MAKALAH KEPERAWATAN PSIKOLOGI PERSEPSI DAN MOTIVASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data
indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di
sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi
juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku
yang tetap ke arah tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa
yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan apa yang hendak
dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelegensi,
kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami dapat terjadi sejak lahir, atau
terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit,
mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik
dan juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi
tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan
ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam
meraba, mempelajari, atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang
dihadapinya.
Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan
faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi
pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
persepsi dan motivasi
2. Proses dan
factor yang mempengaruhi persepsi dan motivasi
3. Gangguan
persepsi dan motivasi
4. Coping
behaviour persepsi dan motivasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
a.
Menurut Matlin (1998), persepsi
adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh/mengumpulkan dan
menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera (sensory register).
b. Menurut Davidoff (1981), persepsi
adalah stimulus yang diterima indera oleh individu di organisasikan, kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera.
2.
Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara
lain:
a.
Tahap
pertama
Merupakan
tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan
proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
b.
Tahap kedua
Merupakan
tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf
sensoris.
c.
Tahap ketiga
Merupakan
tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
d.
Tahap
keempat
Merupakan
hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
3.
Faktor Yang
Mempengaruhi Persepsi
Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55)
membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
a.
Faktor
Fungsional
Faktor
Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang
menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
b.
Faktor
Struktural
Faktor
Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap
efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
4.
Gangguan
Persepsi
Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi.
Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:
a.
Halusinasi
atau mava
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada
pancaindera seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin
organik, fungsional psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah
persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
a)
Halusinasi
optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang
dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk, berwarna, dan tidak berwarna.
b)
Halusinasi
auditif/akustik
Halusinasi
yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang, musik dan kejadian
alami.
c)
Halusinasi
olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi
yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
d)
Halusinasi
gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi
yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasatentang sesuatu yang dimakan.
e)
Halusinasi
taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi
yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek, ditiup, dirambati ulat dan
disinari.
f)
Halusinasi
kinestik
Halusinasi
yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa
anggota badannya bergerak sendiri.
g)
Halusinasi
viseral
Halusinasi
yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul ditubuh bagian dalam (mis.
Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
h)
Halusinasi
hipnagonik
Persepsi
sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi sebelum tidur.
i)
Halusinasi
hipnopompik
Persepsi
sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum
bangun tidur.
j)
Halusinasi
histerik
Halusinasi
yang timbulpada neurosis histerik karena konflik emosional.
b.
Ilusi
Ilusi adalah
interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang
sebenarnya sunguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindera. Secara
singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan
daun pisang dilihatnya seperti seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti
ada orang yang memanggil namanya, suara binatang disemak-semak terdengar
seperti ada tangisan bayi.
c.
Depersonalisasi
Depersonalisasi
adalah perasaan yang aneh tentang dirinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak
menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa
dirinya seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan
miliknya lagi.
d.
Derealisasi
Derealisasi
adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan
sebenarnya. Contoh: segala sesuatu dirasakan seperti mimpi.
e.
Gangguan
somatosensorik pada reaksi konversi
Somatosensorik
adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya
suatu konflik emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan sebagian atau seluruh kepekaan indera peraba pada
kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera peraba (seperti ditusuk-tusuk
jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran, makropsia, dan mikropsia.
f.
Gangguan
psikofisiologik
Gangguan
psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi oleh susunan syaraf
yang berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
·
Kulit: radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak
cairan pada kulit.
·
Otot dan tulang: otot tegang sampai kaku dikepala dan
punggung.
·
Alat pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas
berlebihan).
·
Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang
cepat, dan tekanan darah meningkat.
·
Alat pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung,
dll.
g.
Agnosia
Agnosia
adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian
maupun total sebagai akibat kerusakan otak.
5.
Coping
Behavior Gangguan Persepsi
Tingkah laku coping yang berhasil
maka terjadi penyesuaian antara diri individu dengan lingkungannya
(adaptasi). Otto Soemarwoto (1987), mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada tiga
macam, yaitu:
a.
Adaptasi
Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya: orang yang hidup di
lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.
b.
Adaptasi
Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya. Contohnya orang
eskimo yang hidup di daerah dingin
mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.
c.
Adaptasi
kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan melakukan perubahan
pada lingkungan tempat hidup agar
tercapai keseimbangan dengan dirinya. Contohnya penggunaan alat pendingin
ruangan.
Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat
didasarkan pada 2 cara pendekatan:
a.
Pendekatan
pertama, adalah yang dinamakan pandangan konvesional. Bermula dari adanya
rangsang dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan adanya
stimulus ini melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka terhadap
bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu
cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika
sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang
lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai obyek-obyek,
maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara umum pandangan konvensional ini
menganggap persepsi sebagai kumpulan penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita
melihat sebuah benda yang bisa bergerak cepat, punya roda empat maka kumpulan
penginderaan itu akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan
pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa
mengenal benda itu sebagai mobil. Pandangan seperti ini dinamakan juga
pendekatan konstruktivisme. Akan tetapi, aktivitas mengenali obyek atau benda
itu sendiri adalah aktivitas mental, atau disebut juga aktivitas kognisi
(kesadaran yang didapat dari proses kerja pikiran yang dengannya orang akan
waspada terhadap obyek yang ada dalam pikirannya). Maka sebenarnya otak tidak
secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi (tumpukan) pengalaman dan memori,
melainkan aktif untuk menilai, memberi makna, dan sebagainya. Karena adanya
fungsi aktif dari kesadaran manusia, pandangan ini digolongkan juga pada
pandangan fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme, persepsi adalah
kegiatan mengkonstruksikan dari suatu
fungsi.
b.
Pendekatan
kedua, adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson
(Fisher et al, dalam Sarwono 1992), individu tidaklah menciptakan makna-makna
dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah
terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Ia
berpendapat bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat
holistik. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu menjajaki
(eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap obyek
yang ada di lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas
untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson, obyek-obyek atau
stimulus sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk yang mengindera sehingga
akhirnya timbul makna-makna spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari makhluk
lainnya adalah ia bisa mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih
memenuhi keperluanya sendiri.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
a.
Menurut Wahjosumidjo
(1987), motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat
seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis
yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan
yang terjadi pada diri seseorang.
b.
Menurut
Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek, kesiapsediaan dalam
diri individu dalam bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari
atau pun tidak disadari.
Konsep
Dasar Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh Suwanto adalah
sebagai berikut :
1. Model
Tradisional
Untuk
memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif
dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model
Hubungan Manusia
Untuk
memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui
kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
3. Model
Sumber Daya Manusia
Pegawai
dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga
kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.
Teori-teori Motivasi
a. Teori Abraham
Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham
Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid,
orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan
biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan
penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
Tingkat Kebutuhan Dasar Menurut
Teori Maslow
·
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
·
Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
·
Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
·
Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
·
Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
b. Teori Herzberg (Teori dua faktor)
Menurut
Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik).
·
Faktor
higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik).
·
Faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
c. Teori
McGregor
Mengemukakan
dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif). Menurut
teori x empat pengandaian yang dipegang manajer :
1. Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya
tidak menyukai kerja.
2. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus
diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas
semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras
dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
1. Karyawan dapat memandang kerjasama
dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan
diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
3. Rata rata orang akan menerima
tanggung jawab.
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan
inovatif.
d. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Menurut
McClelland (1961), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yaitu
motif primer dan motif sekunder. Motif primer secara alamiah timbul pada setiap
manusia secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan
biologisnya seperti makan, minum, seks, dan kebutuhan-kebutuhan biologis
lainnya. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang timbul karena dorongan dari
luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial.
Selanjutnya
motif sosial ini oleh Clevelland yang dikutip oleh Isnanto Bachtiar Senoadi
(1984), dibedakan menjadi 3 motif, yakni :
a. Motif untuk berprestasi (need for achievement)
b. Motif untuk berafiliasi (need for affiliation)
c. Motif untuk berkuasa (need for power)
2. Proses Motivasi
a.
Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive.
Istilah drive sering digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau
fisiologis. Drive dipandang sebagai pendorong seseorang untuk bertindak. Drive
dapat muncul bila organisme kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive
juga bisa muncul bila ada stimulus dari lingkungan.
b.
Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya
Drive. Sebagai contoh rasa lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat
atau lambat, bila tingkah laku itu berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan
berkurang. Dengan perkataan lain, tingkah laku pencarian makanan oleh manusia,
merupakan alat untuk mendapatkan makanan dan mengurangi dorongan lapar.
c.
Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari
siklus motifasional, yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini
adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada tubuh menimbulkan kebutuhan dan
dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku mencari air minum (tahap II), yang
merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam tubuh
sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi dengan
segera kebutuhan akan air timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali
siklus motifasionalnya.
3.
Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi
Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi
antara lain :
a.
Ciri-ciri
pribadi seseorang.
b.
Tingkat dan
jenis pekerjaan.
c.
Lingkungan
kerja.
4.
Gangguan
Motivasi
a.
Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak
ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini berlarian, meloncat, bahkan
berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol untuk melaukan aktifitas secara
teratur dan tertib, serta suka menganggu teman sekelasnya.
b. Distractibility child
Tipe anak
ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya keberbagai objek lain
dikelas, mudah dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada
kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
c.
Poor self concept
Ciri anak
ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah tersinggung, sikapnya pasif dan
cenderung tidak berani bertanya karena merasa diri tidak mampu dan kurang
bergaul.
d. Impulsive
Ciri anak
ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan
pertanyaan guru, jawaban spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir logis.
Anak ini berteriak pada saat menjawab, ingin menunjukan diri sebagai anak yang
pandai, namun jawaban atau reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya
tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
e.
Distractive behavior
Anak ini
tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka membanting atau melempar.
Anak ini termasuk anak yang bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung
dengan tempramen yang tinggi dan suka merusak.
f.
Dependency
Ciri anak
ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya, ketergantungan ini
dapat disebabkan oleh sikap ibu yang sangat melindungi anak sehingga saat di
sekolahpun harus ditemani oleh ibu.
g. Withdrawl
Ciri anak
ini adalah pemalu dan menganggap dirinya bodoh, sehingga malu pergi kesekolah.
Harga diri rendah yang disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang
tua yang rendah.
h. Underachiever
Anak ini
tidaklah termasuk anak “bodoh”atau “tolol”. Meskipun semangat belajarnya sangat
rendah, sering melipakan PR dan hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini
potensi intelektualnya diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang
serius kepada anak yang berprestasi dibawah kemampuan ini.
i.
Overrachiever
Anak ini
memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dan sering tidak menerima
kritik. Sikapnya agak sombong serta merespon dengan sangat cepat. Anak ini
tidak bisa menerima kegagalan dirinya.
j.
Slow learner
Anak ini
acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan waktu lama untuk
menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya, kalaupun dikerja biasanya tidak
tuntas dan cara berfikirnya lamban.
k. Social interception
Sikap anak ini seperti “cuek” ia
kurang peka terhadap lingkungannya, sulit membaca ekspresi guru dan
teman-temannya. Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-teman
sekitarnya.
5.
Coping
Behaviour Gangguan Motivasi
a.
Motivasi
dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan
menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan
apa yang harus dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman pada
anak buahnya apabila tidak disiplin.
b.
Motivasi
dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan
atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi.
Contoh: mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP
selama 2 semester.
c.
Motivasi
dengan identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu
cara memotivasi dengan menambahkan
kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul
dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persepsi adalah proses pemahaman
ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus
didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa ataupun
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses
kognisi dimulai dari persepsi. Permasalahan atau gangguan persepsi sangat
beragam, diantaranya: halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan
somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologi dan agnosia.
2. Motivasi merupakan keinginan, hasrat
penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi
manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, kepuasan yang terjadi pada
diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh
pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena
motivasi adalah hal menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia
supaya mau bekerjasama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal.
B. Saran
1. Setiap persepsi senantiasa diarahkan
pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan hidup antara satu dengan yang
lain.
2. Saling memberikan motivasi yang
positif harus selalu dipupuk untuk menciptakan semangat dan rasa percaya diri.
3. Persepsi dan motivasi adalah bagian
dari perilaku manusia yang masing-masing memiliki karakter atau ciri khas yang
berbeda. Oleh karena itu perlu dijaga keseimbangan masing
DAFTAR PUSTAKA
·
Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014.
http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-motivasi.html
·
Khadiyanto, Parfi. 2009. Pemahaman tentang Persepsi. http://parfikh
.blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html
·
Korneliz. 2009. Masalah Motivasi dalam Psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
·
Medical Stuff. 2013. Gangguan Persepsi. http://xianide.blogspot.com
/2013/03/gangguan-persepsi_5.html
·
Setiawan, Agus. 2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html
·
Tedjo. 2012. Persepsi dan Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-persepsi.html