Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI EKSKLUSIF



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan           : Post Natal Care (PNC)
Sub Pokok Bahasan    : ASI EKSKLUSIF
Sasaran              : Ibu-ibu Nifas
Penyuluh           : Deby Yolanda
Waktu               : 30 Menit
Tempat              :
Jumlah Sasaran :

I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami manfaat ASI ekslusif bagi ibu dan bagi bayi.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif diharapkan ibu dapat:
1. Mengetahui pengertian ASI ekslusif.
2. Mengetahui manfaat pemberian ASI ekslusif.
3. Mengetahui langkah-langkah menyusui yang benar.
4. Mengetahui cara memperbanyak ASI.
C.      Metode :
a.       Ceramah
b.       Tanya jawab

D.      Media
a.       Laptop,LCD Proyektor

 
E.       Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Tahap kegiatan
Kegiatan
Penyuluh
Sasaran
1
5 menit
Pembukaan
·      Memberi salam Pembuka
·      Memperkenalkan diri
·     
·      Menjawab salam
·      Mendengarkan
2
10 Menit
Kegiatan inti
     Menjelaskan :
1.      Pengertian Asi Eksklusif
2.      Manfaat Pemberian Asi
3.      Langkah – Langkah Menyusui Yang Benar
4.      Cara Memperbanyak asi
·      Mendengarkan
·      Memperhatikan
3
10 menit
Penutup
·      Tanya jawab
·      Menyimpulkan hasil    penyuluhan
·      Salam penutup
·      Mengajukan pertanyaan
·      Memahami
·     
        Membalas salam
F.       Evaluasi
Prosedur          : Post Test
Bentuk                        : Lisan
Jenis                : Tanya Jawab
Jenis pertanyaan:
1.      Sebutkan Pengertian asi ?
2.      Jelaskan Manfaat Pemberian Asi?
3.      Sebutkan Cara Memperbanyak Asi?

Hasil : Peserta mampu memahami dan mengerti tentang apa yang dijelaskan

 
Materi                          SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASI EKSKLUSIF

A.    Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim, dll ) maupun cairan ( susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll ) kecuali vitamin, mineral dan obat.

 Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1.      Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum banyak mengandung protein dan antibody. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Secara berangsur-angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai hari kelima.
2.      Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal ( foremilk ). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2 % lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi.
3.      Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin. Air susu ini memberikan sebagian besar energy yang dibutuhkan oleh bayi.
(Siti, Nur Khamzah. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta : FlashBooks. Hal : 48-51)

 

B.     Manfaat ASI Eksklusif
1.      Manfaat ASI bagi ibu
a.       Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan ( dapat digunakan sebagai KB alami ).
b.      Mempercepat proses pemulihan rahim.
c.       Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula.
d.      Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan.
e.       Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja.
f.       Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, infeksi saluran kencing, dan osteoporosis.
g.      Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.
h.      Mencegah perdarahan setelah persalinan.
i.        Mengurangi anemia.
2.      Manfaat ASI bagi Bayi
a.       Merangsang panca indra manusia.
b.      Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi.
c.       Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS, infeksi lambung dan usus, dan sembelit.
d.      Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan benar.
e.       Mudah dicerna.
f.       Perkembangan otak dan meningkatkan IQ.
g.      ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
h.      ASI untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
i.        Menurunkan resiko kanker pada anak, penyakit kardiovaskuler, penyakit kuning, diabetes mellitus dan gigi berlubang.

C.    Cara Memperbanyak ASI
1.     Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa/memeras ASI. Jika anak belum mau     menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on demand jika makin sering diminta/disusui/diperas maka makin banyak ASI yang diproduksi.
2.     Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering dikosongkan, maka  produksi ASI juga makin lancar.
3.     Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Bila ibu mengalami gangguan psikologis maka, pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormone oksitosin untuk bekerja lambat. Oleh karena itu, ciptakan suasana rileks. Disini sebetulnya peran besar sang ayah.
4.      Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASI nya masih sedikit dan takut anak tidak kenyang, banyak yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Bayi relative malas menyusu atau malah bingung putting terutama pemberian susu formula dengan dot. Semakin sering susu formula diberikan maka ASI yang diproduksi makin berkurang.
5.      Hindari penggunaan dot, empeng dan sejenisnya. Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa berikan ke bayi dengan menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka bayi dapat mengalami bingung putting. Khususnya pada bayi yang baru dilahirkan atau dalam proses belajar menyusu. Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung putting seperti ketika menyusu dot. Padahal cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke dalam mulut bayi. Akhirnya bayi menjadi malas menyusu langsung dari payudara ibu lantaran merasa sulit mengeluarkan ASI.
6.      Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
7.      Lakukan perawatan payudara, pemijatan payudara dan kompres air hangat dan air dingin bergantian.
 8.      Tanamkan niat yang kuat sejak hamil, bahwa setelah si bayi lahir akan disusui sendiri. Niat yang kuat sangat berpengaruh bagi kelancaran ASI. Sedini mungkin mengumpulkan informasi tentang ASI dan menyusui, baik melalui media elektronik, buku, tabloid, internet dan diskusi dengan ahli kebidanan atau mendatangi klinik-klinik laktasi.
9.      Posisi ibu dan bayi pastikan dalam kondisi yang benar setiap kali menyusui. Kesalahan posisi bias membuat ASI tidak disusui secara sempurna,putting lecet, bayi hanya menghisap udara karena cairan ASI tidak keluar.

Teknik Memerah ASI yang benar
Menggunakan jari :
Caranya : tempatkan tangan di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke putting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi untuk payudara lain dan jika diperlukan, pijat payudara diantara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Taruh cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bwah payudara yang diperah.  Waktu yang dibutuhkanpun tak sampai setengah jam, sedangkan susu yang terkumpul bias mencapai 500 cc
D.     Tanda Bayi Cukup ASI
1.      Adanya pertambahan berat badan yang cukup signifikan.
2.      Minimal ditemukan 6 buah popok yang basah-minimal satu kali sehari buang air besar di minggu 4-6 pertama, setelah minggu ke enam mungkin saja pupnya tidak selalu tiap hari.
3.      Berat badan bayi meningkat satu ons sehari pada usia 3 bulan pertama, dan setengah ons sehari saat usia 3-6 bulan. Bayi baru lahir biasanya akan kehilangan 5-10 persen dari berat badan saat dilahirkan. Dan abayi sudah kembali sampai berat kelahirannya menjelang 10-14 hari sesudah kelahiran. Berat yang diperoleh adalah cara tebaik untuk meyakinkan bayi anda mendapat cukup susu.
4.      Pada awal bulan kehidupannya bayi setidaknya mengeluarkan 3 kali pup setiap harinya. Dengan warna kekuning-kuningan. Stelah berusia satu bulan, frekuensi pupnya berkurang. Beberapa bayi bahkan hanya pup sekali dalam satu atau dua hari.
5.      Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam, minimal 8-12 kali menyusu dalam sehari.
6.      Ibu mendengar bayi menelan susu dan terkadang melihat susu di ujung mulutnya.
7.      Bayi terlihat sehat dan aktif.
8.      Bayi pipis 7-8 kali setiap hari.

E.     Tanda Bayi kurang ASI
1.      Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding sebulan sebelumnya.
2.      Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.
3.      Bayi sering murung menangis, rewel, yang biasanya terjadi karena bayi kelaparan.
Keterangan :
Bayi kurang ASI tidak selalu karena produksi ASI ibu yang kurang melainkan seringkali karena posisi saat menyusui bayi salah.







Posisi dan cara menyusui
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu:
1.      Berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui
2.      Duduk
Posisi ini penting unutk memberi topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90O)terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila, di atas tempat tidur, di lantai atau duduk di kursi.
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut :
1.      Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan menjaga kelembapan puting susu
2.      Bayi diposisikan menghadap perut atau payudara ibu
3.      Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak mengantung) dan punggung ibu bersandar  pada sandaran kursi
4.      Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan)
5.      Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan
6.      Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara
7.      Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
8.      Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
9.      Payudara dipegang  dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah (posisi C Hold di belakang areola). Jangan menekan puting atau areola saja
10.  Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
11.  Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet
12.  Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
13.  Jika bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses menyusui dengan memasukkan kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi.
14.  Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri (menunjukkan bayi sudah tidak lapar lagi)


 
Penutup
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim, dll ) maupun cairan ( susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll ) kecuali vitamin, mineral dan obat.
Manfaat ASI bagi ibu
a.       Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan ( dapat digunakan sebagai KB alami ).
b.      Mempercepat proses pemulihan rahim.
c.       Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula.
d.      Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan.
e.       Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja.
f.       Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, infeksi saluran kencing, dan osteoporosis.
g.      Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.
h.      Mencegah perdarahan setelah persalinan.
i.        Mengurangi anemia.

Hirschsprung




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Penyakit Hirschsprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit Hirschsprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari fleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion. Penyakit hirschprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Insidens keseluruhan dari penyakit Hirschsprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit Hirschsprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.

1.2.Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan penyakit hirschsprung ?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan penyakit hirschsprung ?
3.      Bagaimana penatalaksanaan penyakit hirschsprung ?

1.3.Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui konsep tentang penyakit hirschprung
2.      Mengetahui asuhan keperawatan tentang hirschsprung
3.      Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi penyakit hirschsprung

 
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.Definisi
Hirschsprung (megakolon / aganglionic congenital) adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus (Wong, 1996).
Penyakit Hisprung (Hirschprung)  adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).
Hirschprung  adalah  kelainan  bawaan  berupa obstruksi usus akibat dari tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal  lapisan  submukosa, dan biasa terjadi pada calon bagian distal (Fitri Purwanto, 2001).
Hirschprung  merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.  Juga dikatakan sebagai kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbact di kolon (A. Aziz Alimul Hidayat,2006).
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Hal ini disebabkan oleh degenerasi sekunder atau karena kelainan konginetal.

Tipe Hirschsprung
Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1996). Hirschsprung dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang terkena, hirschsprung dibedakan menjadi dua tipe berikut :
1.      Segmen Pendek
Segmen pendek aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid,terjadi pada sekitar 70% kasus penyakit Hirschsprung dan tipe ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan wanita dan kesempatan saudara laki-laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dari 20 (Sacharin, 1986)
2.      Segmen Panjang
Daerah aganglionisis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis kelamin (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1996: Sacharin, 1986).


2.2.Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Sedangkan menurut (Amiel, 2001) penyebab hisprung  tidak diketahui, tetapi ada hubungan dengan kondisi genetic Mutasi pada Ret proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung familiar (Edery, 1994). Gen lain yang berhubungan dengan penyakit Hirschsprung termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari factor gen, dari factor gen endhotelin-B, dan gen endothelin -3 (Marches, 2008). Penyakit Hirschprung juga terkait dengan Down syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit Hirschprung juga memiliki trisomi 21 (Rogers, 2001).
Etiologi obstruksi biliaris
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan didalam feses.

2.3.Patofisiologi
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna dapat berjalan disepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltic). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschprung ganglion / pleksus yang memerintahkan gerakan peristaltic tidak ada,  biasanya hanya sepenjang beberapa sentimetir. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltic tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna sehingga terjadi penyumbatan (Dasgupta, 2004).
Dengan kondisi tidaka adanya ganglion, maka akan memberikan manisfestasi gangguan atau tidak adanya peristalsis sehingga akan terjadi tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu sfingter rectum tidak dapat berelaksasi secara optimal, kondisi ini dapat mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus kemudian terdorong ke segmen aganglionik dan terjadi akumulasi feses di daerah tersebut sehingga memberikan manifestasi dilatasi usus pada bagian proksimal.


2.4.  Manifestasi Klinis
Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada Hirschsprung, dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Tiga tanda (Trias) yng sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung, muntah berwarna hijau. Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari dan bahkan lebih mungkin menandakan terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan muntah, sedangkan pada anak yang lebih besar kadang-kadang ditemukan keluhan adanya diare atau enterokolitis kronik yang lebih menonjol daripada tanda-tanda obstipasi (sembelit).
Terjadinya diare yang berganti-ganti dengan konstipasi merupakan hal yang tidak lazim. Apabila disertai dengan komplikasi enterokolitis, anak akan mengeluarkan feses yang besar dan mengandung darah serta sangat berbau dan terdapat peristaltik dan bising usus yang nyata. Sebagian besar tanda dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan, sedangkan yang lain ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan yang meningkat sesuai dengan pertambahan umur anak. Pada anak lebih tua biasanya terdapat konstipasi kronik disertai anoreksia dan kegagalan pertumbuhan.

2.5.Pemeriksaan penunjang
1.        Pemeriksaan colok dubur
Pada penderita Hisrchsprung, pemeriksaan colok anus sangat penting untuk dilakukan. Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rectum yang sempit. Pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mukonium (feses) yang menyemprot.
2.        Pemeriksaan lain :
·      Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
·      Pemeriksaan radiologis akan memperlihatkan kelainan pada kolon setelah enema barium. Radiografi biasa akan memperlihatkan dilatasi dari kolon diatas segmen aganglionik
·      Biopsy rectal dilakukan dengan anastesi umum, hal ini melibatkan diperolehnya sampel lapisan otot rectum untuk pemeriksaan adanya sel ganglion dari pleksus Aurbach (biopsy) yang lebih superficial untuk memperoleh mukosa dan submukosa bagi pemeriksaan pleksus meissner
·      Manometri anorektal merupakan uji dengan suatu balon yang ditempatkan dalam rectum dan dikembangkan. Secara normal, dikembangkannya balon akan menghambat sfingter ani interna. Efek inhibisi pada penyakit Hisrchsprung tidak ada jika dan jika balon berada dalam balon aganglionik, dapat diidentifikasi gelombang rectal yang abnormal. Uji ini efektif dilakukan pada masa neonatus karena dapat diperoleh hasil baik positif palsu ataupun negative palsu.

2.6.Penatalaksanaan medis
1.        Setelah ditemukan kelainan histologik dari Hisrchsprung, selanjutnya mulai dikenal teknik operasi yang rasional untuk penyakit ini. Tindakan definitive bertujuan  menghilangkan hambatan pada segmen usus yang menyempit.
2.        Tindakan konservatif adalah tindakan darurat untuk menghilangkan tanda-tanda obstruksi rendah dengan jalan memasang anal tube dengan atau tanpa disertai pembilasan air garam hangat secara teratur. Air tidak boleh digunakan karena bahaya absorpsi air mengarah pada intoksikasi air, hal ini disebabkan karena difusi cepat dari usus yang mengalami dialatasi air ke dalam sirkulasi (Sacharin,1986). Penatalaksanaan dari gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis dapat dilakukan dengan bilas kolon mengunakan garam faal. Cara ini efektif dilakukan pada Hisrchsprung tipe segmen pendek-untuk tujuan yang sama juga dapat dilakukan dengan tindakan kolostomi didaerah ganglioner.
3.        Membuang segmen aganglionik dan mengembalikan kontiuitas usus dapat dikerjakan dengan satu atau dua tahap. Teknik ini disebut  Operasi definitive yang dapat dikerjakan bila berat badan bayi sudah cukup (lebih dari 9 kg). tindakan konservatif ini sebenarnya akan mengaburkan gambaran pemeriksaan barium enema yang dibuat kemudian.
4.        Kolostomi merupakan tindakan operasi darurat untuk menghilangkan gejala obstruksi usus, sambil menunggu dan memperbaiki keadaan umum penderita sebelum operasi definitive. Berikan dukungan pada orang tua. Karena kolostomi sementara sukar diterima. Orang tua harus belajar bagaimana merawat anak dengan kolostomi, obsevasi apa yang perlu dilakukan, bagaimana membersihkan stoma, dan bagaimana menggunakan kantong kolostomi.
5.        Intervensi bedah terdiri atas pengangkatan segmen usus aganglionik yang mengalami osbtruksi. Pembedahan rektosimoidektomi dilakukan dengan teknik pull-through dan dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua, dan Tahap ketiga rektosigmoidoskopi didahului oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur tahap kedua. Pull-through (Swenson,renbein dan Duhamel) yaitu jenis pembedahan dengan mereksesi segmen yang menyempit dan menarik usus sehat ke arah anus.
6.        Operasi Swenson dilakukan dengan teknik anastomosis intususepsi ujung ke ujung usus aganglionik  dan ganglionik melalui anus dan reseksi serta anastomosis sepanjang garis bertitik-titik. Secara lebih spesifik prosedur Duhamel dilakukan dilakukan dengan cara menaikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubang aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
7.        Operasi soave dilakukan dengan cara mukosa diangkat, bagian muscular usus yang aganglionik ditinggalkan dan usus ganglionik didorong sampai menggantung dari anus. Cara Duhamel dan Soave bagian distal rectum tidak dikeluarkan sebab merupakan pase operasi yang sukar dikerjakan, anastomosis koloanal dibuat secara tarik terobos (Pull through).
8.        Persiapan prabedah rutin antara lain Lavase kolon, antibiotik, infus intravena, dan pemasangan Tuba nasogastrik, sedangkan penatalaksanaan perawatan pasca bedah terdiri atas perawatan luka, perawatan kolostomi, observasi, terhadap distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis, ileus paralitik, dan peningakatan suhu.
9.        Selain melakukan persiapan serta penatalaksanaan pasca bedah, perawat juga perlu memberikan dukungan pada orang tua, karena orang tua harus belajar bagaimana merawat anak dengan suatu kolostomi, mengobservasi apa yang harus dilakukan, bagaimana membersihkan stoma, dan bagaimana menggunakan kantong kolostomi.


2.7.Komplikasi
1.      Enterokolitis nekrotikans
2.       pneumatosis usus
3.       abses perikolon
4.       perforasi
5.      septikemia.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Hirschsprung disebut juga dengan megakolon congenital, merupakan kelainan ditemukan
Masalah setelah pembedahan yang dapat ditemukan adalah enterokolitis berulang,struktur prolaps, abses perianal, dan pengotoran feses. Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat keluar (lebih dari 24 jam). Perut kembung dan muntah berwarna hijau. Pada neonatus kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih.

3.2.Saran
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu  kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.


  
DAFTAR PUSTAKA

·         Mocthar R, 1998, Sinopsis Obstetri Cetakan I,EGC, Jakarta
·         Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
·         Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional  pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta