SIFILIS
Definisi Sifillis
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin
dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap
janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan.
Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih
belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema
pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.Sifilis kongenital dini merupakan
gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika
muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis
kongenital lanjut.
Epidemiologi
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan
masalah yang utama pada Negara berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis
banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-30 tahun. Empat puluh persen
wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, akan mengakibatkan
penularan pada janin.
Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn
dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. 3 Bentuk seperti spiral
teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan
sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan
maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada
stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan
dalam darah untuk transfusi dapat hidup tujuh puluh dua jam. Dengan strategi
hampir selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau seks oral,
makhluk kecil ini masuk melalui kulit, dari sana ia menyebar dengan ganas.
Biasanya berhasil masuk kedalam aliran darah dan dalam 1 minggu mereka
sudah menyebar keseluruh tubuh.
Penularan
sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
Kontak langsung :
1. sexually tranmited diseases (STD)
2. non-sexually
Transplasental, dari ibu yang
menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
- Hubungan seksual
- Setelah kehamilan ke-15 dapat menginfeksi janin melalui plasenta
- Masa inkubasi berkisar dari 10-90 hari, tetapi biasanya kurang dari 8 minggu.
Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan,
namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in
utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis
yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital biasanya timbul
setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten.
Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema
pallidum pada plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan
menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons
peradangan selular yang akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat
fatal sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan
pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.
Infeksi
sifilis pada kehamilan
Penyebab : trponema pallidium yang dapat menembus plasenta
setelah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan
serologik sebelum hamil, sehingga pengobatan dapat diterapkan sampai sembuh.
Diagnosis penyakit ini tidak terlalu sukar karena terdapat
luka pada daerah genitalia, mulut, atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap
kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan
infeksi bayi dalam bentuk kongenitas (pempigus safilitus, deskuamasi kulit
telapak tangandan kaki, terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya
mudah sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita
hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin.
Prognosis
Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak
dilakukan penanganan yang tepat akan berdampak buruk baik si ibu maupun untuk
janin yang dikandungnya.
Gejala subjektif dan objektif
Secara umum manifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu :
keluarnya cairan dari vagina dan dubur dari biasanya. Dapat berwarna putih
susu, kekuningan , kehijauan , atau disertai bercak darah dan bau yang tidak
enak perih, nyeri atau panas setelah BAK atau sering BAK.
Adanya
luka terbuka (luka besar sekitar alat kemaluan atau mulut) dapat terasa nyeri
atau tidak , tumbuh seperti jengger ayam atau tumbuh disekitar kemaluan.
Secara khusus manifestasi klinik dari penyakit sifilis antara lain :
Sifilis
stadium 1 : terjadi efek primer berupa papul tidak nyeri sekitar 3 minggu
kemudian. Terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial. Timbul lesi pada alat
kelamin ekstra genital seperti bibir, lidah, tonsil puting susu, jari dan anus
misalnya pada penularan ekstrakoital.
Sifilis
stadium 2 : gejala konstitisi seperti nyeri kepala subfebris, anoreksia , nyeri
pada tulang, leher timbul macula, papula, pustule, dan rupia. Kelainan selaput
lendir, limfa denitis yang generalisata.
Sifilis
stadium 3 : terjadi setelah 3 sampai 7 tahun infeksi guma dapat timbul pada
semua jaringan dan organ , membentuk nekrosis sentral juga ditemukan diorgan
dalam, yaitu lambung , paru-paru. Nodus dibawah kulit dapat berskuma tidak
nyeri.
Sifilis
kongenital, pada kondisi dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu ) setelah
bayi dilahirkan. Kelainan berupa : pemfigus, sifilitika, papula, scuma, sekret
hidung yang sering bercampur darah, adanya oesteo kondritis pada foto roentgen.
Kondisi
lanjut dapat terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada 7 sampai 9 tahun dengan
adanya keratitis, intersial (menyebabkan kebutaan) ketulian,gigi,varises
perporasi paratum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
Klasifikasi
1. Stadium 1. Stadium ini di tandai
oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau
mulut. Pembekakan kelenjer getah bening juga di temukan selama stadium ini.
Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
2. Stadium II. Kalau sifilis stadium 1
tidak di obati, biasanya para penderira akan mengalami ruam khususnya di
telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemuka adanya luka-luka di bibir,
mulut, tenggoran, vagina dan dubur. Gejela-gejala yang mirip dengan flu seperti
demam dan pegal-pegal, mungkin juga di temui pada stadium. Stadium ini biasanya
berlangsung selama 1-2 minggu.
3. Stadium III. Kalau sifilis stadium
II masih juga belum di obati, para penderita akan mengalami apa yang di sebut
dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan
menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh,
dan bakteri penyebabnyapun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini
dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
4. Stadium IV. Penayakit ini akhirnya
di kenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah menyebar
keseluruh tubuh dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang. Juga dapat
menyebabkan terjadi cacat lahir primer pada bayi.
Gambaran
Klinis
Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis kongenital dapat
dibagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis kongenital lanjut dan stigmata.
Dianggap sifilis kongenital dini jika timbul pada anak di bawah usia 2 tahun
dan sifilis kongenital lanjut bila timbul di atas 2 tahun. Sigmata adalah
jaringan parut atau deformitas yang terjadi akibat penyembuhan dua stadium
tersebut.
1.
Sifilis kongenital dini
Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi,
mengenai berbagai organ dan menyerupai sifilis stadium II. Karena infeksi pada
janin melalui aliran darah maka tidak dijumpai kelainan sifilis primer. Pada
saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu,
tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir.
Pada
bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi berikut :
1.
Pertumbuhan
intrauterine yang terlambat
2.
Kelainan
membrane mukosa :
Mucous patch dapat ditemukan di bibir, mulut, farings, laring dan mukosa
genital. Rinitis sifilitika (snuffles) dengan gambaran yang khas berupa
cairan hidung yang mula-mula encer tetapi kemudian menjadi pekat, purulen dan
hemoragik. Hidung menjadi tersumbat sehingga menyulitkan pemberian makanan.
3.
Kelainan
kulit, rambut dan kuku
Dapat
berupa makula eritem, papula, papuloskuamosa dan bula. Bula dapat sudah ada
sejak lahir, tersebar secara simetris, terutama pada telapak tangan dan telapak
kaki. Makula, papula atau papulomatous tersebar secara generalisata dan
simetris. Di daerah yang lembab papula menjadi erosif dan membasah atau menjadi
hipertrofik (kondiloma lata). Pada kasus yang berat tampak kulit menjadi
keriput terutama pada daerah muka sehingga bayi tampak seperti orang tua.
Rambut jarang dan kaku, alopesia areata terutama pada sisi dan belakang kepala.
Alopesia dapat juga mengenai alis dan bulu mata. Onikosifilitika disebabkan
oleh papula yang timbul pada dasar kuku dan menyebabkan kuku menjadi terlepas.
Kuku baru yang tumbuh berwarna suram, tidak teratur dan menyempit pada bagian
dasarnya.
4.
Kelainan tulang
Pada
6 bulan pertama, osteokondritis, periostitis, dan osteitis pada tulang-tulang
panjang merupakan gambaran yang khas. Perubahan yang paling mencolok tampak
pada daerah pertumbuhan tulang di dekat epifisis. Epifisis membesar, garis
epifisis melebar dan tidak teratur. Pada batas metafisis dengan garis kartilago
epifisis, tampak daerah kalsifikasi yang densitasnya meningkat dan tidak
teratur sehingga pemeriksaan sinar X memberikan gambaran seperti gigi gergaji.
Pseudoparalisis pada anggota gerak disebabkan oleh pembengkakan periartikular
dan nyeri pada ujung-ujung tulang sehingga gerakan menjadi terbatas.
Osteokondritis dapat dilihat pada pemeriksaan dengan sinar X setelah 5 minggu
sedangkan periostitis setelah 16 minggu. Tanda-tanda osteokondritis menghilang
setelah 6 bulan tetapi periostitis menetap dan menjadi lebih jelas.
5.
Kelainan kelenjar getah bening : terdapat limfadenopati
generalisata
6.
Kelainan alat-alat dalam :
hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis, pneumonia
7.
Kelainan mata : Korioretinitis, glaukoma dan uveitis
8.
Kelainan
hematologi : anemia, eritroblastemia, retikulositosis, trombositopenia, diffuse
intravascular coagulation (DIC)
9.
Kelainan
susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak diobati secara
adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu perkembangan
intelektual.
2.
Sifilis kongenital lanjut
Sifilis ini biasanya timbul setelah umur 2 tahun, lebih dari
setengah jumlah penderita tanpa manifestasi klinik, kecuali tes serologis yang
reaktif. Titer serologis sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai keadaan
demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Gambaran klinis dari sifilis
kongenital dapat di bedakan dalam 2 tipe :4
a. Inflamasi sifilis kongenital lanjut
Pada keadaan ini yang paling pentig
adalah adanya lesi kornea, tulang, dan sistem saraf
pusat. Dapat dijumpai kelainan
sebagai berikut :
1. Kornea : Keratitis Intersisial
Biasanya terjadi
pada umur pubertas, dan terjadi bilateral. Pada kornea timbul pengaburan
menyerupai gelas disertai vaskularisasi sklera. Keadaan ini dimulai dengan
peradangan perikorneal berat dan kemudian berlanjut dengan perselubungan difus
kornea oleh bayangan putih tanpa adanya ulserasi pada permukaan kornea, terjadi
pada 20-50 % kasus sifilis kongenital lanjut.
2. Tulang : Perisynovitis (Clutton’s
joint)
Mengenai kedua lutut, yang akan
mengakibatkan terjadinya bengkak tanpa nyeri yang simetris.
3. Sistem saraf pusat
Lesi pada
sistem saraf pusat dapat terjadi pada sifilis kongengital lanjut. Biasanya yang
menjadi tanda lesi SSP pada sifilis kongenital adalah dengan adanya kelemahan
umum (generalized paresis) dan renjatan.
b.
Stigmata sifilis kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta
meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian disebut
dengan stigmata sifilis kongenital,akan tetapi hanya sebagian penderita
yang menunjukkan gambaran tersebut.Ditemukannyastigmata ini dapat menjadi salah
satu pegangan unuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.Pada stigmata
sifilis kongenital, hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya
trias Hutchinson, yaitu :
1. Perubahan pada gigi insisivus
menjadi datar dan seperti gergaji
2. Opasitas kornea (kornea ditutupi
kabut berwarna putih) tanpa ilserasi permukaan kornea.
3. Ketulian karena ganguan nervus
akustikus (N.VIII). Ketulian biasanya terjadi mendekati masa pubertas, tetapi
kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.
Selain
itu ditemukan pula kelainan sebagai berikut :
a.
Neurosifilis
Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis
yang didapat. Tabes dorsalis agak jarang dibandingkan dengan sifilis yang
didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan dengan sifilis yang didapat,
paresis lebih sering terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Kejang juga sering
terjadi pada kasus sifilis kongenital ini.
b.
Tulang dan palatum
Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang
(sabre), tulang frontal yang menonjol, atau dapat juga terjadi kerusakan
akibat gumma yang menyebabkan destruksi terutama pada septum nasi atau pada
palatum durum. Perforasi palatum dianggap terjadi pada sifilis kongenital.
c.
Gigi molar Mulberry (Mulberry’s
molar)
Biasanya pada molar I dan muncul pada usia 6 tahun,
merupakan gambaran gigi yang hiperplastik dengan permukaan oklusal yang
mendatar (flattening) serta diliputi oleh serbukan yang menandakan
kerapuhan gigi.
d.
Sifilis rinitis infantil dan nasal
chondritis
Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade
yang disebut sifilis rinitis infantil. Nasal chondritis merupakan
kelainan yang disebabkan oleh pendataran tulang pembentuk hidung, gambaran ini
biasa disebut dengan saddle nose.
Diagnosis
Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan
identifikasi T.pallidum. Selain itu, sifilis kongenital dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada bayi lahir mati. Untuk
pemeriksaan pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan
USG dapat dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali dan
hidramnion. Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk
mencari adanya treponema. Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan
mikroskop lapagan gelap atau imunofluoresensi dapat dilakukan apabila dijumpai
secret hidung, mucous patches, lesi vesiko bulosa atau kondiloma lata.
Namun, cara konvensional untuk pengambilan specimen tidak sensitive dan
merupakan prosedur invasive, sehingga sulit dilakukan dan hanya dilakukan pada
bayi dengan lesi luas. Selain itu, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan
identifikasi T.pallidum sulit dilakukan untuk menegakkan diagnosis
sifilis kongenital, yaitu :
a)T.pallidum bersifat tidak dapat dibiakkan dan sulit
ditemukan pada spesmen klinis
b)
Analisis serologic pada bayi rumit
oleh adanya antibody maternal yang didapat transplasental
c)Sebagian besar bayi sakit yang hidup tidak menunjukkan
adanya tanda infeksi
Untuk menegakkan diagnosis klinis sifilis kongenital, saat
ini di AS digunakan dua criteria, yaitu kriteria dari Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan kriteria Kaufman yang
dimodifikasi.
1)
Kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
·
Pasti
(definite)
Dijumpai T.pallidum pada
pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan histologik
- Sangat Mungkin (probable)
1. Peningkatan titer VDRL dalam waktu 3
bulan atau tes serologic untuk sifilis (TSS) reaktif yang tidak berubah menjadi
non reaktif dalam waktu 4 bulan
2. Satu kriteria mayor atau dua minor
dan disertai TSS reaktif atau tes FTA reaktif
3. Satu kriteria mayor dan satu
kriteria minor
- Kriteria mayor berupa kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis hemoragik
- Kriteria minor berupa fisura pada bibir, lesi kulit, mucous patch, hepatomegali,splenomegali, limfadenopati generalisata, kelainan SSP, anemia hemolitik, sel cairan serebrospinal (CSS) >20, protein >100.2
2)
Kriteria CDC yang di revisi
- Pasti (confirmed)
Diijumpai T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap
- Tersangka (presumtive)
1. Semua bayi yang ibunya menderita
sifilis tanpa pengobatan atau mendapat pengobatan tidak adekuat selama
kehamilan
2. Semua bayi dengan TSS reaktif dan
satu dari keadaan di bawah ini :
-
Gambaran sifilis kongenital pada
pemeriksaan fisik
-
VDRL CSS reaktif/ hitung sel CSS ≥
5/protein CSS ≥ 50 diluar sebab lain.
-
Tes FTA-abs-19S-antibodi IgM reaktif
3.
Bayi lahir mati (syphilitic
stillbirth)
Kematian janin setelah umur
kehamilan 20 minggu atau berat janin ≥500 gram pada wanita yang menderita
sifilis tanpa pengobatan atau memperoleh pengobatan tidak adekuat saat
melahirkan.
Penatalaksanaan
Pengobatan
sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan
pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan
sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil,
tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Penggunaan sefriakson
pada wanita hamil belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada
kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1)
Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2
tahun).Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin
G prokain dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
2)
Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama
infgeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x
berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari
selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin
penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil
penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian
penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta
unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit
IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin
penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada
pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998. pengobatan harus
diberikan pada bayi :
1.
Menderita sifillis kongenital yang
sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium dan/radiologik,
2.
Mempunyai titer test nontreponema ≥
4 kali dibanding ibunya
3.
Dilahirkan oleh ibu yang
pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak
diketahui,
tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
4.
Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang
diduga menderita sifilis
5.
Titer pemeriksaan nontreponema
meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
6.
Hasil tes treponema tetap reaktif
sampai anak berusia 15 bulan, atau Mempunyai antibodi spesifik IgM
antitreponema.
Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita sifilis dan diobati selama kehamilannya
namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa diamati. Pengobatan sifilis
kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu diagnosis pasti secara
klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung
1 minggu
>usia bayi. Pada usia ≤ 1 minggu, diberikan
tipa 12 jam, usia – ≤ 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan setelah usia 4
minggu diberikan tipa 6 jam.2
1.Pengobatan
sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998
- Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis Penisilin G prokain 50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari.
- Bayi normal
a)
Ibu sifilis dini dan/atau tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan :
Aqueous
penisilin G 50.000
unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau penisilin
prokain
G 50.000 unit/kgBB IM, 10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau
benzatin
penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
b)
Ibu sifilis laten lanjut, atau
c)
Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain penilin, atau
d)
Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
e)
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non
treponema tidak
turun 4 kali lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000
unit/kgBB IM, dosis tunggal
f)
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer nontreponema
turun 4 kali lipat, dilakukan : Pengamatan klinis dan serologik, atau benzatin
penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal bila pengamatan tidak
memungkinkan
g)
Ibu mendapat terapi adekuat sebelum kehamilan dan
titer stabil (VDRL≤ 1:2) selama kehamilan, dilakukan : Pengamatan klinis dan
serologic. Menurut CDC 1998, diluar masa neonatus, anak yang didiagnosis
sifilis congenital harus diperiksa CSS untuk menyingkirkan neurosifilis dan
menentukan sifilis congenital atau sifilis didapat. Semua anak yang diduga
menderita sifilis kongenital atau dengan kelainan neurologik diberikan aqueous
penisiline G 50.000 unit/kgBB IV/IM tiap 4-6 jam selama 10-14 hari.
Pemberian penisilin prokain tidak dianjurkan.
2.
Pengobatan alternatif untuk pasien alergi penisilin
Bila alergi terhadap penisilin, sebagai obat alternatif
diberikan obat tetrasiklin dan eritromisin. Tetapi efektifitasnya lebih rendah
bila dibandingkan dengan penisilin. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil
belum ada data yang lengkap.
3.
Pemeriksaan Setelah Pengobatan
Pemeriksaan penderita sifilis dini harus dilakukan, bila
terjadi infeksi ulang setelah pengobatan.
Setelah pemberian penisilin G, maka
setiap pasien harus diperiksa 3 bulan kemudian untuk penentuan hasil
pengobatan. Pengalaman menunjukkan bahwa infeksi ulang sering terjadi pada
tahun pertama setelah pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan 6-12 bulan setelah
pengobatan. Penderita yang diberi pengobatan selain penisilin harus lebih
sering diperiksa.
a.
Semua penderita sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis harus diamati bertahun-tahun,termasuk klinis,
serologis dan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan bila perlu
radiologis.
b. Pada semua tingkat sifilis,
pengobatan ulang diberikan bila :
·
tanda-tanda
dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang persisten atauberulang.
·
Terjadi
kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kali pengenceran ganda.
·
Pada
mulanya tes nontreponemal dengan titer tinggi (> 1/8) persisten bertahuntahun.
·
Harus
dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang setelah diberi pengobatan,
kecuali ada infeksi ulang atau diagnosis sifilis dini dapat ditegakkan.
·
penderita
harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun. Pada
umumnya hanya sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup
pada penderita akan stabil dengan titer rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
http://viethanurse.wordpress.com/2009/03/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sifilis/