Welcome Comments Pictures
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG MUDAH-MUDAHAN BISA BERMANFAAT

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKOLOGI EMOSI, STRESS, DEPRESI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Agar eksistensinya tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami frustasi, stres, dan depresi terutama bagi individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.
Kalau diperhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya selalu gembira, senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya nanti berbeda dengan apa yang diharapkan. Adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, putus asa, menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya hal tersebut membuat seseorang mengalami  suatu gannguan kesehatan. Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam gangguan frustasi, stres, dan depresi ini kita harus tau betul apa yang akan dipelajari dalam hal ini dan bagaimana pemahaman kita terhadap gangguan-gangguan tersebut. Dalam pembahasan ini banyak sekali poin-poin yang bisa kita ambil pelajaran atau sisi positifnya, agar kita tahu masalah yang ada di lingkungan masyarakat mengenai tiga hal tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian frustasi, stres, dan depresi?
2.      Bagaimanakah gejala dari frustasi, stres dan depresi?
3.      Apakah faktor penyebab dari frustasi, stres, dan depresi?
4.      Bagaimanakah cara mengatasi frustasi, stres, dan depresi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  EMOSI
1.                                 Pengertian
Perasaan (feeling) dapat mempuyai dua arti. Secara fisiologis perasaan berarti penginderaan, ia merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti psikologis perasaan mempunyai arti menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal.
Emosi mempunyai arti yang agak berbeda dengan perasaan. Didalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Dengan kata lain, perasan merupakan bagian dari pada emosi. Emosi merupakan suasana kesadaran dari individu.
Menurut beberapa sumber yang penulis baca, banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
1)    Emosi Positif
Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan.
2)    Emosi Negatif
Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dll. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan aktivitas aktivitas positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia” ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi negatif ( yang banyak membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak membawa manfaat ). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.

3.      Jenis dan Ciri-Ciri Emosi
1.      Jenis Emosi
Crider dan kawan-kawan (1983) mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya. Emosi positif adalah emosi yang harus dipupuk dan dikembangkan, sedangkan emosi negatif hendaklah diminimalkan atau dikendalikan sehingga ekspresinya tidak meledak-ledak.
Luella Cole (1963) mengemukakan bahwa ada tiga jenis emosi yang menonjol pada periode remaja, yaitu berikut ini:
a.    Emosi Marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja ialah apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, dipojokkan di hadapan teman-temannya. Remaja yang sudah cukup matang menunjukkan rasa marahnya tidak lagi dengan berkelahi seperti masa kanak-kanak, tetapi lebih memilih menggerutu, mencaci atau dalam bentuk ungkapan verbal lainnya. Kadang-kadang remaja juga melakukan tindakan kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha menekan keinginan untuk bertingkah laku seperti itu.

b.   Emosi Takut
Jenis emosi lain yang sering muncul pada diri remaja adalah emosi takut. Ketakutan tersebut banyak menyangkut dengan ujian yang akan diikuti, sakit, kekurangan uang, rendahnya prestasi, tidak dapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan, keluarga yang kurang harmonis, tidak popular di mata lawan jenis, tidak dapat pacar, memikirkan kondisi fisik yang tidak seperti diharapkan. Ketakutan lain adalah kesepian, kehilangan pegangan agama, perubahan fisik, pengalaman seksual seperti onani dan masturbasi, selalu berkhayal, menemui kegagalan belajar di sekolah dan karir, berbeda dengan teman sebaya, takut terpengaruh teman yang kurang baik, dan diejek dan sebagainya (Cole, 1963; Dusek, J.B, 1970); Medinus, GR Jonson, R.C, 1970).

Menurut Cole (1963), ketakutan yang dialami selama masa remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1)      Ketakutan terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adil dan cenderung menolak di dalam keluarga.
2)      Ketakutan terhadap masalah mendapatkan status baik dalam kelompok sebaya maupun dalam keluarga.
3)      Ketakutan terhadap masalah penyesuaian pendidikan atau pilihan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan cita-cita.
4)      Ketakutan terhadap masalah pilihan jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
5)      Ketakutan terhadap masalah-masalah seks.
6)      Ketakutan terhadap ancaman terhadap keberadaan diri.

 Pada saat akhir masa remaja dan saat memasuki perkembangan dewasa awal, ketakutan atau kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut masalah keuangan, pekerjaan, kemunduran usaha, pendirian/pandangan politik, kepercayaan/agama, perkawinan dan keluarga.
c.    Emosi Cinta
Jenis emosi ketiga yang menonjol pada diri remaja adalah emosi cinta. Emosi ini telah ada semenjak masa bayi dan terus berkembang sampai dewasa. Pada masa remaja, rasa cinta diarahkan pada lawan jenis. Pada masa bayi rasa cinta diarahkan kepada orang tua terutama kepada ibu. Pada masa kanak-kanak (3-5 tahun), rasa cinta diarahkan kepada orang tua yang berbeda jenis kelamin, misalnya anak laki-laki akan jatuh cinta pada ibu dan anak perempuan pada ayah. Pada masa remaja, arah dan objek cinta itu berubah yaitu terhadap teman sebaya yang berlawanan jenis.
Menurut Cole, ada kecenderungan remaja wanita tertarik terhadap sesama jenis berlangsung dalam waktu yang lama. Keadaan ini terlihat dari sikap sayang berlebihan kepada sesama wanita.
Dari pendapat Cole (1963); Dusek (1970), Berzonsky (1981), dapat disimpulkan bahwa ada beberapa situasi yang mendorong remaja putri untuk menyayangi wanita yang lebih tua dari dirinya secara berlebihan, yaitu berikut ini:
1)      Wanita tersebut dirasakan dapat membantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
2)      Wanita itu dapat dijadikan sebagai pengganti ibunya, apabila jauh dari ibunya yang dijadikan figur atau kehilangan kasih sayang dari ibunya mungkin karena perceraian atau meninggal.
3)      Wanita terbut dirasakan sangat menyayanginya, dan ia berasal dari keluarga yang menolak dirinya.
4)      Karena tidak popular di antara teman pria, merasa sangat malu dan takut kepada pria, atau mempunyai pengalaman yang menyakitkan dengan pria.

 Bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berikut ini:
1)      Emosi yang berkaitan dengan perasaan, misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor fisik di luar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan, dan tempat dimana individu itu berbeda.
2)      Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang, dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor kesehatan.
3)      Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya.

2.      Ciri-Ciri Emosi
Syamsu Yusuf (2003) mengemukakan tentang ciri-ciri emosi, yaitu: (a) lebih bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berfikir; (b) bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan (c) banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif.
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:
a.    Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis emosi lainnya. Pengalaman emosional ini kadang–kadang berlangsung tanpa disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti.
b.   Adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu
emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan
tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang lain adalah pada pernafasannya, dan sebagainya.
c.    Emosi diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang
diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan
suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
d.   Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu kegiatan, kendati demikian di antara keduanya merupakan konsep yang berbeda. Motif atau dorongan pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung pada adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu.

4.     Faktor Timbulnya Emosi
1.      Faktor Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka alami antara lain adalah:
a.    Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
b.   Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang tua mereka.
c.    Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong, disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
d.   Merasa tidak mampu atau bodoh.
e.    Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
f.    Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil.
 
2.      Faktor eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi negatif adalah berikut ini.
a.    Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri mereka dilecehkan.
b.   Apabila dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan jenis.
c.    Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan, dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan mengekspresikannya dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki guru, atau masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).
d.   Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan saudaranya yang lebih berprestasi dan lainnya.
e.    Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
f.    Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina.
Beberapa cara untuk meredam emosi adalah berikut ini.
a.         Berpikir positif dalam arti mencoba melihat peristiwa atau kejadian dari sisi positifnya.
b.        Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain. Memahami bahwa orang lain memang berbeda dan tidak dapat memaksakan orang lain berbuat sesuai dengan keinginan sendiri.
c.         Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan orang lain. Mereka mendengarkan apa yang dikemukakan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.
d.        Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri; mereka dapat merasakannya.
e.         Bersabar dan menjadi pemaaf. Menghadapi sesuatu dengan sabar dan kalu orang lain bertindak tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan, mereka akan berusaha memaafkannya.
f.         Alih perhatian, yaitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu permunculan emosi negatif.
B.  STRESS
1 Pengertian Stress
            Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari , perubahan yang memerlukan penyesuaian sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta,  Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.

2. SUMBER STRESS (STRESSOR) PSIKOSOSIAL
Stressor psikososial adalah setiap keadaan/ peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja atau dewasa), sehingga orang itu harus mengadakan adaptasi/ menanggulangi stressor yang timbul. Namun tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan. Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
a)      Perkawinan : pertengkaran, perpisahan, perceraian, ketidaksetiaan, kematian salah satu pasangan dan lain-lain.
b)      Problema orang tua: tidak punya anak/ kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit dan lain sebagainya.
c)      Hubungan interpersonal (antar pribadi): konflik dengan kekasih/ teman/ atasan/ bawahan dan lain sebagainya.
d)     Pekerjaan: mutasi, pekerjaan tidak cocok, pensiun, PHK, pekerjaan terlalu banyak, dan lain-lain.
e)      Lingkungan hidup: kondisi lingkungan yang buruk bagi kesehatan, penggusuran, lingkungan yang rawan kriminal dan lain-lain
f)       Keuangan: terlibat hutang, pendapatan rendah dan lain-lain
g)      Hukum: pengadilan, penjara dan lain-lain
h)      Perkembangan fisik/ mental: pada masa anak-anak, masa remaja, menopause dan lain-lain
i)        Penyakit fisik atau cedera
j)        Faktor keluarga: kondisi keluarga yang tidak baik, dan lain-lain
k)      Lain-lain: bencana alam, kelaparan, perkosaan, kehamilan diluar nikah dan lain-lain.

Sumber stress mungkin bisa membuat stress yang berat terhadap seseorang, namun belum tentu bagi orang lain. Berarti sifat stress itu sendiri sangat individual. Model kepribadian yang rentan mengalami stress antara lain :
·         Orang yang segala sesuatunya ingin sempurna, sangat hati-hati, takut akan penilaian orang lain.
·         Orang yang kecanduan kerja.
·         Orang yang terlalu ambisius.
·         Orang yang kaku dalam proses berpikir.
·         Orang yang impulsive.

3. TAHAPAN STRESS :
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (psikiater)
1.      Stress tahap 1
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
    1. Semangat besar
    2. Penglihatan tajam, tidak sebagaimana biasanya
    3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lain bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis
2.      Stress tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan, sebagai berikut:
    1. Merasa letih sewaktu bangun pagi
    2. Merasa lelah sesudah makan siang
    3. Merasa lelah menjelang sore hari
    4. Terkadang gangguan pada sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar.
    5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
    6. Perasaan tidak bisa santai.
3.      Stress tahap III
Pada tahapan ini keluhan-keluhan semakin nyata/ semakin mengganggu dan sering dikemukakan, antara lain:
    1. Gangguan perut bertambah: maag, diare, dll
    2. Ketegangan otot bertambah
    3. Emosional semakin tegang/ tidak tenang
    4. Insomnia/ gangguan pola tidur
    5. Koordinasi tubuh terganggu (oyong atau serasa mau pingsan)
Tahapan ini individu/ pasien:
·         Sudah harus istirahat/ konsultasi ke dokter
·         Sering dikatakan dokter tidaka ada penyakit, karena tidak ditemukan kelainan fisik
·         Bila dipaksakan terus akan masuk tahap IV
4.      Stress tahap IV
Pada tahap ini, energi tidak cukup lagi untuk mengatasi keadaannya, keluhan-keluhan dan situasi individu, antara lain:
·         Sulit bertahan sepanjang hari
·         Pekerjaan menjadi beban berat dan sulit
·         Respon tidak sesuai/tidak memadai
·         Kegiatan rutin tidak mampu lagi
·         Gangguan tidur dan banyak mimpi tegang
·         Menolak ajakan karena tak bergairah
·         Daya ingat dan konsentarasi menurun
·         Timbul rasa takut/ cemas tanpa sebab
Bila pada tahap ini dibiarkan/ tidak mendapat penanganan, maka akan meningkat ke tahap V
5.      Stress tahap V
Merupakan tahap menjelang klimaks, dengan keluhan-keluhan semakin nyata, antara lain:
·         Kelelahan fisik dan mental semakin dalam
·         Tak mampu mengerjakan hal ringan/ sederhana
·         Gangguan perut semakin berat
·         Cemas/ takut tambah besar sampai bingung/ panik
6.      Stress tahap VI
Merupakan tahapan klimaks dengan keluhan-keluhan antara lain:
·         Jantung berdebar keras
·         Sesak/ megap-megap, badan gemetaran, keringat bercucuran, dingin
·         Hilang tenaga sampai pingsan/ kolaps.
Serangan hebat dengan panik/ takut mati sampai harus di gotong ke UGD/ICCU tetapi akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

4. MANAJEMEN STRESS
Stress dapat dikelola, dengan pengelolaan yang baik stress dapat dihindari atau bahkan dimanfaatkan sehingga menimbulkan dampak yang positif.
A.    Who Am I ?
 Kita harus memahami betul gejala psikofisiologis apa yang yang timbul ketika stress.
B.     Melakukan coping (upaya untuk mengatasi) yang berfokus pada emosi.
  Coping tersebut dapat mengurangi berbagai reaksi emosional negative terhadap    stressor/sumber stress  Contoh : relaksasi, istirahat, rekreasi
C.     Melakukan coping yang berfokus pada masalah.Dengan cara bertindak langsung untuk mencari stressor/sumber stress dan mengatasi masalah/mencari informasi yang dipergunakan unuk menetapkan jalan keluar.

Coping tersebut, antara lain :
1.Mengatur waktu :
-          Susun prioritas waktu di jadual rencana kerja
-          Perhatian dipusatkan pada kegiatan yang sedang dihadapi
-          Kerjakan segalanya satu persatu, bukan beberapa hal sekaligus
-          Bekerjalah dengan kecepatan yang nyaman
-          Tinjau ulang skema kegiatan, dan untuk sasaran yang belum tercapai jadualkan kembali.

2.Mengcounter pikiran negative menjadi pikiran positif
Berpikir positif bukan berpiir apa yang membuat anda sedih, melainkan anda berpikir tentang apa yang terjadi.
3.Pace maker
Target jangka panjang, dibagi menjadi beberapa target pendek.

          5.  UPAYA PENINGKATAN KEKEBALAN TERHADAP STRESS :
1.      Makanan yang berimbang
2.      Tidur/istirahat yang cukup
3.      Olahraga teratur
4.      Hindari rokok
5.      Hindari minuman keras
6.      Berat badan seimbang
7.      Pergaulan yang baik
8.      Mengatur waktu
9.      Kegiatan agama
10.  Rekreasi
11.  Pengelolaan keuangan
12.  Kasih sayang
13.  Relaksasi, meditasi, yoga, doa dan dzikir

 6. Cara Menanggulangi Stress
           
1.      Relaksasi       
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambilmendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2.      Berolahraga
Berolahraga secara teratur membantu anda menurunkan stres dan meningkatkankepercayaan diri, selain yang terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegahpenyakit. Penambahan energi untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung adalah manfaatpenting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil menghirup udara segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.
3.      Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Tak pernah ada larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita danharapan bahkan dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan. Namun perlu diketahui seringkali stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan keinginan atau harapan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merencanakan dan membatasi segala rencana yang dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan dan sumber daya atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam menghadapi kenyataan nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam hidup anda, membuat rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada menerima kenyataan yang akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan anda adalah cara cerdas berteman dan mengatur stres.



4.      Menjadi pribadi
Sungkan dan perasaan hati yang tidak enak untuk menolak atau mengatakan tidak kerap terjadi pada seseorang Belajar menjadi orang yang asertif, yang mampu mengatakan No dan bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No, memang sulit. Kita seringkali merasa tidak dapat menolak permintaan dan akhirnya terpaksa menerima dan kemudian merasa terperangkap dengan permintaan tersebut. Hal tersebut membuat kita merasa marah dan tidak berdaya, lalu berujung pada timbulnya stress. Karena itu, belajar untuk menolak permintaan (jika kita memang tidak sanggup memenuhinya), menjadi sangat penting jikaanda peduli pada kesehatan lahir batin anda.
5.       Manajemen Waktu
6.      Waktu yang selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress. Oleh karena itu manajemen waktu menjadi penting. Beberapa hal yang bisaanda lakukan untuk mengelola waktu dengan baik.
a.       Tentukan hasil akhir dan jadikan skala prioritas anda
b.      Buat daftar pekerjaan dan prioritaskan tugas dan pekerjaan yang utama terlebih dahulu
c.       Buat perencanaan sebelum anda melakukan pekerjaan tersebut. Satu pekerjaan yangdikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan akan lebih efektif daripada andamengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak anda rencanakan terlebih dahulu.
d.      Kerjakan tugas anda sesuai dengan waktu dimana anda merasa produktif. Misal, seseorangakan lebih baik melakukan pekerjaan pada pagi hari dibandingkan sore hari. Batasi pulagangguan seperti adanya tamu serta bunyi telepon selama waktu-waktu produktif anda.
e.       Belajarlah untuk mendelegasikan beberapa tugas andaf. Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.

7.      Positive Thinking
Yakinkan diri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiapkejadian merupakan salah satu caranya. Karena apa yang seseorang pikirkan akanberhubungan langsung pada perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya jugamempengaruhi kinerja dan produktifitasnya.
8.      Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasakecewa. ataupun sekedar membicarakan topik yang hangat, dapat membantu menenangkanhati. Oleh karenanya, anda dapat menurunkan tingkat stress anda dengan berbicara padaseorang pendengar yang baik yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupunmengambil sisi positif dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat menjadipendengar yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang membuat andanyaman untuk berbagi dan bisa dipercaya.

C. DEPRESI
1. Pengertian Depresi
·         Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
·         Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
·         Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

2  Penyebab Depresi

Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
1.      Faktor Biologi 
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
2.      Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.
3.      Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;
·         Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.
·         Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
·         Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
·         Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.
·         Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.
6.      Gejala dan Cara Penanggulangan Depresi
1  Gejala-gejala depresi
a.  Gejala Fisik
Gejala fisik umum yang relative mudah dideteksi sebagai berikut:
1.      Gangguan pola tidur. Misalanya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
2.      Menurunnya tingkat aktivitas. Misalnya, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti  menonton tv, makan dan tidur.
3.      Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
4.      Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
5.      Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negative, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan.
b.  Gejala Psikis

 Adapun tanda-tanda gejala psikis sebagai berikut:
1.      Kehilangan  rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung            memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri sendiri.
2.      Sensitive. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitive sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan.
3.      Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi     orang yang gagal terutama dibidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
4.      Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
5.      Perasaan terbebani 

c.   Gejala social

Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan dan pekerjaan (aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebutyang pada umumnya negative (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih, mudah sakit).


2  Cara menanggulangi depresi

1.  Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
§  Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.
§  MAOIs
§  Tricyclics.
§  SSRIs

2.  Terapi  Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan.
3.  Konseling kelompok dan dukungan social
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil
4.  Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positifyang dapat menghalangi munculnya mood negative adalah dengan berolahraga.
5.  Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
·           Konsumsi kafein secara berkala. 
·           Konsumsi sukrosa (gula) 
·           Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga, magnesium 
·           Kelebihan magnesium
·          Ketidakseimbangan asam amino
·          Alergi makanan
6.  Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.
7.  Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa member I kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita.
8.  Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatanpenyakit.terapi hidrotermal adalah penggunaan efek temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-lain.
Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan/atautermal dari air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun, memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa sakit.

  
BAB III
PENUTUP.
A.                                  Kesimpulan
      Emosi mempunyai arti yang agak berbeda dengan perasaan. Didalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Dengan kata lain, perasan merupakan bagian dari pada emosi. Emosi merupakan suasana kesadaran dari individu.

Stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.



DAFTAR PUSTAKA


Nevid S, Jeffrey., Rathus A, Spencer., dan Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 1 Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:
               CV Mandar Maju.

Atkinson L, Rita., Atkinson C, Richard., Smith E, Edward dan Darky J Bem. 1987. Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara

Miramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
 Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher
0 Responses