Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

Makalah Anemia Pada Kehamilan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Didunia ini setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia 2 orang meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap menit 20 anak balita meninggal. Dengan kata lain 20.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap tahun. (university of Indonesia “make every mother and child count” 7 april 2005).          
Tingginya angka kesakitan dan kehamilan pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah yang besar. Dilaporkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berkisar 334/100.000 kelahiran hidup. (panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal) di Sumbar AKI 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 9,96/1000 kelahiran hidup. Dan dipadang angka kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 3,4/1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Sumbar).           
Didalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebut kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dengan misi menurunkan angka kematian maternal dan neonatal melalui pemantauan system kesehatan yang menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin kesehatan maternal dan neonatal sebagai prioritas program pembangunan nasional.
Selain itu intervensi dalam safe motherhood melakuakn pendekatan dengan mengganggap semua kehamilan berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses pertolongan persalianan yang aman. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai
Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetric. Komplikasi obstetric ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Penyebab kematian ibu dan perinatal umumnya desebabkan oleh sebab langsung seperti pendarahan, eklampsi, infeksi dan sebab tidak langsung yaitu rendahnya tingkat pendidikan, sosial ekonomi, terlambatnya mendapat pertolongan persalinan atau rujukan yang dikenal dengan istilah 3T (Terlambat mengenal komplikasi, Terlambat membuat keputusan, Terlambat merujuk) dan pertolongan persalinan oleh dukun yang kurang memperhatikan sterilisasi dan aborsi illegal .
Seorang bidan baru yang dikatakan profesional jika ia mamapu melakukan tugas kebidanan sesuai standar dan hasil yang memuaskan. Ia terlatih memberikan perawatan dan nasehat yang diperlukan bagi seorang wanita selam hamil ,persalianan dan nifas. Untuk melakukan persalinan normal atas tanggung jawab sendiri dan untuk merawat bayi baru lahir. Setiap saat ia harus mengenali tanda-tanda bahaya yang menandakan keadaan yang abnormal atau kemungkianan akan timbul keadaan yang abnormal yang mengharuskan melakukan rujukan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Definisi Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
2.2    Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan - perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, di mana 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian, ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan anemia defisiensi besi, misalnya: infeksi kronik, penyakit hati, dan thalasemia.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan (konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.
Anema dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini disebabkan kurang masuknya unsur bagi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada perdarahan.
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang (Indonesia). WHO melaporkan bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkambang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka akan sangat mudah untuk terjadinya anemia defisiensi besi, terutama pada kehamilan kembar. Untuk daerah khatulistiwa seperti Indonesia, zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit.     
2.3     Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi anemia pada ibu hamil ini berdasarkan penyebab terjadinya anemia tersebut.
Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu hamil dibagi menjadi:

1.        Anemia defisiensi Besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan.
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer. Diagnosis:
1.         Untuk Anemia defesiensi besi yang berat di tandai dengan ciri-ciri yang khas yaitu mikrisitosis dan hipokromasia.
2.         Untuk Anemia defesiensi besi yang ringan tidak selalu di tandai dengan cirri-ciri khas , banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas yaitu :
a.         Kadar besi serum rendah.
b.        Daya ikat besi serum tinggi.
c.         Protoporfirin eritrisit tinggi.
d.        Tidak di temukan hemosiderin dalam sum-sum tulang.
Prognosis:
a.         Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak . Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain . Anemia berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat menyebabkan abortus dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama , perdarahan post partum dan infeksi. Walaupun bayi yang di lahirkan dari ibu yang menderita anemia defesiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang yang barubeberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infatum.
b.         Pencegahan dan Pengobatan:
Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di beri nasehat untuk makan lebih banyak protein dan sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin.
2.        Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena defesiensi asam folat. Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
Diagnosis:
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megeloblas atau promegaloblas dalam darah atau sum-sum tulang belakang
Prognosis:
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Pencegahan dan Pengobatan:
1.         Asam folat 15-30 mg per hari.
2.         Vitamin B12 3x1 tablet per hari.
3.         Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari.
4.         Pada kasus berat diberikan penambah darah.
3.        Anemia Hipoplastik 8%
Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh penurunan fungsi kerja sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
4.        Anemia Mieloptisik 0,7%
Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatanya. Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal. Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan.
Pengobatanya:      Tergantung pada jenis anemia ini serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah berulang dapat membantu penderita.
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Klasifikasi menurut Depkes RI (2000): 
a.         Tidak anemia : ≥ 11 gr% 
b.         Anemia  : < 11 gr% 2)
Klasifikasi anemia menurut WHO:
a.         Normal  : ≤ 11 gr % 
b.        Anemia ringan : 9-10 gr % c) 
c.         Anemia sedang : 7-8 gr% d) Anemia berat : < 7 gr% 3)
Klasifikasi menurut Manuaba (2010):
a.         Tidak anemia : Hb 11 gr % b) 
b.        Anemia ringan : Hb 9-10 gr % 
c.         Anemia sedang : Hb 7-8 gr % 
d.        Anemia berat : Hb < 7 gr %
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel:
1.        Anemia mikrositik : jhonpenyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb).
2.        Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
3.        Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
2.4         Gejala dan Tanda Anemia dalam Kehamilan
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).
Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan pembesaran kelenjar limpa. Niali ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%, anemia ringan 9-10 gr%, anemia sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.
Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar. Hanya saja alat ini tersedia di kota. Mengingat di Indonesia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih sering dijumpai, maka pemeriksaan khusus seperti darah tepi dan dahak perlu dilakukan.
Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
2.5         Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek­si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri­natal, dan lain-lain) (Amiruddin dkk, 2004).
2.6         Penyebab Anemia dalam Kehamilan
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah. Hemoglobin memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa membuat hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.
Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah. Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg) zat besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat besi tersebut yaitu 30 mg.
Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi lebih cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah merah menjadi menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan yaitu dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga bisa timbul karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.
Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit ginjal dan infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.
Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup, bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan seorang wanita rentan terhadap anemia.
Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.
Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil merasa lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin yang masih ada dalam kandungan.
Hampir semua anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi/ kekurangan zat besi. Adapun etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Amiruddin,dkk tahun 2004 diantaranya sebagai berikut:
1.        Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2.        Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3.        Kurangnya zat besi dalam makanan
4.        Kebutuhan zat besi meningkat
5.        Gangguan pencernaan dan absorbs
2.7         Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil
1.        Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
2.        Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah.
3.        Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
4.        Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.


5.        Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
6.        Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.
2.8         Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap dalam mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama kehamilan. Ibu hamil perlu menyadari bahaya anemia dengan cara mengetahui potensi anemia yang dimiliki oleh ibu hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan hasilnya dengan dokter.
Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih baik bagi ibu hamil untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat besi. Misalnya meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, oatmeal maupun daging.
Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan persetujuan dokter. Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa perubahan pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu minggu dan kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil perlu menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak terganggu.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
2.9         Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan
Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya. Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat, dapat mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan persalinan lama, perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya Medicastore, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Dari pembahasan di makalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa, penyakit anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Dan ibu hamil sangat rentan terkena penyakit anemia.
3.2         Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya Bidan dan resiko anemia pada ibu hamil dapat berkurang dan dapat di cegah.


DAFTAR ISI
Erfandi. “Anemia Pada Ibu Hamil”. http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/11/18/anemia-pada-ibu-hamil/  (diakses pada: Kamis, 9 Mei 2013, 20:32)
Julusiri, Mutmainnah. “Makalah Anemia”. http://innahalwayshereforyou.blogspot.com/2012/05/makalah-anemia.html (diakses pada: Sabtu, 11 Mei 2013, 16:51)
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media
Saspriyana, Kade Yudi. “Anemia dalam Kehamilan,Mengapa harus Dicegah?” http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=13&id=24613 (diakses pada: Kamis, 9 Mei 2013, 20:30)
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Syaifudin, Abdul Bari. 2001. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Hyre, Anne. 2001. Asuhan Kebidanan Care. Jakarta: Pusdiknakes
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC