Makalah Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masalah
kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama
pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan
Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per
100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran
hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar
Pelayanan Kebidanan, DepKes RI, 2001 dan
Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat
menjadi sebanyak 307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak
35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).
Penyebab secara
langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan
preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 %
akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey
Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh
wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut
dapat dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Fhilosofi
Asuhan Kehamilan
b. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lingkup Asuhan
Kehamilan
c.
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prinsip Pokok
Asuhan Kehamilan
d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Sejarah Asuhan
Kehamilan
e.
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Menjelaskan
Tujuan Asuhan Kehamilan
f.
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Repocusing
Asuhan Kehamilan
g. Mahasiswa
Mampu Menjelaskan Standar Asuhan Kehamilan
1.3 RUMUSAN MASALAH
1.
Fhilosofi
Asuhan Kehamilan
2.
Lingkup
Asuhan Kehamilan
3.
Prinsip
Pokok Asuhan Kehamilan
4.
Sejarah
Asuhan Kehamilan
5.
Tujuan
Asuhan Kehamilan
6.
Repocusing
Asuhan Kehamilan
7.
Standar
Asuhan Kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar
Asuhan Kehamilan
2.1 Filosofi
Asuhan Kehamilan
Filosofi adalah pernyataan mengenai
keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar, 1995:17). Filosofi
asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan
sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien
selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan
ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1.
Kehamilan
merupakan proses yang alamiah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama
kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya,
asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan
harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari
tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
2.
Asuhan
kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care).
Sangat penting
bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team
kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka
setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya
dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
3.
Pelayanan yang
terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered).
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam
arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya
melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu
sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan
dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi
oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga
juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan
yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan
keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan
bidan, dengan ibu sebagai penentu utama
dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan
memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
4.
Asuhan
kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan
tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu
hamil perlu mendapat informasi dan
pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus
diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
2.2 LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN
Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi
asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk
menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan
2.3 PRINSIP-PRINSIP POKOK ASUHAN
KEHAMILAN
Prinsip – prinsip pokok asuhan kehamilan adalah sebagai
berikut :
1.
Kehamilan
dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa
model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan &
kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak
perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based
practice).
2.
Pemberdayaan.
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan
kehamilan.Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan
meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan
agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu.Hindarkan
sikap negatif dan banyak mengkritik.
3.
Otonomi.
Pengambil keputusan adalah ibu &
keluarga.Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan
informasi.Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan
manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum
mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam
membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya
berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4.
Tidak
membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas
dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin,
obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin.
Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi
yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5.
Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan
bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.Akibat
yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan.Pelayanan yang
diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan
bidan.Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta
berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua
profesional bidan.
2. 4
SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN
Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia
kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan
lancar apabila adanya peningkatan pelayanan antenatal care. Boombing terjadi pada tahun 1980-an
seiring dengan munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara di tentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu hdan
angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda,
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan
tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan
terus berkembang.
Pelatihan dan pendidikan bidanpun terus
berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan kesehatan juga
semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayan tanah air agar
pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat.
2.5 TUJUAN
ASUHAN KEHAMILAN
Tujuan utama ANC adalah
menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun
tujuan khususnya adalah :
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna
memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali
secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3. Membina
hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,
dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
2.6 REFOCUSING ASUHAN
KEHAMILAN
Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan
angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab
utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran
penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa
ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC
seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi
tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,
maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata
banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka
kematian maternal & perinatal.
Fokus
lama ANC :
1.
Mengumpulkan
data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk
mendapatkan asuhan khusus.
2.
Temuan-temuan
fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di
bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.
Pengajaran
/pendidikan kesehatan yang ditujukan
untuk mencegah resiko/komplikasi
Hasil-hasil
penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.
Pendekatan
resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu
yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire)
membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi
sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak
pernah mengalami komplikasi.
2.
Banyak
ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami
komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan
jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu
yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi
yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.
Memberikan
keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami
komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa
yang dapat dilakukannya.
Pelajaran
yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil beresiko
mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap
bumil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas.
Karenanya,
fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih
efektif dan dapat dijangkau oleh setiap
wanita hamil.
Isi Refocusing ANC
Penolong
yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.
Membantu
setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan
yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil,
perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil
menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam
jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.
Membantu
setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan
membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor
darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri
sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak
terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah,
dsb.
3.
Melakukan
skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC,
IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan
kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena
penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal
jangkauan akan dapat dicegah.
4.
Mendeteksi
& menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat,
penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.
Mendeteksi
kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal
setelah 36 minggu.
Ibu yang memerlukan kelahiran
operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan
fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.
Memberikan
imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.
Memberikan
suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada
bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
Untuk
populasi tertentu:
1.
Profilaksis
cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
2.
Pencegahan/
terapi preventif malaria untuk
menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemik
3. Suplementasi yodium
4.
Suplementasi
vitamin A
2. 7
STANDARD ASUHAN KEHAMILAN
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus
sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan
norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi.
Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena
penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang
jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak
memenuhi standard dan terbukti
membahayakan.
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti
sebagai berikut:
1. Standar 3:Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah
dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan
pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x
pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.Bidan juga
harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas.Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.Bila
ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3. Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan
melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6: pengelolaan anemia pada
kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan,
penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7: Pengelolaan
Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002)
Dalam
pelayanan/asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7T
yaitu :
1.
Timbang
Berat Badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi
dapat menyebabkan kelainanyang tidak diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan
makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,
dan sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan karena adanya salah persepsi
bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dapat pula mengakibatkan komplikasi
antara lain preeklamsi, bayi terlalu besar, dan sebagainya. Kenaikan BB wanita
hamil rata-rata 6,5-16 kg (anjuran kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa
Tubuh).
Bila
BB naik lebih dari semestinya anjurkan untuk mengurangi karbohidrat,
lemak, jangan dikurangi apalagi sayur mayor dan buah-buahan. Bila BB tetap saja
atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama mengandung protein dan besi.
2.
Ukur
Tekanan Darah
Tekanan darah harus diperiksa secara
tepat dan benar. Banyak factor yang mempengaruhi peningkatan tekanan
darah. Posisi ibu saat dilakukan
pemeriksaan sebaiknya posisi tidur (setengah duduk/semi fowler), jangan
mengukur tekanan darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk
istirahat sebentar sebelum dilakukan
pemeriksaan, karena aktivitas ibu akan menimbulkan kenaikan tekanan darah
sehingga hasilnya menjadi tidak akurat.
3.
Ukur
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU dapat digunakan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan janin. Mengukur TFU bisa menggunakan jari pada
kehamilan <22 minggu dan menggunakan sentimeter pada kehamilan ≥ 22 minggu.
4.
Pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu
hamil sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
5.
Pemberian
Tablet Besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet
besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 mikogram. Minimal
masing-masing 90 tablet besi. Tablet
besi sebaiknya tidak diminum bersama the atau kopi karena akan mengganggu
penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C
bersamaan dengan mengkonsumsi tablet besi karena vitamin C dapat membantu
penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap
sempurna oleh tubuh.
6.
Test
terhadap Penyakit Menular Seksual
Wanita termasuk yang sedang hamil
merupakan kelompok risiko tinggi terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas
dan mortalitas terhadap ibu maupun janin yang dikandung. Pada asuhan kehamilan
dilakukan anamnea kehamilan risiko terhadap PMS meliputi penapisan, konseling,
dan terapi PMS.
7.
Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan
Dalam temu wicara untuk persiapan
rujukan ini melibatkan ibu, suami, keluarga dan masyarakat.
Merencanakan
persiapan rujukan meliputi :
a.
Mengidentifikasi
rencana atau rujukan dan bentuk transportasi untuk mencapai tempat tersebut.
b.
Membuat
rencana penyediaan donor darah
c.
Mengadakan
rencana persiapan financial
d.
Mengidentifikasi
seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat keputusan pertama tidak ada
ditempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Filosofi adalah pernyataan
mengenai keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar, 1995:17).
1.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah
2.
Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of
care)
3.
Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga
(family centered)
4.
Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan
memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya
Ruang lingkup asuhan
kehamilan meliputi asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam
rangka penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya
komplikasi kehamilan
1. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu
proses yang normal, alami dan sehat.
2. Pemberdayaan.
3. Otonomi.
4. Tidak membahayakan
5. Tanggung jawab
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda,
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan
tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan
terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidanpun terus berkembang sejak
tahun 1952 hingga kini.
Fasilitas pelayanan kesehatan juga
semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayan tanah air agar
pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat.
Tujuan utama ANC adalah
menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun
tujuan khususnya adalah :
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna
memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali
secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3. Membina
hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,
dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
Fokus
lama ANC :
1. Mengumpulkan data dalam upaya
mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan
asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran
pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb)
yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan
yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi
Sebagai
profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard
pelayanan kebidanan yang berlaku. Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti
sebagai berikut:
1. Standar 3; Identifikasi ibu hamil
2. Standar 4: Pemeriksaan dan
pemantauan antenatal
3. Standar 5: Palpasi Abdominal
4. Standar 6: pengelolaan anemia pada
kehamilan
5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada
Kehamilan
6. Standar 8: Persiapan Persalinan
Dalam
pelayanan/asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7T
yaitu :
1. Timbang berat badan
2. Tekanan darah
3. TFU
4. TT
5. Tablet besi
6. Test terhadap PMS
7. Temu wicara
3.2 SARAN
1.
Mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar asuhan
kehamilan.
2.
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar
asuhan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hani, Ummi. Jiari Kusbandyah Marjati.
Rita Yulifah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
·
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Kehamilan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
·
Indrayani.
2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media