MAKALAH PAP SMEAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita
untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilisasi) dapat
menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapat bayi tanpa resiko
apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 1999). Masalah kesehatan
reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi
pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker, salah satunya
kanker serviks yang menyebabkan kematian no 2 pada wanita (wijaya, 2010).
Kanker serviks yaitu merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) khususnya
berasal dari epitel atau lapisan luar pada serviks. Infeksi virus ini sering
terdapat pada wanita yang aktif secara seksual (Rasjidi, 2007). Sedangkan
faktor pemicu kanker serviks itu sendiri adalah wanita yang terinfeksi Human
Papilloma Virus (HPV), wanita yang berganti-ganti pasangan seksual, wanita yang
merokok, pencucian vagina dengan anti septik yang terlalu sering, kekebalan
tubuh yang rendah, dan penggunaan pil kontrasepsi (Wijaya, 2010).
Menurut World health Organisation (WHO) tahun 2008, memperkirakan 12,4 juta
penduduk menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal karena penyakit kanker,
secara global kejadian kanker serviks menduduki urutan kedua, setelah kanker
payudara yaitu dengan angka kejadian sekitar 500.000 orang dan kematian
sebanyak 288.000 orang (Nunukan, 2009).
Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap
tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker
serviks dan 20 orang perempuan meninggal dunia perharinya karena penyakit
tersebut (Wijaya, 2010). Sedangkan Di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru,
penderita kanker serviks mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 tercatat
110 orang penderita kanker serviks, sedangkan pada tahun 2011 tercatat 132
orang penderita kanker serviks (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011).
Kanker serviks memiliki tahap pra-ganas dimana ia tumbuh, namun tidak akan
menjalar. karena tahap pra-ganas berlangsung beberapa tahun. Oleh karena itu
untuk mendeteksi dini adanya kanker serviks dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Pap Smear (Owen, 2005).
Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher
rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit,
dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya,
2010). Pemeriksaan Pap Smear bertujuan untuk mendeteksi sel-sel yang tidak
normal yang dapat berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan wanita yang
dianjurkan pemeriksaan pap smaer ini adalah wanita yang telah aktif melakuakn
hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur, karena tingkat
seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker servik bagi mereka.
Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksaan diri (Sukaca, 2009).
Gambar paling akhir yang ada untuk kanker servik memperlihatkan bahwa
sebanyak 4467 kasus yang dicatat (1988), sekitar 1800 kasus berakhir fatal.
Dari keseluruhan 85% dari wanita yang menderita kanker servik tersebut tidak
pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear. Alasan nya para wanita untuk tidak
melakukan pap smear biasanya adalah psikologis seperti ketakutan kalau pap
smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka
lebih memilih tidak mengetahuinya dan menghindarinya, ada juga kelompok
wanita gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalankan
pemeriksaan Pap Smear ( Evennett, 2003).
Di negara Amerika serikat telah dilakukan 50 uji pap smear setiap tahun dan
hal itu berhasil menurunkan insiden kanker servik hingga 70%. Sedangkan
dinegara berkembang Pap Smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks
hingga 50% (Darnindro, 2006).
Di Indonesia, cakupan program skrining baru sekitar 5% wanita yang
melakukan pemeriksaan skrining Pap Smear tersebut. Sehingga hal itulah yang
dapat menyebabkan masih tinggi kanker servik di negara Indonesia (Samadi,
2010).
Di Provinsi Riau terdapat wanita usia subur sebanyak 1.485.820 orang,
sedangkan pasangan usia subur 880.897 orang, yang melakukan deteksi dini kanker
serviks uterus melalui pemeriksaan Pap Smear sebanyak 4405 orang. Terdeteksi
kanker serviks uterus sebanyak 139 orang ( Dinkes TK I Provinsi Riau, 2010).
Dirumah Sakit Arifin Achmad, berdasarkan data yang di peroleh dari rekam
medik, jumlah wanita usia subur yang berkunjung di poli kebidanan tahun 2011
sebanyak 2401 orang. Serta yang melakukan pemeriksaan Pap Smear pada tahun 2010
sebanyak 98 orang. Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 100 orang. Dari semua
wanita yang melakukan pemeriksaan pap smear, semuanya terdeteksi kanker
serviks, umumnya berumur 17-45 tahun. Dari data diatas dapat dilihat wanita
yang berkunjung di poli kebidanan dan wanita yang melakukan pemeriksaan
Pap Smear terjadi sedikit peningkatan, tapi permasalahannya pada saat ini masih
belum optimalnya penggunaan pap smear sebagai sarana untuk mendeteksi kanker
serviks, sementara jumlah penderita kankar serviks terus meningkat dari tahun
ke tahun (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011).
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker servik yaitu
meliputi usia, status social ekonomi, pengtahuan, dan pendidikan. Meningkatnya
resiko kanker servik pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya
system kekebalan tubuh akibat usia (Dianada, 2007).
Pengetahuan dan
pendidikan ibu tentang kanker servik akan membentuk sikap positif terhadap
rendahnya deteksi dini kanker servik. Hal ini juga merupakan factor dominan
dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan dan pendidikan yang
dimiliki wanita usia subur tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang
deteksi dini kanker serviks (Aziz, 2006).
Selain faktor pengetahuan dan pendidikan status ekonomi juga berpengaruh
terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Penyebaran masalah kesehatan yang
berbeda berdasarkan status ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh adanya
perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah penyakit dan adanya perbedaan sikap
hidup dan prilaku yang dimiliki seseorang (Noor, 2000).
Sehubungan dengan tidak optimalnya deteksi dini kanker servik sehingga
menyebabkan terus meningkatnya kejadian kanker servik dari tahun ke tahun oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pemeriksaan Pap Smear pada WUS di Poli kebidanan RS arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012.
A.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud Pap Smear?
2.
Apakah tujuan dari pap smear?
3.
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemeriksaan Pap smear?
B.
Tujuan
1. Untuk mengetahui yang
dimaksud Pap smear.
2. Untuk mengetahui tujuan dari
pap smear.
3. Untuk mengetahui
factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pemeriksaan Pap Smear.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pap smear
a. Defenisi Pap smear
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak
sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang
mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau
lendir di dinding vagina (Dianada, 2008). Sedangkan samadi, 2010 mengatakan Pap
smear merupakan salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang
prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian dilihat
kenormalannya.
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter,
baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun
yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Begitupun bagi
mereka yang sama sekali yang belum pernah berhubungna seksual. Karena
pemeriksaan Pap Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker serviks
secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk
menurunkan angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.
b. Tujuan pemeriksaan Pap Smear
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker
tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker
menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling
bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan
mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah
penderita kanker serviks (Wijaya, 2010).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca,
2009 yaitu :
1) Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
3) Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4) Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5) Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6) Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
c. Wanita yang diajurkan Pap smear
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan
berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik
antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap
Smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan
seksual maupun yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah).
Begitupun bagi mereka yang sama sekali yang belum pernah berhubungna seksual.
Karena pemeriksaan Pap Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker
servik secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif
untuk menurunkan angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.
Kehamilan juga tidak mencegah seorang wanita untuk melakukan
pemeriksaan Pap Smear karena prosedur Pap Smear dapat dilakukan secara aman
selama kehamilan. Sehingga, wanita hamil juga dapat menjalani test ini.
Pemeriksaan Pap Smear tidak direkomendasikan bagi wanita yang telah melakukan
histerektomi (dengan pengangkatan serviks) untuk kondisi yang jinak. Wanita
yang pernah melakukan histerektomi tetapi tanpa pengangkatan (histerektomi
subtotal), sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak
melakukan histeretomi (wijaya, 2010).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai
berikut :
1) Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas
seksualnya tinggi.
2) Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV (
Human Papilloma Virus ) atau kutil kelamin.
3) Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4) Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5) Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
servik.
6) Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).
d. Waktu untuk melakukan Pap smear
Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat haid
karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap
smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear adalah satu atau dua
minggu setelah berakhir masa menstruasi.
Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan pap smear
kapan saja ( Dianada, 2008 ).
Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur yang dikemukan oleh
Sukaca, 2009 yaitu :
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum
menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin.
3) Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
4) Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika 3 kali
berturut-turut hasil pap smear menunjukan negative.
6) Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
7) Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan pap tes .
8) Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering mungkin
setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.
e. Persiapan sebelum untuk melakukan Pap smear
Adapun persiapan sebelum melakukan
Pap Smear yaitu sebagai berikut :
1) 24 jam sebelum menjalani pap smear sebaiknya tidak melakukan pencucian atau
pembilasan vagina dengan anti septik .
2) Sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum pemeriksaan pap
smear .
3) Informasikan kepada tenaga kesehatan tentang jenis obat yang di minum dalam
24 jam sebelum pemeriksaan pap smear (Nurcahyo, 2010).
4) Informasi mengenai haid terakhir, kontrasepsi yang digunakan kepada petugas
kesehatan (Purnomo, 2009).
5) Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina rileks sehigga pada
dinding leher rahim dapat terambil cukup tepat untuk pemeriksaan.
f. Prosedur pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi.
Waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah antara 10-20 hari setelah hari
pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan, seorang
wanita sebaiknya menghindari penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan
ibi dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan diatas kursi periksa kandungan oleh dokter
atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk mambantu membuka
kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan
yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian
diperiksa jenis sel-selnya dibawah mikroskop.
Hasil pemeriksaan Pap Smear biasanya keluar setelah dua atau tiga minggu.
Pada akhir pemeriksaan Pap Smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan dia
bias menerima hasil pemeriksaan Pap Smearnya dan apa yang harus dipelajari
darinya.
Pap Smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker servik.
Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal,
maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter
ahli. Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi yaitu pemeriksaan dengan
pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung
permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan
tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy
pada lesi-lesi tersebut (wijaya, 2010).
B Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap
Smear
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu
meliputi usia, status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga
merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks (
Dianada, 2007 ).
a. Pengetahuan
Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencengahan kanker serviks
melalui pap smear, dapat menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini kanker
serviks. Dan apabila seorang wanita memiliki pengetahuan yang luas maka akan
menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini kanker servik (Octavia, 2009).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, alam dan
sebagainya (Notoatmodjo,2005).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini menjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca
indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003). tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan
yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
4) Analisis (analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis yaitu suatu kemampuan untuk penyusunan formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6) Eavaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu
berdasarkan dari suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Pendidikan
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (SISDIKNAS) tahun 2003 BAB 4
Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi. Pendidikan dasar terbentuk Sekolah
Dasar (SD), Madrasah Ibtida’yah (MI), Sekolah Menegah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Perguruan Tinggi berbentuk
Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institusi, Universitas (Duracman, 2009).
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan wanita yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan
pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks
juga terbatas.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
penegtahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal, pengetahuan seseorang dengan suatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu positif dan negative. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap
obyek tersebut (Twain, 2009).
c. Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan tingkat penghasilan keluarga perbulan. Satatus
ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal,
kebiasaan hidup, dan satatus ekonomi juga berhubungan erat pula dengan factor
psikologi dalam masyarakat (Noor, 2000).
Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat status
sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi status
ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan. Data survei Kesehatan tahun 1992, memperlihatkan rata-rata
penggunaan pelayanan kesehatan meningkat berhubungan dengan meningkatnya
pendapatan, baik pria maupun wanita (Depkes RI, 2000).
Menurut Veralls (2003) wanita pada sosial ekonomi rendah cenderung memulai
aktivitas seksualnya pada umur lebih muda. Kanker serviks banyak dijumpai pada
golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada
sosial ekonomi rendah umumnya kualitas dan kuantitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
Adapun UMR (Upah Minimum Regional) menurut dinas sosial dan tenaga kerja
Provinsi Riau Kota Pekanbaru tahun 2011 adalah tinggi > 1.260.000 dan rendah
< 1.260.000 (Dinas Sosial dan Tenaga kerja).
d. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suat stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu
(Aziz, 2007).
Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan
gagasan. Sementara itu Kendler mengemukakan, bahwa sikap merupakan
kecenderungan (tendency), untuk mendekati (approach), atau menjauhi
(avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif ataupun secara
negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Pendapat
tersebut seiring dengan pendapat Sarwono, yang menyatakan bahwa sikap adalah
kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Febry, 2011).
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap meliputi 3
(tiga) aspek yaitu: Keyakinan (aspek kognitif), perasaan ( aspek afektif), dan
kecenderungan prilaku (aspek konatif) (Febry, 2011).
1) Aspek keyakinan (kognitif)
Aspek keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang dipikirkan dan apa
yang diyakini seseorang menggenai objek sikap. Apa yang diyakini dan dipikirkan
tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan ini bila kita kaitkan dengan pelayan
di sebuah rumah sakit sebagai objek sikap, aspek keyakinan ini antara lain
dapat berupa pengetahuan seseorang menggenai pola layanan dari rumah sakit
bersangkutan. Dalam hal ini, aspek keyakinan ini positif maka akan menumbuhkan
sikap positif, sedangkan bila negatif akan menumbuhkan sikap negatif terhadap
objek sikap (Febry, 2011).
2) Perasaan (afektif)
Perasaan adalah mencakup 2 hal yaitu: perasaan senang ataupun perasaan
tidak senang terhadap sesuatu. Contohnya Dimisalkan lagi dalam pelayanan kesehatan,
semakin banyaknya hal positif yang ditunjukkan oleh bidan dalam memberikan
layanan kesehatan kepada pasien, maka semakin positif keyakinan dalam pribadi
klien sehingga mereka menjadi semakin senang terhadap pelayanan kesehatan
tersebut (Febry, 2011).
3) Kecenderungan (konatif)
Kecenderungan prilaku adalah jika seseorang menyenangi suatu objek, maka
ada kecenderungan orang tersebut akan bergerak untuk mendekati orang tersebut.
Sebaliknya, bila seseorang tidak menyenangi suatu objek itu, maka kecenderungan
akan menjauhi objek tersebut. Sebagai contoh dalam pelyanan kesehatan di rumah
sakit bila para pasien menyenangi sikap para pelayanan kesehatan dalam
melayaninya maka pada suatu ketika para pelanggan itu cenderung untuk datang
kembali ke rumah sakit tersebut, nanum sebaliknya bila tidak disenangi maka ada
kecenderungan tidak mau lagi datang ke rumah sakit tersebut (Febry, 2011).
Wanita
tidak melakukan Pap Smear biasanya adalah ketakutan kalau Pap Smear akan
menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih
tidak mengetahuinya dan menghindarinya, ada juga kelompok wanita gelisah
yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalankan pemeriksaan Pap
Smear ( Evennett, 2003).
e. Letak Geografis
Wanita yang bertempat tinggal di daerah yang kurang maju atau perkampungan
yang sulit dijangkau, dapat menyebabkkan kurangnya mendapatkan informasi
tentang kesehatan ataupun tentang Pap Smear itu sendiri, dikerenakan susahnya
akses transportasi dan penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan yang tidak
merata dan informasi dari berbagai media massa seperti media massa, media
cetak, media elektronik yang belum maksimal, begitu juga belum merata
tersedianya poster-poster, spanduk tentang Pap Smear yang belum maksimal disosialisasikan.
Dari karena itu banyak wanita yang tidak tahu tentang Pap Smear sehingga mereka
tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear.
B.
Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk Agustin Hapsri ( 2006 ), dengan judul penelitian
gambaran karakteristik wanita dan beberapa factor yang terkait dengan praktik
wanita melakukan Pemeriksaan Pap Smear. Sebuah studi di yayasan kanker
Indonesia jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi
adalah wanita yang melakukan pemeriksaan papa smear dan jumlah sampel 50 orang.
Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, pengambilan data kuantitatif
dengan melakukan wawancara sedangkan kualitatif dengan wawancara mendalam pada
15 responden. Hasil penelitian : 1. Mayoritas responden berumur 40-50 tahun
(52,%), lulus SMA (62,%). Bekerja (62,0 %), penghasilan 2-3 juta perbulan
(48%), etnis pribumu (80%). 2. Motivasi wanita melakukan pemeriksaan Pap Smear
karena mendapat informasi (40,0%), penyuluhan tenagan kesehatan (34,0%), gejala
(26 %), 3. Informasi dari petugas kesehatan (44,0%), tetangga/temen/keluarga
(32%), televise (12,0%), buku (12%), 4. Responden yang emlakukan pap smear
rutin (55,6%), 5. Factor yang terkait dengan praktik rutin pap smear :
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, persepsi pengalaman masa lalu, jarak tariff
pelayanan kesehatan lain-lain YKI, tidak ada dorongan, hasil Pap Smear yang
normal.
C.
Kerangka Pemikiran
Pemeriksaan Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta
hasil yang akurat. Pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
ahli.
Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya mengenai Pap Smear
dan untuk megetahui secara dini kemungkinan terjadinya kanker servik pada
wanita maka diperlukan pemeriksaan Pap Smear secara dini. Dengan memberikan
pelayanan-pelayanan ataupun informasi tentang kesehatan sehingga wanita dapat
mengetahui tentang kesehatan khususnya mengenai Pap Smear dan bersikap positif
untuk berkeinginan memeriksakan diri secara dini tentang kesehatannya.
Permasalahan pada wanita saat ini adalah penyakit yang dapat merengut nyawa
mereka yaitu kanker servik, yang diakibatkan karena mereka tidak tahu tentang penyakit
tersebut dan pencegahannya sehingga rendahnya jumlah wanita dalam melakukan
pemeriksaan Pap Smear yang mengakibatkan kanker serviks meningkat secara terus
menerus. Padahal dengan mereka melakukan pemeriksaan Pap Smear secara dini maka
dengan demikian akan menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu: usia, pengalaman, pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang
lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Secara
umum, orang yang berpendidikan lebih tingggi akan memiliki pengetahuan yang
lebih luas dari pada orang yang berpendidikan lebih rendah. Biasanya keyakinan
diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan
yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Fasilitas sebagai
sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah,
radio, Koran, televise, buku dan lain-lain. Penghasilan tidak berpengaruh
secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang
berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih
baik. Kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan
sikap sesorang terhadap sesuatu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
pembahasan dari makalah ini ialah Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak
sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang
mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau
lendir di dinding vagina (Dianada, 2008).
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Beberapa faktor
yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia, status
sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan factor
dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ( Dianada, 2007 ).
B.
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah sebaiknya seorang
wanita yang telah menikah harus
melakukan Pap Smear sedini mungkin. Agar bila terdapat gejala-gejala kanker
dapat diketahui sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi.
Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas kedokteran
universitas Indonesia
Putz R dan Pabst R. 1997. Sobotta. Jakarta : EGC