Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

ADAT KEBUDAYAAN DAERAH JAWA TENGAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK



Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu kelahiran. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia  (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah pendarahan dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).



          ADAT ISTIADAT JAWA PADA MASA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN ANAK
A. Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Pengertian Adat Istiadat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat didefinisikan sebagai aturan (perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem atau kesatuan. Sementara istiadat didefinisikan sebagai adat kebiasaan. Dengan demikian, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat. Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa terdapat adat istiadat untuk melakukan upacara Selapanan ketika seorang bayi telah berumur 40 hari. Upacara ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa sejak lama.
C. Adat Istiadat Jawa Pada Masa Kehamilan dan Kelairan Anak
   Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan
Kehamilan merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi seorang ibu, di adat Jawa terdapat beberapa upacara saat prosesi kehamilan yang sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:
  •          Upacara Tiga Bulanan Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan berupa tasyakuran.
  •          Upacara Tingkepan natau Mitoni Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada  kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara pelaksanan upacara tingkepan antara lain:
1.   Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2.   Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar tanpa suatu halangan.
3.   Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan “sudah pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”. Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
4.      Sidoluhur
5.      Sidomukti
6.      Truntum
7.      Wahyu Tumurun
8.      Udan Riris
9.      Sido Asih
10.  Lasem sebagai kain
11.  Dringin sebagai kemben
D. Beberapa Pantangan Dalam Prosesi Kehamilan Adat Jawa
Berikut ini adalah pantangan bagi calon ibu dan calon ayah menurut tradisi Jawa, antara lain sebagai berikut:
1.    Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
2.      Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
3.      Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
4.   Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tidak dililit tali pusar.
5.   Ibu hamil tidak boleh benci kepada sesorang secara berlebihan, nanri anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
6.      Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
7.    “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir”-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
8.      Ngidam adalah prilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
9.    Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
10.  Jangan makan ikan mentar agar bayi tidak bau amis.
11.Untuk sang ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh hewan. Contohnya memancing, membunuh hewan, memburu, dan lain-lain.
Serta masih banyak pantangan-pantangan lain yang harus dihindari oleh calon ibu maupun ayah. Namun sebenarnya pantangan-pantangan tersebut dapat dinalar apabila ditelaah menurut ilmu pengetahuan, hanya saja beberapa kemungkinan tidak tertuju langsung dengan keberlangsungan hidup si jabang bayi kelak.
E. Macam-Macam Upacara Adat Untuk Bayi
Bukan hanya pada saat kehamilan saja upacara adat atau ritual dilaksanakan. Ketika bayi itu pun lahir masih ada ritual dan upacara adat. Upacara ini pun berlangsung hingga si anak menginjak usia satu tahun. Namun, pelaksanaan upacaara ini dilaksanakan hanya di usia tertentu saja, berikut jenis-jenis upacara adat Jawa yang berkaitan dengan kelahiran anak.
  •             Upacara Adat Barokahan
Barokahan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya barokahan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi. Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki prikaku yang baik.
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau olasenta bayi. Setelah itu dilanjunkan dengan membagikan sesajen barokahan kepada sanak saudara dan para tetangga.
  •            Upacara Adat Sepasaran atau Pupuk Pusar
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini umumnya diselengarakan secara sederhana, tetepi jika bersamaan dengan pemberian nama pada si bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.
Acara ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara dari tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman serta jajanan pasar. Selain itu juga terkadang pula ada yang dibungkus tapi menggunakan besek (tempat makanan terbuat dari anyaman bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang
  •        Upacara Adat Selapan
Dalam bahasa Jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini dilakukan pada peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari dimana bayi dilahirkan, maka diadakan perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagai symbol dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi Jawa.
Namun dalam perkembangannya, saai ini selapan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya. Kemudian mengundang tetangga untuk kendurenan (selamatan), berdoa besama-sama dan diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selapansebagai harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya, dan apa yang diharapkan bisa terlaksana.
  •              Upacara Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini disebut dengan tedhan siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa si anak telah siap untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari si orang tua. Acara ini dilaksanakan pada saat anak berumur 7selapan atau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung warna, mudhun tangga tebu, ceker0ceker, sebar udik-udik, dan siraman.

0 Responses