RESENSI NOVEL DEWI KAWI
Judul : Dewi Kawi
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 136 hlm
ISBN : 978-979-22-4064-1
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 136 hlm
ISBN : 978-979-22-4064-1
Arswendo Atmowiloto adalah seorang penulis yang telah melahirkan
puluhan karya terindah nya. Ia sudah belasan kali memenangkan sayembara
penulisan, memenangkan sedikitnya dua kali hadiah buku Nasional, dan
mendapatkan beberapa penghargaan, baik tingkat Nasional maupun tingkat
ASEAN.
Dalam Novel ini Arswendo Atmowiloto mengangkat kisah tentang
kehidupan seseorang yang sukses yang memulai karirnya dari sisa-sisa
daun kol yang membusuk, dia adalah Juragan Eling. Rekan bisnis nya
mengenalnya sebagai tokoh usahawan yang jenius dan keras kepala. Bagi
karyawan-karyawatinya juragan Eling adalah sosok yang baik hati , sebaik
hati orangtua pada anak-anaknya, dan seakrab sahabat.
Pada awal pemunculan tokoh Eling dan Podo adiknya, pembaca dibuat iba
dan salut atas perjuangan keduanya. Juragan Eling memulai bekerja
setelah selesai sekolah menengah atas, dan tak mempunyai biaya untuk
melanjutkan kuliah. Di sebuah pasar, ia memunguti daun kol yang
berceceran dan telah membusuk. Daun kol busuk itu diperas, dan airnya
sebagai pengganti kol. Sulit dijual atau bahkan diberikan orang saja tak
ada yang mau, karena daun kol sendiri sangat murah dan bukan sayur yang
membanggakan. Tapi itulah permulaan membuat yang lain. Juragan Eling
mengolah air kelapa dari pasar yang dibuang begitu saja membasahi tanah.
Kemudian juragan Eling tampung. Dalam satu-dua hari sudah membusuk,
lalu dihangatkan tidak sampai mendidih, hanya sekedar jangan busuk.
Olahan air kelapa ini laku keras karena bisa membuat daging ayam menjadi
empuk dan gurih.
Dari sini, Eling muda membuat sari buah: jeruk yang dikenal dengan
nama sitrun, bengkoang, dan segala dagangan yang ada di pasar
tradisional.
Juragan Eling mulai menjadi penampung. Sukses terbesarnya diawali
dengan menjual biji srikaya. Anak-anak kecil menyukainya karena harganya
murah, rasanya aneh. Itulah loncatan perubahan terbesar dalam hidupnya.
Permintaan akan Srikaya Cracker menembus berbagai kota, berbagai
terminal, stasiun, depan sekolah, sehingga berapa pun produksinya akan
terserap kepasar.
Dari hanya satu KOL, kendaraan niaga merek Colt yang disewa, sampai belasan truk datang dan pergi.
Layaknya manusia biasa Eling muda pun jatuh cinta dengan seorang
wanita tunasusila yaitu Kawi. Eling dan Kawi bertemu pertama kali
disebuah tempat lokalisasi, Eling sebagai tamunya kawi dari saat itu
Eling menjadi dekat dengan Kawi dan bahkan menjadi tamu tetapnya. Eling
dan kawi semakin akrab. Semakin terlibat emosi satu sama lain. Eling
mulai merasa cemburu dengan tamu tetapnya Kawi, yang ternyata
kekasihnya, dan mereka tengah merencanakan untuk menikah. Tetapi
kekasihnya Kawi adalah orang yang kasar, dan suka marah-marah. Eling pun
berncana untuk menikahi kawi, namun Eling merasa ragu dan cemas akan
pernikahannya dengan Kawi. Hingga akhirnya mereka pun berpisah. Eling
telah menikah dan dikarunia anak dan cucu, sementara Kawi menghilang
entah kemana. Eling merasa dirinya banyak berhutang budi kepada Kawi,
karna berkat semangat dan dorongannya lah Eling bisa berhasil. Eling
meminta bantuan Podo adiknya untuk mencari Kawi, Eling ingin mengucapkan
terima kasih kepada Kawi.
Podo pun meninggal karena penyakitnya sebelum bisa menemukan Kawi.
Namun sebelum meninggal Podo sempat membawa 15 nama dan profil wanita
yang bernama Kawi kepada kakaknya. Namun Eling merasa ragu kalau
misalkan ada pertemuan, malah membuat Kawi merasa sesuatu yang salah,
atau kalah, atau rendah. Ia ragu karna sebenarnya ia hanya ingin
mengatakan bahwa ia pernah mencintai, pernah beercinta dengan Kawi dan
ingatan itu ternyata masih bisa ada dan membuatnya bahagia.
Kemampuan Penulis memaparkan alur nya sangat baik, alur yang
digunakan dalam Novel ini adalah alur campuran. Alur berjalan maju pada
saat menceritakan Eling, dan Alur berjalan mundur pada saat menceritakan
Kawi sebagai masa lalunya.
Setting dalam Novel ini juga sangat jelas, Penulis mampu membuat pembaca terhanyut kedalam cerita dalam Novel ini.
Pemaparan watak tokoh Eling dalam novel sangat jelas yaitu pekerja
keras, humoris, baik hati, Jenius dan akrab kepada
karyawan-karyawatinya.
Sudut pandang orang pertama dalam novel ini mendukung keseluruhan
cerita, menjadikan cerita ini seolah-olah hidup dan diceritakan oleh
tokoh utama.
Amanat dalam Novel ini adalah kita tidak boleh sombong dan merasa
puas akan sesuatu yang telah dicapai atau dihasilkan. Karena Realitas
itu tidak satu. Realitas selalu berubah. Bukan hanya maknanya, melainkan
realitas itu sendiri. Realitas terbangun dalam peristiwa, dan sesuai
dengan perjalanan waktu, peristiwa itu diubah. Menjadi lebih cantik,
atau menjadi lebih seram. Penyempurnaan terus terjadi, ketika seseorang
itu meninggal.
Kekuatan dari novel ini secara keseluruhan, novel ini memberikan
manfaat bagi pembaca. Novel ini teramat sayang jika dilewatkan. Novel
ini mengajarkan untuk mensyukuri hidup.
Kelemahan dari Novel ini karena pada akhir ceritanya mengambang. Eling belum bisa bertemu dengan Dewi kawi.