkar kepala di jalur hijau, maka lingkar kepala normal, bila di atas yaitu
makrosefal, bila dibawah jalur hijau yaitu mikrocepal
Intervensi
:
Bila
ditemukan Makrocepal atau Microcepal segera rujuk ke Rumah Sakit
2.
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi
dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan,
adapun pelaksana dan alat yang digunakan :
Tingkat
Pelayanan
|
Pelaksana
|
Alat
Yang Digunakan
|
Keluarga
dan Masyarakat
|
-
Orang Tua
-
Kader Kesehatan
|
Buku
KIA
|
-
Petugas pusat PAUD terlatih
-
Guru TK Terlatih
|
KPSP
TDL
TDD
|
|
Puskesmas
|
Dokter,
Bidan, Perawat
|
KPSP
TDL
TDD
|
Keterangan
:
Buku
KIA : Buku Kesehatan Ibu Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
a.
Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
1)
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan
anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
2)
Jadwal skrining KPSP rutin adalah setiap
tiga bulan sekali sampai usia 24 bulan, dan setiap 6 bulan sekali sampai usia
72 bulan
3)
Sasaran KPSP anak sampai dengan usia 72
bulan
4)
Alat yang digunakan adalah formulir KPSP
sesuai usia anak
5)
Cara menggunakan KPSP : anak dibawa,
tentukan umur, tanyakan pertanyaan secara berurutan, setiap prtanyaan hanya ada
satu jawaban “Ya” atau “Tidak”
Interpretasi
1)
Hitung jumlah jawaban Ya, jawaban Ya bila ibu/pengasuh menjawab : anak
bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak bila ibu/pengasuh menjawab : anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
2)
Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10,
perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangannya (S)
3)
Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8,
perkembangan anak meragukan (M)
4)
Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P)
Intervensi
-
Bila anak sesuai umur (S)
1)
Beri pujian kepada ibu/pengasuh
2)
Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan
3)
Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat sesering mungkin
4)
Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu
5)
Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
usia dibawah 24 bulan, dan 6 bulan sekali pada anak di atas 24 bulan sampai 72
bulan.
-
Bila perkembangan anak meragukan (M)
1)
Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih
sering lagi
2)
Ajarkan ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan
3)
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
4)
Lakukan penilaian KPSP 2 minggu kemudian
5)
Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka keungkinan ada penyimpangan.
-
Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P)
Rujuk
ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
b.
Tes Daya Dengar (TDD)
a.
Tujuan tes daya dengar adalah untuk
menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti
untuk meningkatkan kemampuan daya dengar.
b.
Jadwal TDD adalah setiap tiga bulan pada
bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada bayi di atas 12 bulan
c.
Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
semua anak harus dijawab oleh orang tua/pengasuh
d.
Pada anak di atas 24 bulan atau lebih
pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh.
Interpretasi
Bila
ada jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran
Catat
dalam buku KIA atau kohort bayi/balita
Intervensi
Rujuk
ke Rumah Sakit bila tudak tertangani.
c.
Tes Daya Lihat (TDL)
a.
Tujuan tes daya lihat adalah untuk
mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi
lebih besar.
b.
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6
bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.
c.
Cara melakukan pemeriksaan dengan poster
E (untuk pemeriksa) dan kartu E untuk anak.
d.
Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 3
meter
e.
Tunjuk poster E dan suruh anak untuk
mengarahkan kartu E sesuai yang kita tunjuk.
f.
Lakukan secara bergiliran antara mata
kiri dan kanan dengan cara menutup sebelah mata dengan kertas
g.
Jika sampai baris ketiga anak menjawab
benar maka penglihatan anak normal, jika sampai baris ketiga anak mengarahkan
kartunya salah, kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan.
h.
Jika kemungkinan anak mengalami gangguan
penglihatan, ulang peeriksaan pada 2 minggu berikutnya, jika hasilnya tetap
sama, rujuk segera ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami
gangguan.
3.
Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental
emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan intervensi. Bila
penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih
sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbh kembang anak. Deteksi ini
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Ada beberapa jenis alat yang
digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional
pada anak, yaitu :
a.
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMEE) : bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
Dilakukan setiap 6 bulan sesuai
dengan jadwal pemeriksaan perkembangan anak. Tanyakan pertanyaan satu persatu
pada ibu atau pengasuh. Jika ada 1 jawaban Ya maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional. Jika jawaban Ya 1, lakukan konseling kepada orang tua
dan evaluasi setelah 3 bulan.
Jika jawaban Ya 2 atau lebih segera
rujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
b.
Ceklis Autis anak Prasekolah (Checklist
for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan
Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh
orang tua/pengasuh, ada 5 perintah bagi anak.
a.
Risiko
tinggi menderita autis : bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b.
Risiko
rendah autis jika jawaban “Tidak” pada pertanyaan A7
dan B4
c. mungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban tidak jumlahnya 3 atau
lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9; B1; B5.
d.
Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3.
e.
Bila anak risiko menderita autis atau
kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
c. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Pemusatan dan Hiperaktivitas (GPPH)
bagi anak umur 36 bulan keatas.
Formulir terdiri dari 10 pertanyaan
yang ditanyakan pada orang tua/pengasuh.
Nilai 0 : Jika keadaan tersebut
tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : Jika keadaan tersebut
kadang-kadang ditemukan pada anak
Niali 2 : Jika keadaan tersebut
sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : Jika keadaan tersebut
selalu ada pada anak.
Bila Nilai total 13 atau lebih anak
kemungkinan GPPH.
a.
Jika nilai total 13 Rujuk segera ke
Rumah Sakit dengan fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b.
Jika Nilai total kurang dari 13
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu prosese untuk
membuat sistem pertahanan tubuhkebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan
virus). Yang dapatmenyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dariinfeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita
Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah untuk
menguranggi angka penderitaan suatupenyakit
yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada
penderitanya.
Beberapa penyakit yang
dapat di hindari denganimunisasi yaitu:
1.
Hepatitis.
2.
Campak.
3.
Polio.
4.
Difteri.
5.
Tetanus.
6.
Batuk Rejan.
7.
Gondongan
-
Cacar air
-
-TBC
Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi
Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat
seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya:
imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:
1. Imunisasi
aktif alamiahAdalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuhdari
suatu penyakit.
2. Imunisasi
aktif buatanAdalah kekebalan tubuh yang di
dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari
sutu penyakit.
Imunisasi
Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat
seseorang yang zat kekebalantubuhnya di dapat dari luar.Contohnya
Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:Terdapat pada
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerimaberbagi jenis antibodi dari
ibunya melalui darah placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap
campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
1. Imunisai pasif alamiahAdalah
antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan olehibu yang merupakan orang
tua kandung langsung ketika beradadalam
kandungan.
2. Imunisasi
pasif buatan.Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk
mencegah penyakit tertentu
jenis-Jenis Imunisasi
1. Imunisai
BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi kekebalan tubuh
terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan
cara menghambat penyebaran kuman.
2. Imunisasi
hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitis B ke
tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis.
3.
Imunisasi
polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di kenal
dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari penyakit
poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.
4. Imunisasi
DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT (difteri
pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan
dari kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin pertama pada
usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
5.
Imunisasi
campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang
bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan
pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu
interval 6 bulanatau lebih setelah suntikan pertama . ( Asuhan neonatus bayi dan balita :98-101)
Mekanisme Imunisasi Dalam Proses
PencegahanPenyakit
Imunisasi bekerja dengan cara
merangsang pembentukan antibodi terhadaporganisme tertentu,tanpa menyebabkan
seorang sakit
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemantauan
Tumbuh Kembang Bayi dan Balita/Deteksi Dini. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 ).
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati,
Isna M.Kes. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Nuha medika.
Yogjakarta
http ://pelayanan
kesehatan anak-balita.html diakses.
http://
tujuan/sasaran-pelayanan kesehatan-pada anak-dan-balita.html diakses.