MAKALAH KEPERAWATAN PEMENUHAN SEKSUAL
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan
dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan. Dari segala macam kebutuhan adapun kebutuhan yang paling mendasar
yang harus di penuhi oleh setiap individu, adapun 5 kebutuhan mendasar itu
yakni : Kebutuhan Keamanan (Safety Needs),
Kebutuhan Seks (Sex Needs), Kebutuhan Ekonomi (Economical Needs),
Kebutuhan Rohani (Spritual Needs), Kebutuhan
Inovasi (Innovation Needs).
Dari
kelima kebutuhan mendasar tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang
lainnya sehingga semua kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi dengan
semestinya, salah satu kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan
seksual karena kebutuhan seksual merupakan yang harus benar-benar terpenuhi dan
apabila kebutuhan seksual ini tidak terpenuhi semestinya maka akan terjadi
sesuatu penyimpangan seksual.
Karena begitu pentingnya sebuah kebutuhan
seksual bagi kelangsungan kehidupan manusia dan banyak masalah yang ditimbulkan
serta pertimbangan-pertimbangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita maka dari itu kami mengangkat sebuah judul
makalah tentang “Pemenuhan kebutuhan seksual”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan
definisi sex, seksualitas, dan kebutuhan seksual ?
2. Jelaskan
tinjauan seksual dari beberapa aspek ?
3. Jelaskan
factor-factor yang mempengaruhi kebutuhan seksual ?
4. Sebutkan
dan jelaskan tahap-tahap perkembangan seksual ?
5. Jelaskan
mengenai perilaku seksual dalam memehuhi kebutuhan seksual ?
6. Jelaskan
tahapan respon seksual ?
7. Bagaimana
seks pada ibu hami ?
C. TUJUAN
DAN MANFAAT
1. Untuk
mengetahui tentang definisi sex,seksualitas dan kebutuhan seksual
2. Agar
dapat memahami tinajauan seksual dari beberapa aspek
3. Untuk
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual
4. Agar
dapat memahami tahap-tahap perekembangan seksual
5. Untuk
mamahami perilaku seksual dalam memenuhi kebutuhan seksual
6. Agar
dapat mengetahui siklus atau tahapan respon seksual
7. Untuk
mengetahui seksualitas pada ibu hamil ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sex, Seksualitas, Kebutuhan Seksual,
dan Kesehatan Seksual
1. Sex
Seks adalah alat kelamin, mengacu pada sifat-sifat biologis yang secara
kasat mata berbentuk fisik yang mendefinisikan manusia sebagai perempuan atau
laki-laki. Istilah seks seringkali diartikan sebagai kegiatan seksual tetapi
dalam konteks perbincangan tentang seksualitas seks diartikan sebagai jenis
kelamin. Penggolongan jenis kelamin:
a. Laki-laki.
b. Perempuan.
c. Interseks (seseorang memiliki
karakteristik jenis kelamin laki-laki dan perempuan).
1.
Jenis kelamin, kelas-kelas dalam dimorfisme seksual (sexual dimorphism) akibat adanya sistem penentuan kelamin pada organisme.
2.
Kegiatan yang berkaitan
dengan manipulasi organ kelamin, khususnya hubungan seksual; namun dapat juga sesuatu yang mengarah pada hal
tersebut (seperti masturbasi dan petting).
2.
Seksualitas
Pengertian seksualitas tidak bisa begitu saja diwakili
oleh sebuah kalimat yang bisa langsung menjelaskan tentang makna dari
seksualitas tersebut. Berikut ini bisa membantu kita memaknai seksualitas:
a.
Salah satu aspek dalam kehidupan manusia sepanjang hidupnya yang
berkaitan dengan alat kelaminnya. Seksualitas
dialami dan diungkapkan dalam pikiran,
khayalan, gairah, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan
hubungan.
b.
Seksualitas lebih dari sekedar perbuatan seksual atau siapa melakukan
apa
dengan siapa.
c.
Seksualitas merupakan salah satu bagian dari kehidupan seseorang, bukan
keseluruhannya.
3. Kebutuhan Seksual
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan
dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan (Murray dalam Bherm, 1996)
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi mereka yang sudah matang
fungsi biologisnya. Kebutuhan
akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan
primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur,
bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Aktiviats-aktivitas
rutin ini dilakukan setiap manusia sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi
dalam batas waktu tertentu. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan seks.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara
kedua individu tersebut ( Alimut , 2006)
B. Tinjauan Seksual pada beberapa aspek
a.Aspekbiologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual b.AspekPsikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
iii.AspekSosialBudaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual b.AspekPsikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
iii.AspekSosialBudaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.
C. Factor
– factor yang mempengaruhi kebutuhan seksualitas
1.
Pertimbangan Perkembangan
·
Proses perkembangan manusia mempengaruhi
aspek psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu
·
Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan
sejak fase konsepsi
2.
Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
·
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan
persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual
·
Trauma atau stress dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari
yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit
·
Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat
dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan
3. Peran
dan Hubungan
·
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan
hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
·
Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama
yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan
seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya
·
Pengalaman dalam berhubungan seksual
seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4.
Konsep Diri
·
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri
mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas
5.
Budaya, Nilai dan Keyakinan
·
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat
tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu
·
Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu
tentang identitas dan perilaku seksual
·
Budaya turut menentukan lama hubungan seksual,
cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6.
Agama
·
Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan,
ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang
·
Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar
kebiasaan, dianggap tidak wajar
·
Konsep tentang keperawanan dapat diartikan
sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7.
Etik
·
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis
& Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah
dan ansietas
·
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa
saja wajar bagi orang lain
D. Perkembangan seksualitas
Tahapan
perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan(dan
pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang
terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut
fiksasi berpotensi menyebabkan gangguan
perilaku pada waktu dewasa.
Tahapan-tahapan
perkembangan psikoseksual:
1) Tahap oral(0-1 tahun)
Kontak
pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut(oral).
Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni
melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau
menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang
yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan
dari orang lain.
Tugas
perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri
sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakutan
dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan
dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan,
tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima
dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta
memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral
akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan
perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.
2) Tahap anal(1-3 tahun)
Interaksi
melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh kesenangan melalui
aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak
banyak berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan
dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal
kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan kepribadian
anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan, konformitas,
keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan
belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap
fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal
anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak,
marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan
tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak
adalah bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
3) Tahap
palis(3-5 tahun)
Pada
fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh (mengeksploitasi) organ
kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan fantasi-fantasi
seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan
mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal
ini tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau
heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria
atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode
perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar-standar moral.
Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal
yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka
membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk
mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin,
sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai
anak laki-laki atau anak perempuan.
4) Tahap laten(6-12 tahun)
Pada
tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu oedipal
dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya ke
dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang
sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan
masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian
berikutnya.
5) Tahap genital(12 tahun keatas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun,
yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini
energi seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan
diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis.
Ketika
memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan
jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan
afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan
yang lain.
D. Perilaku
seksual
Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga
menuntut adanya pemenuhan yang dalam hal penyalurannya manusia mengekspresikan
dorongan seksual ke dalam bentuk perilaku seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174)
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam,
mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan
senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau
diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28) mendefinisikan perilaku
seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks
pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada
usia remaja (Cavendish, 2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku
seksual yang biasanya dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat
sifatnya dan semakin mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut
adalah (London; 1978 dalam Amalia,2007:29):
1. Awakening
and eksploration
a.
Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara
berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.
2. Autosexuality:Masturbation
a.
Perilaku merangsang diri sendiri dengan
melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3. Heterosexuality:kissing
and necking
a.
Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi
tidak mengarah ke daerah sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan
leher pasangannya.
4. Heterosexuality
a.
Light petting : perilaku
saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam keadaan memakai pakaian.
b.
Heavy petting : perilaku
saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam keadaan tidak memakai pakaian
untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal terjadinya hubungan seks.
5. Heterosexuality
: Copulaation
a.
Perilaku melakukan hubungan seksual dengan
melibatkan organ seksual masing-masing.
Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan (2004) yang
dikutip dari berbagai sumber antara lain:
a.Faktor Internal
1.Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
a.Faktor Internal
1.Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya
3.Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang(padagigolo/WTS)
b.FaktorEksternal
1.Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang
2.Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
3.Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan
perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat
dan dianggap normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama
suka. Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual.
Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual
berupa penetrasi dan ejakulasi.
Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara
rinci dapat berupa:
·
Berfantasi: merupakan perilaku membayangkan
dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan
perasaan erotisme.
·
Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu
menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk
mencoba aktivitas yang lain.
·
Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan
pipi atau pipi dengan bibir.
Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
·
Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian
sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan
lain-lain.
·
Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan
perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila
mengenai daerah aerogen/sensitif)
·
Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) :
perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
·
Oral Seks : merupakan aktivitas seksual
dengan cara memaukan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
·
Petting : merupakan seluruh aktivitas non
intercourse (hingga menempelkan alat kelamin).
·
Intercourse : merupakan aktivitas seksual
dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
E. Kegiatan atau aktivitas
seksual
Keseksualan
jantina berbeza
Keseksualan
jantina
berbeza melibatkan dua orang daripada jantina yang berbeza. Orang-orang yang
hanya melakukan seks jantina berbeza tidak semestinya akan mengenal diri
sebagai heteroseksual,
walaupun (berbeza
dengan
homoseksual
yang melakukan seks sama jantina) kebanyakan takrif "heteroseksual"
merangkuminya antara tahap-tahap kegiatan, kekerapan, dan minat yang
berbeza-beza. Sebaliknya, mereka mungkin akan mengenal diri sebagai
heteroseksual, dwiseksual,
atau aseksual.
Serupa juga, seseorang yang mengamalkan kedua-dua tabiat seks sama jantina dan
seks jantina berbeza mungkin akan mengenal diri sebagai homoseksual, lesbian,
dwiseksual, heteroseksual, atau aseksual.
Walaupun
seringnya dikaitkan dengan homoseksual lelaki, seks dubur
merupakan suatu amalan seks jantina berbeza yang kekadang dilakukan kerana dubur
adalah "lebih ketat" berbanding dengan faraj
dan oleh itu, lebih disukai oleh sebilangan heteroseksual semasa penembusan;
selain itu, banyak orang juga suka melanggar pantang larang
seks kebudayaan. Seks dubur tidak disarankan sebagai suatu kaedah kawalan
kelahiran kerana masih terdapat setakat kemungkinan
(walaupun amat kecil) untuk air
mani memasuki faraj. Seks dubur jantina berbeza
juga sering diamalkan oleh wanita yang menembuskan lelaki dengan dildo ikat,
suatu amalan yang dikenali sebagai "pegging atau
"memasak" di barat.
Amalan
seks jantina berbeza dibatasi oleh undang-undang di Amerika
Syarikat serta di banyak negara yang lain. Undang-undang perkahwinan
Amerika Syarikat bertindak untuk menggalakkan orang-orang melakukan
persetubuhan hanya dalam perkahwinan.
Undang-undang liwat
diperlihatkan sebagai menggalakkan persetubuhan antara jantina yang berbeza.
Undang-undang juga mengharamkan orang-orang dewasa daripada melakukan penganiayaan seks,
melakukan kegiatan seks dengan orang-orang yang masih belum cukup
umur, melakukan kegiatan seks di tempat awam,
serta melakukan kegiatan seks sebagai suatu perdagangan (pelacuran).
Walaupun kesemua undang-undang ini juga merangkumi kegiatan seks sama jantina,
undang-undang itu berbeza dari segi hukuman, dan hanya atau lebih kerapnya
dikuatkuasakan pada kegiatan seks sama jantina. Undang-undang juga mengawal
penerbitan dan penontonan fonografi,
termasuk fonografi seks jantina berbeza.
Pemikatan,
atau dating, ialah proses yang sesetengah orang menggunakan untuk
mencari pasangan seks atau jodoh yang berpotensi. Di kalangan remaja heteroseks
Amerika
Syarikat (biasanya daripada kelas menengah)
pada pertengahan abad
ke-20, "dating" ialah sesuatu
yang dibuat oleh seseorang dengan sebilangan orang yang lain sebelum memilih
salah satu daripada mereka, baik untuk bersetubuh, berkahwin,
atau kedua-dua.
Amalan
seks jantina berbeza boleh mengambil bentuk monogami,
monogami bersiri, atau poliamori,
dan bergantung kepada takrif amalan seks, boleh merangkumi juga penghindaran bersetubuh
serta autoerotisisme
(termasuk pelancapan).
Berbagai-bagai
gerakan moral dan politik telah berjuang untuk perubahan-perubahan dalam amalan
seks jantina berbeza, termasuk pemikatan
dan perkahwinan,
sungguhpun perubahan-perubahan tersebut biasanya hanya dibuat sedikit demi
sedikit di semua negara. Khususnya di Amerika
Syarikat, kempen-kempen itu sering mencetuskan dan
dipercepatkan oleh kecemasan moral.
Di sana, gerakan-gerakan yang tidak menggalakkan amalan seks sama jantina
sering menegaskan bahawa mereka sedang memperjuangkan pengukuhan amalan seks
jantina berbeza dalam perkahwinan, seperti Akta Pertahanan
Perkahwinan serta cadangan Pindaan Perkahwinan
Persekutuan.
Keseksualan sama jantina
Keseksualan
sama jantina melibatkan dua orang yang sama jantinanya. Perbuatan homoseksual
boleh dilakukan oleh mereka yang menganggap diri sebagai heteroseksual,
umpamanya pelancapan bersaling dalam konteks yang boleh dianggap sebagai
perkembangan remaja heteroseks "biasa". Orang homoseksual yang
berpura-pura mengamalkan hidup keheteroseksualan sering dirujuk dalam bahasa
Inggeris sebagai mengamalkan hidup "almari" (bahasa Inggeris: closeted
), iaitu mereka menyembunyikan keseksualan mereka di dalam "almari".
Walaupun
terdapat stereotaip dan tanggapan salah yang umum, tidak adanya sebarang bentuk
kegiatan seks tersendiri bagi tingkah laku seks sama jantina yang tidak juga
terdapat dalam tingkah laku seks jantina berbeza, kecuali perbuatan-perbuatan
yang melibatkan penyentuhan kemaluan jantina yang sama (sila lihat tribadisme,
dan frot).
Sesetengah
keadaan, seperti pemenjaraan
atau sekolah jantina tunggal serta persekitaran pemisahan jantina, sering
menyebabkan orang-orang yang biasanya tidak mencari hubungan jenis dengan
pasangan sama jantina, melakukan jenis tingkah laku seks sama jantina. Ini
dikenali sebagai kehomoseksualan situasi.
Dalam
kes-kes yang lain, sesetengah orang mungkin menguji kaji atau menyelidik
keseksualan mereka melalui kegiatan seks sama jantina (dan/atau berbeza)
sebelum menentukan identiti jantina
mereka. Kempen-kempen dan pegawai-pegawai kesihatan Amerika Syarikat seringnya
menyasarkan orang-orang yang mengenal diri sebagai "Lelaki yang bersetubuh
dengan Lelaki" heteroseksual atau dwiseksual, berbanding dengan
orang-orang yang mengenal diri sebagai lelaki "homoseksual". Lihat
juga Lesbian selepas mendapat
ijazah.
Orang-orang
yang hanya mengamalkan kegiatan seks sama jantina secara eksklusif tidak
semestinya mengenal diri sebagai "homoseksual"
atau "lesbian". Bagaimanapun, takrif homoseksual
tetap membawa pengertian "seorang yang berasa ghairah terhadap ahli
yang sama jantina dengannya". Walaupun demikian, tahap tarikan bergantung
kepada kekerapan, kerelaan, dan/atau minat.
Di
kalangan sesetengah sektor orang Amerika-Afrika
(digelar "men on the DL" dalam bahasa Inggeris, dengan
"DL" merupakan singkatan untuk "down-low" ), tingkah
laku seks sama jantina kekadang diperlihatkan hanya sebagai suatu keseronokan
fizikal. Mereka itu melakukan hubungan jenis dengan lelaki (seringnya secara
terselindung) semasa meneruskan hubungan cinta dan hubungan jenis dengan kaum
wanita. Para lelaki itu seringnya menjauhi diri daripada gelaran
"homoseksual" kerana istilah itu di kawasan mereka membawa pengertian
lelaki ranggi dan kewanita-wanitaan berketurunan Eropah,
sebuah kumpulan yang sesetengah mereka mungkin ingin menjauhi diri.
Keseksualan hubungan pasangan luas
Kes-kes
yang melibatkan melebihi dua orang pasangan dalam sebuah perkongsian seks
termasuk:
·
Poligami
yang agama
dan kebudayaan
tertentu membenarkan pasangan berbilang. Terdapat tiga senario yang wujud:
o
Poliginandri
yang terdiri daripada berbilang pasangan lelaki dan perempuan dalam sebuah
perkahwinan.
·
Seks kumpulan, pejolian, seks sembarangan
dan hubungan bersahaja
yang biasanya tidak bertujuan untuk membentuk ikatan pasangan.
Keseksualan autoerotik
Autoerotisisme,
sebagaimana yang namanya membayangkan, ialah kegiatan seks yang tidak
melibatkan orang lain sebagai pasangan. Ia boleh mengambil bentuk pelancapan,
tetapi banyak jenis parafilia
(amalan seks yang luar biasa) juga serupa tidak memerlukan pasangan.
Kebanyakan
amalan autoerosisme adalah agak selamat atau selamat pada keseluruhannya.
Bagaimanapun, terdapat beberapa bentuknya yang dianggap tidak selamat. Ini
termasuk pengasfiksian autoerotik
dan perhambaan diri.
Kemungkinan kecederaan atau juga kematian wujud semasa melakukan versi fetisy
pasangan (permainan cekik
dan perhambaan)
dinaikkan dengan ketara, akibat keterasingan dan ketiadaan bantuan semasa
kecemasan. Pengasfiksian autoerotik menuntut banyak nyawa pemuda setiap tahun.
Keseksualan alternatif
Terdapat
beberapa bentuk untuk apa yang dipanggil keseksualan alternatif.
Ini biasanya berdasarkan pilihan masing-masing, dan berbeza-beza antara apa
yang umumnya diterima atau ditoleransi, sehingga jenis yang penuh dengan
perbalahan atau haram di sisi undang-undang.
Contoh-contoh
untuk bentuk keseksualan alternatif yang kurang biasa termasuk kegiatan BDSM yang kegiatan penguasaan dan
penyerahan merupakan ciri-ciri utama kegiatan seks,
serta keseksualan haiwan
yang pasangan jangka panjang merupakan spesies
yang lain.
Keseksualan paksaan dan penganiayaan
Kegiatan
seks juga boleh merangkumi penganiayaan seks,
iaitu menyalahgunakan keseksualan atau menggunakan keseksualan secara paksaan.
Contoh-contohnya termasuk rogol, pembunuhan nafsu berahi, penganiayaan seks kanak-kanak, zoosadisme
(penganiayaan seks haiwan), serta di banyak negara, parafilia tanpa
sepersetujuan seperti frotaj, skatofilia telefon
(panggilan telefon yang tak senonoh), serta juga ekshibisionisme
tanpa sepersetujuan dan penyakit intai
(juga dikenali masing-masing sebagai "pendedahan tak senonoh"
dan "pengintai")
F. Tahapan
Respons Seksual
Respons terhadap rangsangan
seksual banyak mengacu pada urutan perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada
orang yang dirangsang secara seksual dan ia turut hanyut/larut dalam aktivitas
perangsangan tersebut.
Dengan mengetahui respons
tubuh anda terhadap rangsangan seksual anda dapat mengetahui lebih baik untuk
mengatasi kelainan yang mungkin timbul.
Siklus respons rangsangan
seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran tinggi (plateau),
Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan mengalami ke-empat fase
tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan berbeda. Contohnya adalah
ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita. Intensitas respon atau tanggapan
rangsangan juga akan memakan waktu yang berbeda-beda antara satu orang dengan
lainnya. Dengan mengetahui perbedaan dan kebiasaan ini, maka akan dapat
membantu pasangan pasutri untuk memahami satu sama lain.
Fase
1: Perangsangan
Secara umum
karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit
sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:
·
Meningkatnya tekanan otot-otot
·
Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas
yang memburu
·
Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul
semburat merah di sekitar dada dan punggung)
·
Puting yang mengeras
·
Aliran darah menuju organ genital yang
meningkat, yang berakibat klitoris dan labia minora (bibir vagina dalam)
pada wanita menjadi basah serta penis pria menegang.
·
Organ intim (vagina) wanita secara umum
menjadi basah.
·
Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh
serta organ intim wanita merekah.
·
Testis pria akan mengembang dan scrotum akan
penuh cairan yang siap dikeluarkan.
Fase
2: Dataran tinggi (plateau)
Karakteristiknya adalah
kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai dengan:
·
Organ intim wanita yang semakin mengembang
karena meningkatnya aliran darah serta perubahan kulit sekitar organ intim
menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.
·
Klitoris yang menjadi semakin sensitif
(bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan terkadang kembali masuk tertutup
klitoris untuk menghindari perangsangan oleh penis.
·
Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang
terus meningkat
·
Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
·
Tekanan otot meningkat
Fase
3: Orgasme
Orgasme adalah puncak dari
siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek dan umumnya hanya
berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara lain:
·
Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak
terkontrol
·
Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada
dalam kondisi puncak dengan kebutuhan oksigen yang masimal.
·
Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.
·
Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual
·
Pada wanita organ intim akan berkontraksi,
rahim akan terus berkontraksi.
·
Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal
penis akan mengakibatkan ejakulasi dan pengeluaran semen.
·
Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut
dan keringat akan cenderung keluar dari pori-pori tubuh.
Fase
4: Resolusi
Selama fase ini, tubuh akan
kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang mengembang dan pmeregang
lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna semula. Tahap ini juga
ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan kelelahan.
Beberapa wanita mampu
melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan inilah yang
disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri memerlukan waktu setelah
orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu ini pria tidak
akan mampu orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung berbeda-beda pada
pria, biasanya semakin tua umur maka periode refraksi ini akan berlangsung
makin lama.
G. SEKS
PADA IBU HAMIL
Hal
pertama yang dibahas, apakah seks aman dilakukan pada waktu hamil?
Yang
dimaksud aman disini tentunya adalah keamanan buat si jabang bayi karena seks
yang dilakukan pada waktu hamil tidak hanya melibatkan kedua pasangan namun
juga pihak ketiga yaitu si jabang bayi. Untuk itu, hal pertama yang harus kita
tahu adalah sudah sampai memasuki stadium mana kehamilan tersebut.
Kehamilan
yang tidak beresiko jika dilakukan hubungan seks adalah kehamilan yang
mempunyai resiko kecil untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
keguguran ataupun kelahiran prematur.
Aktivitas
seks pada masa kehamilan tidaklah menjadi sebuah keharusan, namun terkadang ibu
membutuhkan suatu fluktuasi hormonal pada waktu ia mengandung. Akan tetapi,
banyak wanita hamil yang merasa tidak nyaman dalam berhubungan seksual karena
tubuhnya yang membesar. Kebanyakan wanita kehilangan sensasi berhubungan
seksual pada saat tingkat kehamilan akhir karena sudah memasuki masa untuk
melahirkan dan persiapan menjadi orang tua baru.
Perlu
pembicaraan yang intensif mengenai cara berhubungan seks seperti berciuman,
pelukan yang tidak mengganggu, ataupun posisi yang nyaman diantara pasangan
tersebut.
Hubungan
seks yang tidak aman dan pantang dilakukan
Ada
hal yang pantang dilakukan dalam hubungan seks di masa kehamilan:
·
Meniup udara ke dalam vagina pada saat
melakukan oral seks. Udara yang ditiupkan dapat menyebabkan terjadinya emboli
udara yang berbahaya buat ibu dan si jabang bayi.
·
Melakukan hubungan seks dengan pasangan yang
memiliki penyakit menular seksual seperti herpes, bakterial, kutil genital
ataupun positif HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit seperti ini akan
berakibat fatal untuk janin.
Selain
itu, sebaiknya hubungan seks tidak dilakukan pada kehamilan resiko tinggi
seperti dibawah ini:
·
Riwayat keguguran
·
Riwayat premature (lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu) atau gejala yang menunjukkan terjadinya kelahiran
premature seperti kontraksi uterus
·
Pendarahan dalam vagina yang tidak bisa
dicari penyebabnya
·
Cairan amnion (cairan yang melindungi bayi
dari trauma) yang kurang
·
Plasenta previa (kondisi dimana plasenta
menutup serviks/jalan lahir)
·
Serviks yang lemah dan dilatasi premature
·
Kehamilan kembar
Jika
tidak terdapat hal-hal diatas, pasangan yang membutuhkan hubungan seksual dapat
tetap melakukannya karena pada dasarnya seks pada waktu hamil tidak akan
mengganggu janin. Janin dilindungi oleh banyak barrier seperti kantong amnion
(kantong yang menampung cairan amnion dan janin), dinding yang tebal, lapisan
mukus tebal yang mampu melawan infeksi.
Pada
saat berhubungan seksual, penis akan kontak dengan janin. Orgasme tidak akan
mengganggu kehamilan karena kontraksi yang terjadi pada waktu orgasme berbeda
dengan kontraksi pada saat kelahiran. Semen mempunyai zat kimia yang mampu
menstimulasi kontraksi sehingga bisa berakibat terjadinya kehamilan premature.
Jadi, jika tidak ada pemenuhan kebutuhan seks yang mendesak sebaiknya seks
tidak dilakukan pada waktu kehamilan.
Faktor-faktor
fisik yang mempengaruhi dorongan seksual
·
Kelelahan
·
Morning sickness (mual dan muntah)
·
Perut membesar
·
Ketegangan pada alat genitalia
·
Payudara tegang
·
Perdarahan
Faktor-faktor
emosional yang mempengaruhi dorongan seksual :
1.
Takut keguguran (bayi terluka ??)
2.
Takut orgasme
3.
Takut infeksi
Tinjauanliteratur;
Hart,(1961), melaporkan 219 ibu hamil yang melahirkan normal mendapatkan :
Hart,(1961), melaporkan 219 ibu hamil yang melahirkan normal mendapatkan :
1.
Adanya penurunan libido,frekuensi
koitus,orgasme dan lain-lain selama hamil dan nifas
2.
Dyspareunia lebih dari 50% pada ibu hamil
pada trimester 3
3.
Frekuensi sex oral/anal/masturbasi tidak
berubah
4.
Inisiasi sex meningkat sesuai umur kehamilan
dibandingkan dengan sebelum hamil
5.
Posisi yang paling sering adalah side by
–side positions
Ganem
(1992) menjelaskan seksualitas pada kehamilan dibagi dalam 4 fase.
FASE I : masa konsepsi – 12 minggu
FASE I : masa konsepsi – 12 minggu
1.
penurunan keinginan ok mual,muntah,lelah.
2.
takut akan terjadi abortus
3.
boleh melakukan hubungan seks sepanjang tidak
ada riwayat perdarahan / komplikasi pada umur kehamilan yang sama sebelumnya
FASE
II :
pada umur kehamilan 12 – 32 minggu
1.
Disebut masa khusus(spesial time) Wanita
telah beradaptasi dengan perubahan tubuhnya,dan pria sangat mendambakan segera
menjadi orang tua.
2.
Wanita mulai menginginkan hubungan sex.
3.
Adanya gerakan bayi.
4.
Adanya sekresi vagina menghilangkan
dyspaurenia.
5.
Karena Kehamilan, merubah posisi seks ada
wanita orgasme karena hamil.
6.
Pria merasakan penurunan libido oleh karena
“making love with mother not with women”
7.
Masa paling ideal untuk berhubungan seksual.
FASE
III :
umur kehamilan 32 – 36 minggu.
1.
Pada masa ini wanita hamil lebih banyak
cemas.
2.
Fetus makin besar sehingga ada rasa tidak
nyaman dipanggul,nyeri divagina, pubis dan lain-lain yang menurunkan libido.
3.
Pada masa ini intimasi tidak harus berhenti,
bisa dengan berciuman( kissing),berpelukan ( hugging), mengusap atau memijat.
FASE
IV :
umur kehamilan > 36 minggu
1.
Masa yang sangat sensitif, kelahiran akan
segera tiba,wanita akan berkonsentrasi pada proses ini fetus semakin besar dan
berat, ibu merasa semakin capek dan takut libido akan menurun.
2.
Kongesti pelvikpostcoital pain hilang dalam
waktu 48-72 jam,
3.
Ada kesulitan posisi, dimana pria merasakan
penetrasi yang terbatas.Bisa diatasi dengan merubah posisi : rear entry
positions / side by side positions.
4.
Coitus mencegah kehamilan lewat waktu, Semen
mengandung PG, bisa diikuti dengan masage putting susu.
Apakah hubungan seks dapat mencetuskan
persalinan ?
Orgasme dan semen dapat mencetuskan kontraksi terutama pada trimester ke 3
Pada wanita yang mempunyai riwayat Penyakit PPI, hindari hubungan sexual/ orgasme/manipulasi putting susu,atau gunakan kondom
Pertanyaannya adalah Bagaimana Posisi yang baik selama kehamilan ?
Beberapa posisi yang baik dianjurkan untuk kehamilan adalah :
·
Women on top (she goes up)
·
Side ways (down side)
·
Spooning (man behind women, rear entry)
·
Rear entry (dog style)
·
Edge of the bed
Beberapa
variasi yang bisa dicoba :
·
Sitting Position
·
Hands and knees position
·
Side lying, knee pull up position
Women on Top.
Keuntungan :
·
Kendali pada wanita
·
Rangsang klitoris lebih baik
·
Daya penetrasi bisa diatur
Kerugian
:
·
Kurang nyaman bagi pria – penetrasi tidak
maksimal
·
Kurang mesra – kontak tubuh kurang
SPOONING
(tempel sendok).
Keuntungan :
·
Kontak fisik banyak
·
Penetrasi baik dan perlahan
·
Nyaman bagi yang bermasalah dengan sendi
panggul
Kerugian
:
·
Daya ungkit kurang
·
Kurang bebas bergerak
Side
by side.
Keuntungan :
·
Kontak fisik lebih banyak
·
Nyaman atasi masalah panggul
·
Penetrasi kurang
Kerugian
:
·
Daya dorong kurang
·
Kurang bebas
Rear
Entry (Dog Style ).
Keuntungan :
·
Paling banyak disukai
·
Rangsang G-Spot paling baik
·
Daya penetrasi tinggi
Kerugian
:
·
Nyeri lutut
·
Kurang mesra – tidak berhadapan
Edge
of the bed .
Keuntungan :
·
Wanita lebih relaks, nyaman
·
Hindari rasa lelah
Kerugian
:
·
Pria lebih aktif – kontrol kurang
·
Terbentur sisi tempat tidur – perlu bantal
penyangga
Beberapa petunjuk aman untuk berhubungan seksual :
·
Penetrasi penis yang dalam tidak boleh
membuat ibu tidak nyaman.
·
Tidak diperbolehkan untuk vaginal douching
·
Pengertian dan empati
·
Hindari bila ada Pecah
ketuban,perdarahan,atau kontraksi rahim.
·
Pada HIV gunakankondom
Sex
dan kehamilan beresiko :
Keputusan untuk melakukan hubungan seks pada kehamilan tergantung dari:
Keputusan untuk melakukan hubungan seks pada kehamilan tergantung dari:
·
kehamilan
berisiko atau tidak/jenisnya
·
kesehatan
ibu dan janin
·
kebutuhan
untuk bed rest
·
tipe
aktifitas seksual yang biasa /diinginkan
Kehamilan berisiko yang tidak disarankan untuk melakukan
hubungan seks :
·
KPD (Ketuban pecah Dini)
·
Riwayat penyakit infeksi
·
Perdarahan selama kehamilan atau ada riwayat
perdarahan selama hamil
·
Plasenta previa
·
Infeksi pada kemaluan.
Bagaimana bila pasangan
pada masa pasca persalinan (postpartum), idealnya hubungan seksual dilakukan :
Post partum ibu nifas masih merasakan : Capek,tidak nyaman,lubrikasi vagina kurang,lokia, emosional belum stabil dan lain-lain, oleh karena itu sebaiknya boleh dilakukan : 4- 6 minggu setelah bayi lahir.
Semua praktek seksual boleh saja dilakukan asalkan tidak membahayakan kehamilan dan janin nya, Perlu pengertian antar pasangan agar mendapat kenikmatan bersama (mutual pleasuring). Anal intercourse sebaiknya tidak dilakukan .Bila ingin dilakukan sebaiknya gentleness,gunakan sterile lubricant dan sebaiknya tidak ada menderita hemoroid. Menggunakan alat2 tidak direkomendasikan oleh karena risiko infeksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan
pelampiasan dorongan seksual, bagi
mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir.
Seks tergolong dalam kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan,
minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang
air kecil. Kegiatan pemenuhan kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan
berbagai perilaku dan kegiatan seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka
akan timbul penyimpangan seksual. .
B. Saran
·
Untuk mahasiswa
Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat makalah
tentang sex serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
·
Untuk dosen pengajar
Bagi
dosen pengajar saya hanya ingin menyampaikan satu hal bahwa dalam memberikan
sebuah tugas tolong diberikan arahan kepada mahasiswa agar terjadi kesalahan
dalam pembuatan makalah
·
Untuk pemerintah
Dengan
dibuatnya makalah ini pemerintah sadar akan pentingnya pengetahuan seksualitas
bagi pendidikan generasi muda dan bisa membuat sebuah program pembelajaran
mengenai sex
DAFTAR PUSTAKA
Crain,
W. 1992Theorist of Development Concept and Applications. 3th ed. New York:
Engle Wood Cliffs