Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL DAN SUBLINGUAL



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang Bidan adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang Bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Bidan bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum Bidan bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien .

1.2  Rumusan Masalah
1.         Pemberian Obat Melalui Oral
2.         Pemberian Obat Melalui Sublingual

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
A.            Pengertian
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

B. Keuntungan

Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya  cocok dan nyaman bagi klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang membuat klien cemas.

C. Kelemahan

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.

Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.

D. Tujuan Pemberian
1. Untuk memudahkan dalam pemberian
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat   segera diatasi
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
5. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
6. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

E. Indikasi
1.      Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2.      Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.

  F. Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan menelan, dsb.

G. Metode pemberian obat per oral

       1.)    Persiapan alat

a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

2.) Prosedur kerja

   1.    Siapkan peralatan dan cuci tangan.
   2.    Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya  program tahan       makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
   3.  Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian)          periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
   4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
   5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

       1) Tablet atau kapsul
·        Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
·        Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
·        Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.

       2) Obat dalam bentuk cair
·        Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
·        Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
·        Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
·        Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
·        Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
·        Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
·        Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

  Yang perlu diperhatikan
1)      Identifikasi klien dengan tepat.
2)      Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
3)      Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4)      Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5)      Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6)      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
7)      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

2.2  Pemberian Obat Melalui Sublingual
A.    Pengertian
Pemberian Obat secara Sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di  bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung.

B.     Tempat-tempat pemberian obat
Pemberian obat secara Sublingual dilakukan dengan cara di bawah lidah.

C.    Persiapan alat pemberian obat sublingual      
1.    Daftar buku obat / catatan
2.    jadwal pemberian obat.
3.    Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
4.    Tongspatel (bila perlu )
5.    Kasa untuk membungkus tongspatel

D.    Persiapan tempat atau lingkungan
1.    Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien.
2.    Tempatkan alat agar mudah bekerja.
3.     Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar.
4.    Jaga privasi pasien, dengan memasang sampiran atau menutup tirai.

E.     Persiapan pasien
1.      Cek perencanaan keperawatan pasien.
2.      Menjelaskan tujuan pemberian obat sublingual.
3.      Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
4.      Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman

F.     Cara kerja pemberian obat sublingual
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.      Memberikan obat kepada pasien.
4.     Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
5.    Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
6.    Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
7.    Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
8.     Cuci tangan.


G.    Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemberian obat sublingual
a.       Sabar
b.      Hati-hati
c.        Ramah
d.       Benar obat
e.        Benar pasien
f.        Benar waktu
g.        Benar dosis
h.       Benar cara pemberian

 
 BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Tujuan dari pengobatan via oral antara lain mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat, dan menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip 6 benar, jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.
·        Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya di taruh di bawah lidah. Absorbsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah obat-obatan ini mudah diberikan sendiri.
·        Tujuannya Agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
·        Kelebihan yaitu efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat di hindari.
·        Kekurangannya yaitu kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut.
·        Hanya obat yang bersifat lipofil dan dapat diberikan dengan jalan ini.
·         Contoh obat sublingual adalah obat-obatan nitrogliserin dan steroid.

    B.     Saran
1.      Bagi siswa/i diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca buku dan terus mencari informasi tetang pengobatan melalui oral. Dan Sublingual
2.      Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan cara pemberian obat dengan baik dan benar.
 
DAFTAR PUSTAKA

·        Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
·        Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
·        Uliyah, Musrfatul. 2009.Ktrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : salemba medika.
·        http://gumilar69.blogspot.com/2014/01/makalah-peberian-obat-bab-ii.html
·        Tjay Tan Hoan & Kirana Raharja. 1979.Obat-obat Penting.Jakarta:EGC
·        Olson,James.2004.Belajar Mudah Farmakologi.Jakarta:EGC




MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI INHALASI



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi adalah terapi dengan memanfaatkan uap hasil dari kerja mesin Nebulizer. Uap air yang berasal dari campuran obat dan  pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai saluran pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi masalah di daerah tersebut. Inhalasi sering digunakan pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk / pilek karena alergi dan asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi.

B.  Rumusan masalah
1.    Apakah definisi dari pengobatan secara inhalasi ?
2.    Apakah tujuan pengobatan secara inhalasi ?
3.    Apakah keuntungan dan kerugian pengobatan secara inhalasi ?
4.    Apa sajakah jenis-jenis inhalasi ?

C.  Tujuan
1.    Memahami pengertian dari pengobatan secara inhalasi
2.    Memahami tujuan pengobatan secara inhalasi
3.    Mengetahui keuntungan dan kerugian pengobatan secara inhalasi
4.    Mengetahui jenis-jenis inhalasi
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Terapi inhalasi merupakan teknik pemberian obat yang praktis dan langsung ke target organ. Terapi inhalasi menghantarkan obat dalam berbagai bentuk dan ukuran.Banyak alat (devices) dikembangkan dalam terapi inhalasi.
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk penderita- penderita dengan keluhan-keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau penyakit paru  obstruktif kronis) karena obat yang di berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal.
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Jaringan alverokapiler menyerap obat dengan cepat. Inhaler dosisi terukur (metered-dose inhaler/MDI) dan inhaler bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPIs) biasanya memiliki efek local seperti dilate bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek sistemik yang serius.
Yang menerima obat melalui inhalasi biasanya memiliki penyakit pernafasan kronis seperti asma kronis, emfisema, atau bronchitis masing-masing masalah pernafasan memerlukan obat inhalasi yang berbeda. Sebagai contoh, klien dengan asma biasanya menerima obat antiimfamasi karena asma merupakan penyakit imflamasi sementara klien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima brokoladilator karena biasanya mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks.Obat inhalasi juga sering disebut obat”darurat” atau “perbaikan”.Obat darurat berupa obat dengan waktu kerja cepat yang diberikan untuk mengatasi kesulitan pernafasan akut.Inheral “perbaikan” digunakan sehari-hari untuk mencegah timbulnya serangan akut. Efek dari inhaler “ perbaikan” dimulai dalam hitungan jam dan bertahan dalam waktu yang lebih lama jika dibanding dengan inhaler “ darurat “. Beberapa inhaler mengandung kombinasi dari obat “darurat”.Dan “perbaikan” (capriotti, 2005). Karena lien bergantung pada obat inhalasi untuk mengontrol penyakitnya, maka mereka perlu mengetahui mengenai obat tersebut dan bagaimana cara menggunakannya dengan aman.

B.  Tujuan pengobatan secara inhalasi

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.
Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Asma termasuk penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.Ashma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronchospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas).Selain asma ada batuk / pilek karena alergi adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi. Banyak cara dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan pengurangan gejala akibat masalah ini termasuk secara inhalasi.

C.  Keuntungan dan kerugian pengobatan secara inhalasi
1.    Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan  paru-paru, sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru. Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak menyemprot kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas menguntungkan. Artinya, si kecil cuma perlu bernapas saja dan tak mesti begini atau begitu. Kalaupun ia menangis, tak perlu khawatir juga karena efeknya malah semakin bagus mengingat obatnya kian terhirup.

2.    Kerugiannya,
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi  pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.

D.  Jenis-jenis inhalasi
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan mengurangi efek sistemik.Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.

1. Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer

Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
MDI (Metered-dose Inhaler)
Cara Penggunaan :
·         Lepaskan penutup aerosol
·         Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok
·         Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan, semakin dalam obat dapat dihirup.
·         Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir kuat-kuat
·         Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI. Lanjutkan inspirasi anda   selambat dan sedalam mungkin.
·        Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
·         Keluarkan nafas secara perlahan
·         Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)

2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan.Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.

Cara Penggunaan Inhaler:
·        Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin
·        Ambillah inhaler, kemudian kocok
·        Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
·        Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
·        Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
·        Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
·        Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
·        Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma.
Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.

3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan.Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang. Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan sumber tenaga listrik dan relatif mahal.


PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
·               Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
·               sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan subun kemudian keringkan.
·               hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
·               pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
·               Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
·               nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
·               duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
·               apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
·               apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
·               bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
·               lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
·               apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama kurang lebih 5 menit..

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas.Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Jenis-jenis inhalasi ada 3 yaitu: Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer, Dry Powder Inhaler (DPI),Nebulizer.
Terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya tetapi, hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan pada penggunaan inhalasi.

B.  Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan sarang yang bersifat membangun.

 Daftar Pustaka
    
·        Champe, Pamela C., harvey.Richard A, and Mycek, Mary J.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta : Widya Medika
·        Potter. Patricia A and Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Buku 2 Edisi 7. Jakarta:Salemba Medika
·        Saridoktermuda.2011.Inhalation Device. https://saridoktermuda.wordpress.com/2011/06/14/ (diakses tanggal 23 maret 2015)
·        Indy laurenz. Pemberian obat dengan cara Inhalasi.. http://indylaurenz.blogspot.com/p/pemberian-obat-dengan-cara-inhalasi.html(diakses tanggal 18 maret 2015)