MAKALAH PENANGANAN KDN
MAKALAH PRINSIP PENANGANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir akan
mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kematian
tidak dapat di duga secara pasti walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern
sekalipun,seringkali memerikan gamaran erbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu,kemauan dan
keterampilan tenagan medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat
dibutuhkan,tetapi tidak semua tenaga medis memilki kemampuan dan keterampilan
standar dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat di
handalkan,walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai
profesional ahli.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penyebab
kegawatdaruratan pada neonatus ?
Bagaimana kondisi-kondisi yang
menyebakan kegawatdaruratan pada neonatus ?
Bagaiamana penanganan
kegawatdaruratan pada neonatus ?
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui kegawatdaruratan
pada neonatus
Untuk mengetahui kondisi-kondisi
yang menyebakan kegawatdaruratan pada neonatus
Untuk mengetahui penanganan
kegawatdaruratan pada neonatus
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
Pengertian
Neonatus
Neonatus
adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak.
Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir
meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system
pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi
terhadap neonatus.
2.2 Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus
a.
Faktor
Kehamilan
1) Kehamilan
kurang bulan
2) Kehamilan
dengan penyakit DM
3) Kehamilan
dengn gawat janin
4) Kehamilan
dengan penyakit kronis ibu
5) Kehamilan
dengan pertumbuhan janin terhambat
6) Infertilitas
b. Faktor pada
Partus
1) Partus
dengan infeksi intrapartum
2) Partus
dengan penggunaan obat sedatif
c.
Faktor pada
Bayi
1) Skor apgar
yang rendah
2) BBLR
3) Bayi kurang
bulan
4) Berat lahir
lebih dari 4000gr
5) Cacat bawaan
6) Frekuensi
pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit
2.3. Kondisi-Kondisi
Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus
a.
Hipotermia
Hipotermia
adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
Untuk
mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Akibat
hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya
metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya
simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.
Etiologi dan
factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas, asfiksia,
sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral,
pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan
yang dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:
1) Mencegah
hipotermia
2) Mengenal
bayi dengan hipotermia
3) Mengenal
resiko hipotermia
4) Tindakan
pada hipotermia.
Tanda-tanda klinis hipotermia:
1) Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - <360C ),
tanda-tandanya antara lain : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah,
tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
2) Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ), tanda-tandanya antara
lain : sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat
tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan
asidosisi metabolik.
3) Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki
dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras,
merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
b. Hipertermia
Hipertermia
adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia
terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas daripada
mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan
darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.
Penyebab
paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat. Heat stroke adalah
kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan
benda yang mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme penganturan panas
tubuh menjadi tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali.
Hipertermia karena reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia
karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang merupakan komplikasi
yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum.
Tanda dan
gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi
merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan
pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung
pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat
menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini
dapat menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba.
Tachycardia dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan
darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus
lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil, mungkin
kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan
koma akan menghasilkan.
c.
Hiperglikemia
Hiperglikemia
atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah glukosa dalam plasma
darah berlebihan.
Hiperglikemia
disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia
biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi
insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh
disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada
akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan
glukosa dari darah.
Gejala
hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi (sering
haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan, berat
badan menurun, sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau
gatal, impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi, arrhythmia,
pingsan, koma.
d. Tetanus Neonaturum
Tetanus
neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang
disebabkan karena basil klostridium tetani.
Tanda-tanda
klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu
seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan
sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas
terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke
bawah, muka rhisus sardonikus.
Penatalaksanaan
yang dapat diberikan :
1) Bersihkan
jalan napas,
2) longgarkan
atau buka pakaian bayi,
3) masukkan
sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi,
4) ciptakan
lingkungan yang tenang dan
5) berikan ASI
sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.
e.
Penyakit-penyakit pada ibu hamil
Kehamilan
Trimester I dan II, yaitu : anemia kehamilan, hiperemesis gravidarum, abortus,
kehamilan ektopik terganggu (implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa
(proliferasi abnormal dari vili khorialis).
Kehamilan
Trimester III, yaitu : kehamilan dengan hipertensi (hipertensi essensial, pre
eklampsi, eklampsi), perdarahan antepartum (solusio plasenta (lepasnya plasenta
dari tempat implantasi), plasenta previa (implantasi plasenta terletak antara
atau pada daerah serviks), insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis,
plasenta sirkumvalata).
f.
Sindrom Gawat Nafas Neonatus
Sindrom
gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis,
merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada
saat inspirasi ( Perawatan Anak Sakit, Ngastiah. 2010).
g.
Penyakit
Membran Hialin (PMH)
Penyebab
kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah
kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan
yang di mulai sejak kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup
menjelang cukup bulan.
Penyebab PMH
adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam
pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein,
karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini
mulai di bentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu
ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus
akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk bernafas berikutnya
di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai usaha
inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi
sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis
Prognosis bayi
dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas serta beratnya penyakit. Bayi
yang sembuh mempunyai kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur
lain yang tidak menderita PMH.
PMH umumnya
terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa
generasi 30-36 minggu. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama
setelah lahir dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72 jam.
h.
Pemeriksaan
Diagnostik
1) Foto thorak
Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di sebabkan oleh berbagai
penyebab dan untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan
foto thoraks.
2) Pemeriksaan
darah
Perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.
i.
Penatalaksanaan
Tindakan yang perlu dilakukan :
1) Memberikan
lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc)
dan meletakkan bayi dalam inkubator.
2) Pemberian
oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis
paru, kerusakan retina dan lain-lain.
3) Pemberian
cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah
60-125 ML/ Kg BB/ hari.
4) Pemberian
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis
50.000-10.000 untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau
tanpa gentasimin 3-5 mg / kg BB / hari.
5) Kemajuan
terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen (
surfaktan dari luar)
j.
Keperawatan
Pada umumnya
dengan BB lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.
1) Bahaya kedinginan
Bayi PMH
adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum
berbentuk dan pusat pengatur suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh
dalam keadaan cold injury, sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah
harus dirawat dalam inkubator yang dapat mempertahankan suhu bayi 36.5oC-37cC
2) Resiko
terjadi gangguan pernafasan
Gejala
pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi
prematur adalah
a) Dirawat dalam
inkubator dengan suhu optimum
b) Bila bayi
mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera berikan oksigen
c) Kesukaran
dalam pemberian makanan, untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus
dengan cairan glukosa 5-10 %. Makanan bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu
selama bayi belum diberi asi harus tetap pertahankan dengan memompa payudara
ibu setiap 3 jam.
3) Resiko
mendapat infeksi, untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik
dan inkubator harus aseptik pula. Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih,
dan tidak di benarkan banyak orang memasuki ruangan tersebut kecuali petugas,
semua alat yang diperlukan harus steril.
4) Kebutuhan
rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya
penghisapan lendir, pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya selain sikap yang lembut setiap menolong bayi dalam memberi pasi
harus di pangku.
k. Penanganan Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir
Resusitasi
merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ
vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada
sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem
tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6
menit).
Tindakan
resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang
mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh
perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada
saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk
memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Apakah bayi
baru lahir memerlukan resusitasi?
Kira-kira
10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan
sekitar 1% saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan
nafas hingga pemberian obat – obatan darurat. Untuk praktisnya, setiap menolong bayi baru lahir ada
5 pertanyaan yang menentukan apakah resusitasi dibutuhkan:
1.
Apakah bersih
dari mekonium?
2. Apakah
bernafas atau menangis?
3. Apakah tonus
otot baik?
4. Apakah
warna kulit kemerahan?
5. Apakah
cukup bulan?
Jika salah
satu dari 5 pertanyaan tersebut jawabannya tidak,maka perlu dilakukan
resusitasi
Mengapa
diberikan resusitasi.?
Tindakan
resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asfiksia. Dan bila pada
bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara benar akan
meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya “cerebral palsy”,
kelainan jantung misalnya tidak menutupnya “ductus arteriosus”
Kapan Bayi
perlu resusitasi.?
Tiga hal
penting dalam resusitasi
1. Pernafasan
Lihat
gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit.
Nafas tersengal – sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan
misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya
30 – 50 x / menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya
2. Frekuensi
Jantung
Frekuensi
denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria
mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara
terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi
denjut jantung selama 1 menit)
Hasil
penilaian :
a.
Apabila
frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit
b. Apabila
frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi
untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)’
3. Warna Kulit
Setelah
pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika
masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis
perifer, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang
masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
2.4 Peran Bidan Dalam Kegawatdaruratan
Neonatal
Kematian ibu dan bayi terjadi karena
kegawatdaruratan yang tidak tertangani dengan baik, dapat disebabkan oleh :
1. Keterlambatan dalam memutuskan untuk
mencari perawatan
2. Keterlambatan mencapai fasilitas
rujukan tingkat pertama
3. Keterlambatan dalam benar-benar
menerima perawatan setelah tiba di fasilitas tersebut.
Sebagai contoh : Staf di sebuah pos
kesehatan pedesaan pelayanan kegawatdaruratan dasar dengan akan kemampuan tidak
diharapkan untuk melakukan bedah caesar bagian tetapi akan diharapkan untuk
membuat diagnosis yang benar, resusitasi dan menstabilkan pasien, dan merujuk
padanya. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang antara
lain mengatur hal-hal berikut ini (keterangan: kami kutipkan yang berkaitan
dengan anak):
a.
Pemberian kewenangan lebih luas
kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan
neonatal kepada setiap ibu hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28
hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat
dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
b. Dalam menjalankan kewenangan yang
diberikan, bidan harus:
1) Melaksanakan tugas kewenangan sesuai
dengan standar profesi
2) Memiliki keterampilan dan
kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya
3) Mematuhi dan melaksanakan protap yang
berlaku di wilayahnya
4) Bertanggung jawab atas pelayanan
yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu
dan bayi atau janin.
c.
Pelayanan kebidanan dalam masa
kehamilan, masa persalinan dan masa nifas meliputi pelayanan yang berkaitan
dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar
persalinan, karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa
tersebut.
d. Pelayanan kesehatan kepada anak
diberikan pada masa bayi (khususnya pada masa bayi baru lahir), balita dan anak
pra sekolah.
e.
Pelayanan kesehatan pada anak
meliputi:
1) Pelayanan neonatal esensial dan tata
laksana neonatal sakit di luar rumah sakit yang meliputi:
a) Pertolongan persalinan yang atraumatik,
bersih dan aman
b) Menjaga tubuh bayi tetap hangat
dengan kontak dini
c) Membersihkan jalan
nafas,mempertahankan bayi bernafas spontan
d) Pemberian asi dini dalam 30 menit
setelah melahirkan
e) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir
antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi
dan pemberian asi eksklusif.
2) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru
lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari
3) Penyuluhan kepada ibu tentang
pemberian asi eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan pendamping asi
(mpasi) untuk bayi di atas 6 bulan.
4) Pemantauan tumbuh kembang balita
untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang balita.
5) Pemberian obat yang bersifat
sementara pada penyakit ringan, sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah
ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.
f.
Beberapa tindakan yang termasuk
dalam kewenangan bidan antara lain:
1) Memberikan imunisasi kepada wanita
usia subur termasuk remaja putri, calon pengantin, ibu dan bayi
2) Resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia. Bidan diberi wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi partus lama, ketuban pecah
dini, persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas
kesehatan, khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram.
3) Hipotermi pada bayi baru lahir bidan
diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir
dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia
28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2006).
Kasus
kegawatdaruratan obstetri dan noenatal apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum
terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari
sisi obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Terdapat lebih
dari ¾ ( tiga perempat) kematian noenatal disebabkan kesulitan bernapas
saat lahir ( asfiksia), infeksi, komplikasi lahir, dan berat badan lahir yang
rendah.
3.2
Saran
Kasus
kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu
besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam
merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah seyogyanya
memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu kasus-kasus
kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan
kegawatdaruratan yang berada dalam koridor wewenang bidan
DAFTAR
PUSTAKA
Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Kebidanan. 2009. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardo.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.