Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

Citomegalo Virus atau CMV


Pengertian
Infeksi Virus Sitomegalo (Citomegalo Virus atau CMV) adalah infeksi yang tejadi pada bayi dari ibu penderita CMV selama masa kehamilan. Dari semua herpesvirus yang menyerang manusia, sitomegalovirus (CMV) merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas paling besar dan paling penting. Meskipun infeksi primer dengan penyakit ini umumnya tidak menimbulkan gejala pada orang dewasa sehat, beberapa kelompok berisiko tinggi, termasuk penerima organ transplantasi immunocompromised dan individu terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat mengancam jiwa. Selain itu, sitomegalovirus telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai penyebab paling penting dari infeksi kongenital di negara maju, umumnya menyebabkan keterbelakangan mental dan cacat bawaan.
Pada tahun 1904, Ribbert pertama kali diidentifikasi bukti histopatologi sitomegalovirus, mungkin di jaringan dari bayi yang terinfeksi kongenital. Ribbert keliru menganggap bahwa masuknya sel-bantalan besar ia mengamati pada otopsi berasal dari protozoa (Entamoeba mortinatalium). Pada tahun 1920, Goodpasture benar mendalilkan etiologi virus ini secara inklusi. Goodpasture menggunakan cytomegalia istilah untuk merujuk pada pembengkakkan sel yang terinfeksi. Sitomegalovirus Manusia (HCMV) pertama kali diisolasi pada kultur jaringan pada tahun 1956, dan kecenderungan organisme untuk menginfeksi kelenjar ludah menyebabkan penunjukan awal sebagai virus kelenjar ludah. Pada tahun 1960, Weller meneliti sitomegalovirus virus selama tahun 1970 dan 1980-an, pengetahuan tentang peran sitomegalovirus sebagai patogen penting dengan manifestasi klinis yang beragam meningkat terus. Meskipun kemajuan besar baru-baru ini telah dibuat dalam mendefinisikan dan karakteristik. biologi molekuler, imunologi, dan target terapi antivirus untuk sitomegalovirus, banyak yang masih dalam merancang strategi untuk pencegahan infeksi sitomegalovirus dan dalam memahami peran gen virus spesifik dalam pathogenesis

 Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (penyebab cacar air), dan virus Epstein-Barr (penyebab mononucleosis yang menular). kira-kirai 10% dari penderita CPV ini memiliki gejala awal seperti demam, kerusakan pada limpa, danterlihat lelah/malaise.
Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil karena virus Cytomegalo dapat melewati plasenta dan merusak hati janin.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Cytomegalo biasanya ditemukan pada kelenjar saliva. Pasien dapat mengalami infeksi kapan saja selama kehamilan, Jika selama kehamilan menimbulkan gelala, maka kemungkinN 90 % bayinya akan mengalami komplikasi. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Transmisi vertikal dari ibu ke bayi melalui transplacental. Infeksi CMV pada ibu hamil bisa secara primer atau rekuren. Infeksi primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV bersama-sama selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai adanya antibodi CMV pada fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi sebesar 40%. Adanya IgG anti CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan kepada bayi, sehingga kelainan kongenital mungkin terjadi.
Infeksi sitomegalovirus (CMV) kongenital terjadi sekitar 30.000-40.000 bayi dilahirkan dengan infeksi kongenital sitomegalovirus setiap tahun di Amerika Serikat, membuat sitomegalovirus yang paling umum dan penting dari semua infeksi kongenital. Kemungkinan infeksi kongenital dan luasnya penyakit pada bayi baru lahir tergantung pada status kekebalan ibu. Jika infeksi primer ibu terjadi selama kehamilan, tingkat rata-rata transmisi ke janin adalah 40%, sekitar 65% dari bayi ini memiliki penyakit sitomegalovirus saat lahir. Dengan infeksi ibu berulang yaitu, cytomegalovirus infeksi yang terjadi dalam konteks kekebalan prakonseptual, risiko penularan pada janin lebih rendah, berkisar 0,5-1,5%, sebagian besar bayi tampak normal saat lahir .
Virus menular dari seorang ke orang lain melalui kontak dengan cairan tubuh seperti urine, air ludah, darah dan produk darah, ASI, juga bisa menular melalui hubungan seksual dari semen dan sekresi cairan vagina. Bila seorang dewasa tertular, penderita menderita penyakit mirip mononukleosis. Dengan tanda-tanda sakit menelan, demam, dan sakit seluruh badan. Bisa juga menimbulkan sakit badan serius seperti pneumonia, dan konjunctifitis terutama pada seorang yang menderita infeksi HIV/AIDS. Penularan dapat melalui membrane mukosa, melalui transmisi seksual atau virus ini dapat bersembunyi, dan dapat mengalami reaktivasi.
Dampak Pada Janin
1.       Resiko penularan lebih tinggi, bila ibu tertular virus pada trimester 3 kehamilan. Resiko menjadi 44% bila ibu terinfeksi virus pada trimester kedua dan 36% resiko janin dalam kandungan tertular, bila ibu mendapat infeksi virus pada trimester pertama. Laporan peneliti lain, resiko janin tertular paling tinggi, apabila ibu hamil tertular virus pada umur kehamilan di bawah 20 minggu.
2.       Lebih dari 90% bayi lahir tanpa gejala namun 5-15% akan mengalami kerusakan visual atau auditory, biasanya dalam 2 tahun. Gejalanya meliputi restriksi pertumbuhan intrauterine, hepatitis, dengan atau tanpa ikterus, trombositopenia dan meningoensefalitis. Untuk bayi-bayi ini, kematian karena penyebaran koagulasi intravascular, sepsis atau masalah hati adalah 20-30%. Sebagian besar sisa bayi yang bertahan akan mengalami morbiditas nerologis yang hebat. Bayi-bayi ini masih akan infeksius selama beberapa bulan, mengeluarkan virus melalui urinenya, dan dapat beresiko bagi ibu hamil.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Pada Ibu
  1. Keluhan seseorang yang tertular virus sitomegalo, berupa demam yang lama, dan sedikit gangguan pada hati. Secara klinik, infeksi virus sitomegalo tidak merupakan masalah yang menarik perhatian. Anak-anak yang terinfeksi virus sitomegalo dapat menularkan virus kepada anggota keluarga yang lain. Juga sekali tertular virus, selama hidup virus ini tetap hidup di dalam tubuh.
  2. Gejala klinis pada ibu hamil: Pyrexia, malaise, lethargy, seperti gejala influenza, Kerusakan pada limpa, Keabnormalan pada  Limphosit, Anorexia atau sulit makan dan Leucorrhea keputihan seperti susu
Manifestasi Klinis Pada Janin
1.       Cytomegalic inclusion disease (CID) Sekitar 10% bayi dengan infeksi kongenital memiliki bukti klinis penyakit saat lahir. Bentuk yang paling parah dari infeksi CMV kongenital disebut sebagai CID. CID hampir selalu terjadi pada wanita yang memiliki infeksi sitomegalovirus primer selama kehamilan, meskipun kasus yang jarang dijelaskan pada wanita dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya yang mungkin memiliki reaktivasi infeksi selama kehamilan.
2.       CID ditandai dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, hepatosplenomegali, abnormalitas hematologi (trombositopenia), dan manifestasi kulit berbagai, termasuk petechiae dan purpura (blueberry muffin bayi). Namun, manifestasi paling signifikan dari CID melibatkan SSP. Mikrosefali, ventrikulomegali, atrofi otak, korioretinitis, dan gangguan pendengaran sensorineural konsekuensi neurologis yang paling umum dari CID.
3.       Kalsifikasi intraserebral biasanya menunjukkan distribusi periventricular dan yang biasa ditemui menggunakan CT scan . Temuan kalsifikasi intrakranial adalah prediksi defisit kognitif dan audiologic di kemudian hari dan memprediksi prognosis perkembangan buruk persarafan.
4.       Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan pendengaran (tuli).
5.       Sekitar 20%  dijumpai pada bayi yang terinfeksi virus adalah Limpa atau hati membesar disertai gejala kuning pada kulit atau mata.
6.       90% bayi yang masih bertahan akan mengalami gangguan saraf berat seperti keterlambatan perkembangan mental.
7.       Bila seorang ibu hamil didiagnosa tertular virus sitomegalo, janin dalam kandungan bisa diperiksa dengan melakukan pemeriksaan amniosintesa. Cara pemeriksaan ini hampir 80% dapat mendeteksi bayi apakah juga terinfeksi virus atau tidak. Tetapi tetap belum dapat diketahui apakah bayi menderita penyakit berat atau tidak. Namun demikian, periksaan USG pada janin dalam kandungan, bisa mengetahui kelainan otak dan organ lain.
8.       Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan gejala klinik berupa: IUGR, Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali (pembesaran liver dan limpa), Ptekie sampai purpura (perdarahan bawah kulit), Pneumonia.
9.       Biasanya juga dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan (defek septal), atresia bilier, hernia inguinalis dan abnormalitas muskuloskeletal
10.    Kebanyakan bayi yang bertahan hidup gejala CID memiliki gejala sisa neurologis dan perkembangan saraf jangka panjang yang signifikan .
11.    Memang, telah diperkirakan bahwa sitomegalovirus kongenital mungkin terjadi pada kasus  sindrom Down sebagai diketahui penyebab keterbelakangan mental pada anak.
Sitomegalovirus bawaan Asimtomatik
  1. Kebanyakan bayi dengan infeksi sitomegalovirus kongenital yang lahir dari ibu yang telah ada sebelumnya kekebalan terhadap sitomegalovirus. Bayi-bayi ini muncul secara klinis sehat pada waktu lahir, namun, meskipun bayi dengan infeksi sitomegalovirus kongenital muncul dengan baik, mereka mungkin memiliki gangguan pertumbuhan halus dibandingkan dengan bayi yang tidak terinfeksi. Meskipun tanpa gejala saat lahir, bayi ini, bagaimanapun, beresiko untuk gejala sisa perkembangan saraf.
  2. Konsekuensi utama dari infeksi tanpa gejala sitomegalovirus bawaan adalah gangguan pendengaran sensorineural.
  3. Sekitar 15% dari bayi ini akan memiliki ketulian unilateral atau bilateral. skrining audiologic rutin baru lahir mungkin tidak mendeteksi kasus sitomegalovirus terkait gangguan pendengaran karena defisit ini dapat berkembang berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah kelahiran.
Pemeriksaan dan diagnosis
  1. Anamnesis: Bayi tidak bergerak aktif dan malas minum
  2. Pemeriksaan fisik: Letargi, hiper/hipotoni, mikrosefali, chorioretinitis dan tuli neural sensorik.
 
Pemeriksaan laboratorium: Diagnosis pasti infeksi CMV dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada:
  1. Urine dan saliva pada 3 minggu pertama kelahiran. Pemeriksaan sesegera mungkin harus dilakukan, jika virus didapatkan pada bayi usia >3 minggu, infeksi yang terjadi mungkin didapatkan selama kehamilan (kongenital), perinatal atau postnatal.
  2. Pemeriksaan IgG dan IgM anti CMV. Pemeriksaan serologi ini sering dilakukan untuk menegakkan diagnosis infeksi CMV kongenital tetapi kadang-kadang membingungkan. Dikatakan infeksi CMV kongenital positif jika didapatkan IgM anti CMV (+) pada saat lahir tetapi hasil IgM anti CMV (-) tidak menyingkirkan diagnosis infeksi CMV kongenital. Titer IgG anti CMV penderita yang meningkat signifikan dibandingkan dengan titer ibu menunjukkan kemungkinan bayi tersebut menderita infeksi kongenital aktif, tetapi untuk lebih memastikan lakukan pemeriksaan ulang pada bulan I, III dan VI. Kemungkinan infeksi CMV kongenital bisa disingkirkan jika terdapat penurunan titer IgG anti CMV. Apabila pada pemeriksaan cairan serebrospinal dijumpai DNA CMV maka hal tersebut menunjukkan telah terjadi proses kerusakan di otak.
  3. Antigenemia CMV. Kuantifikasi antigenemia dapat digunakan untuk memprediksikan penyakit CMV, level antigenemia tinggi memberikan nilai prediksi positif yang tinggi penyakit CMV. Level antigenemia akan menurun seiring dengan pengobatan anti virus yang dilakukan, sehingga dapat digunakan untuk memonitor pengobatan.
  4. Pemeriksaan lain meliputi: SGOT meningkat >300 IU, bilirubin direk meningkat >30 mg/dl, trombositopenia minggu pertama berkisar antara 2000-125.000/mm3
Pemeriksaan radiologi:
CT scan kepala: tampak leukomalasia periventrikuler, atrofi kortikal,  pembesaran ventrikel uniteral/bilateral, efusi subdural dan perdarahan otak. Adanya kalsifikasi intrakranial biasanya disertai gangguan kognisi dan pendengaran.
 
Diagnosis Banding
1.       Infeksi rubela kongenital
2.       Toksoplasmosis kongenital
3.       Enteroviral Infections
4.       Herpes Simplex Virus Infection
5.       Herpesvirus 6 Infection
6.       Lymphocytic Choriomeningitis Virus
Penatalaksanaan
Penanganan Pada bayi
  1. Gancyclovir 6 mg/KgBB/dosis IV drip dalam 1 jam, diberikan setiap 12 jam selama 6 minggu. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi asimptomatik karena resiko ESO, antara lain supresi sumsum tulang dan atrofi testis
  2. Evaluasi bayi dengan infeksi CMV kongenital meliputi:
    1. Klinis: Tinggi badan, Berat Badan, Lingkar Kepala, Hepar dan lien, Mata
    2. Laboratorium: darah lengkap, hapusan darah tepi, trombosit, SGPT/SGOT, bilirubin direk/indirek, CMV urine dan CSS
    3. Lainnya: CT Scan kepala dan BERA
Penanganan
  1. Perawatan medis  Perawatan medis sitomegalovirus (CMV) terdiri dari dukungan nutrisi yang baik, perawatan dukungan kuat sindromorgan tertentu terutama pneumonia pada pasien immunocompromised, dan terapi antivirus dalam keadaan tertentu.
  2. Perawatan Bedah  Beberapa anak dengan sitomegalovirus kongenital memerlukan intervensi ortopedi (cerebral palsy) dan penempatan gastrostomy untuk nutrisi enteral.
  3. Konsultasi Tergantung pada pasien dan faktor risiko terkait, penyakit sitomegalovirus ditemui oleh dokter kandungan, dokter anak, spesialis penyakit infeksi, onkologi, dokter perawatan kritis, dan penyedia perawatan kesehatan lainnya. Konsultasi yang tepat dengan dokter bedah, spesialis perkembangan, patolog, otolaryngologists, dokter mata, ahli saraf, dan ahli Pencernaan mungkin diperlukan.
 Penanganan Pada Anak
Pengalaman pemberian obat antivirus untuk sitomegalovirus (CMV) profilaksis dan terapi sitomegalovirus dalam anak-anak masih belum banyak dan sangat terbatas. Pemberian terapi anti sitomegalovirus diberikan hanya setelah berkonsultasi dengan seorang ahli yang berpengalaman dengan dosis dan efek samping. Obat antivirus dapat diberikan terapi untuk penyakit sitomegalovirus sevagai  profilaktik (terapi preemptive) ketika risiko pengembangan penyakit sitomegalovirus tinggi misalnya, dalam penerima transplantasi.
Antivirus
1.      Nukleosida adalah agen antivirus hanya benar aktif terhadap cytomegalovirus, meskipun imunoglobulin dapat memberikan beberapa efek antivirus, khususnya dalam kombinasi dengan agen-agen. Agen ini berbagi target molekul umum, yaitu polimerase DNA virus. Biokimiawi, gansiklovir adalah analog nukleosida asiklik sedangkan sidofovir adalah fosfonat nukleosida asiklik. Masing-masing senyawa harus terfosforilasi ke bentuk trifosfat sebelum dapat menghambat polimerase sitomegalovirus. Sebuah produk virus gen, UL97 phosphotransferase, memediasi langkah monophosphorylation untuk gansiklovir. Berbeda dengan 2 agen, foskarnet bukan analog nukleosida benar tetapi juga bisa langsung menghambat polimerase virus.
2.      Gansiklovir umumnya digunakan sebagai terapi pencegahan pada penerima transplantasi pada risiko tinggi penyakit berkembang misalnya, penerima sitomegalovirus-negatif dari transplantasi organ dari donor seropositif virus sitomegalo. Oral dan intravena asiklovir juga telah berhasil digunakan sebagai profilaksis untuk transplantasi organ padat (penerima seronegatif), namun, tidak pernah menggunakan asiklovir untuk terapi sitomegalovirus pada penyakit aktif. Formulasi oral telah disetujui untuk digunakan pada pasien dewasa terinfeksi HIV yang memiliki sitomegalovirus retinitis, namun, bioavailabilitas yang miskin, dan tidak ada dukungan data penggunaan pada anak.
3.      Relatif sedikit informasi mengenai penggunaan gansiklovir dalam pengaturan infeksi sitomegalovirus bawaan. Karena beberapa dari gejala sisa neurologis sitomegalovirus bawaan, gangguan pendengaran sensorineural khususnya, kemajuan postnatal, penyajian hasil dari uji coba dihentikan kolaboratif nasional yang menarik. Gansiklovir suntikan mengakibatkan perbaikan atau stabilisasi pendengaran pada sejumlah besar 6-bulan-tua bayi. Laporan kasus telah menunjukkan kemanjuran gansiklovir untuk neonatus akut yang mengancam jiwa penyakit sitomegalovirus (misalnya pneumonia). Alternatif untuk gansiklovir termasuk trinatrium phosphonoformate (PFA) dan sidofovir. Pengalaman anak dengan agen-agen terbatas. Meskipun berpotensi berguna dalam pengaturan resistensi gansiklovir, toksisitas dari antivirus cukuop bermakna. Penggunaan obat  ini hanya pada pasien anak dalam keadaan luar biasa. Meskipun mereka hanya memiliki tingkat sederhana aktivitas terhadap cytomegalovirus, tinggi dosis oral asiklovir dan valasiklovir telah digunakan untuk profilaksis sitomegalovirus pada individu yang berisiko tinggi tetapi tidak cocok untuk terapi penyakit aktif. Terapi oral dengan valgansiklovir pada anak sudah beberapa kali diungkapkan dalam penelitian.
4.      Gansiklovir (Cytovene) Senyawa pertama lisensi untuk pengobatan infeksi CMV. Sebuah asiklik sintetis nukleotida struktural mirip dengan guanin. Strukturnya mirip dengan asiklovir, seperti asiklovir, memerlukan fosforilasi untuk aktivitas antivirus. Enzim bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk dari gen UL97 virus, kinase protein. Resistensi dapat terjadi dengan penggunaan jangka panjang, biasanya karena mutasi pada UL97. Dinyatakan pada anak-anak immunocompromised (misalnya, infeksi HIV, posttransplant, negara immunocompromised lainnya) ketika bukti klinis dan virologi yang spesifik organ akhir penyakit (misalnya, pneumonitis, enteritis) hadir. Pada bayi, terapi antivirus dengan gansiklovir mungkin bermanfaat dalam mengurangi prevalensi gejala sisa perkembangan saraf, dalam gangguan pendengaran sensorineural tertentu. Sebuah penelitian yang disponsori oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi menunjukkan perbaikan pendengaran yang berhubungan dengan hasil pada bayi dengan CMV bawaan gejala diobati dengan gansiklovir (Kimberlin, 2003). Oleh karena itu, terapi pada bayi baru lahir dengan infeksi didokumentasikan harus dipertimbangkan, namun, hubungi ahli.
5.      Sidofovir (Vistide) Nukleotida analog yang selektif menghambat produksi DNA virus di CMV dan herpes virus lainnya.Lihat informasi obat penuhFoskarnet (Foscavir) Organik analog pirofosfat anorganik yang menghambat replikasi virus herpes dikenal, termasuk CMV, HSV-1, dan HSV-2. Menghambat replikasi virus pada situs-pirofosfat mengikat spesifik virus DNA polimerase.
Imunoglobulin Obat ini digunakan sebagai imunisasi pasif untuk pencegahan penyakit sitomegalovirus gejala. Strategi ini telah berguna dalam pengendalian penyakit sitomegalovirus pada pasien immunocompromised di era antivirus prenucleoside. Bukti dalam kehamilan menunjukkan bahwa infus globulin sitomegalovirus kekebalan pada wanita dengan bukti infeksi sitomegalovirus primer dapat mencegah penularan dan memperbaiki hasil pada bayi baru lahir.
Immune globulin intravena (Carimune, Gamimune, Gammagard S / D, Gammar-P, Polygam S / D) Pengamatan secara acak donor IVIG tampaknya sama efektifnya dengan hyperimmunoglobulin CMV menunjukkan bahwa manfaat yang mungkin berasal dari efek imunomodulator tidak terkait dengan netralisasi virus.Lihat informasi obat penuhCMV Ig (CytoGam) Sebuah hyperimmunoglobulin CMV telah terbukti menurunkan prevalensi penyakit CMV bila diberikan posttransplant untuk berisiko tinggi penerima transplantasi bila diberikan sendiri atau dalam kombinasi dengan antivirus nukleosida. Dapat diberikan terapi untuk penyakit CMV dalam kombinasi dengan gansiklovir.
Pencegahan
  1. Ibu atau pengasuh hendaknya memelihara kebersihan perorangan, mencuci tangan yang bersih bila kontak dengan air seni atau air ludah bayi. Tisu pembersih dan pampers hendaknya dibuang. Kebiasaan tidak minum dari gelas bekas orang lain sebaiknya tetap dipelihara.
  2. Laporan dari satu penelitian menyabutkan bahwa 70% bayi yang tertular virus sewaktu di dalam kandungan masih mengeluarkan virus melalui air seni mereka sampai berusia 1-3 tahun.
  3. Demikian juga pada perawat ibu hamil yang mungkin terinfeksi virus tetap memelihara kesehatan perorangan dengan baik.
  4. Pemberian vaksi sitomegalo dapat memberikan perlindungan bagi yang beresiko tertular virus.
  5. Perawat bayi perlu diberi penyuluhan mengenai infeksi virus sitomegalo.
  6. Perawat yang tidak sedang hamil, tidak selalu bisa menularkan virus pada bayi yang diasuhnya.
  7. Selama hamil, cuci tangan yang bersih dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan kontak dengan popok dan cairan sekresi mulut.
  8. Ibu hamil yang mencurigakan tertular virus sitomegalo, sebaiknya diperiksa dan perlu perhatian pada bayinya apakah juga sudah tertular virus.
  9. Periksaan dengan tes anti body terhadap virus sitomegalo.
  10. Menemukan virus pada cairan serviks, bukan merupakan indikasi melakukan operasi section caesar.
  11. Menemukan virus pada ASI, juga bukan halangan untuk menyusui bayinya, mengingat keuntungan menyusui, lebih utama dibanding kerugian tertular virus sitomegalo.
  12. Pemeriksaan skrening virus sitomegalo, juga tidak perlu dilakukan pada anak-anak sekolah.
 
DAFTAR PUSTAKA
  1. Bale JF, ed. Congenital infections of the central nervous system. Semin pediatr neurol, September, 1994 ; 1.
  2. Boppana SB, Fowler KB, vaid Y, et al. Neuroradiographic finding in the newborn period and longterm outcome in children with symptomatic cytomegalovirus infection. Pediatr 1997 ; 99 : 409.
  3. Weller TH. The cytomegaloviruses: ubiquitous agents with protean clinical manifestations. I. N Engl J Med. Jul 22 1971;285(4):203-14.
  4. Schleiss MR, McVoy MA. Overview of congenitally and perinatally acquired cytomegalovirus infections: recent advances in antiviral therapy. Expert Rev Anti Infect Ther. 2004;2 (3):389-403.
  5. Kimberlin DW, Lin CY, Sanchez PJ. Effect of ganciclovir therapy on hearing in symptomatic congenital cytomegalovirus disease involving the central nervous system: a randomized, controlled trial. J Pediatr. 2003;143(1):16-25.
  6. Hamele M, Flanagan R, Loomis CA, Stevens T, Fairchok MP. Severe morbidity and mortality with breast milk associated cytomegalovirus infection. Pediatr Infect Dis J. Oct 30 2009;
  7. Fowler KB, Pass RF. Risk factors for congenital cytomegalovirus infection in the offspring of young women: exposure to young children and recent onset of sexual activity. Pediatrics. 2006;118:e286-92.
  8. Kaplan JE, Masur H, Holmes KK. Guidelines for preventing opportunistic infections among HIV-infected persons–2002. Recommendations of the U.S. Public Health Service and the Infectious Diseases Society of America. MMWR Recomm Rep. Jun 14
0 Responses