MAKALAH KEPERAWATAN PSIKOLOGI EMOSI, STRESS, DEPRESI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan yang sangat pesat, membawa
perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat
yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih
meningkatkan kinerjanya. Agar eksistensinya tetap terjaga, maka setiap individu
akan mengalami frustasi, stres, dan depresi terutama bagi individu yang kurang
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.
Kalau diperhatikan
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam hal yang
terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya selalu gembira,
senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya nanti berbeda dengan
apa yang diharapkan. Adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, putus asa,
menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya hal tersebut membuat
seseorang mengalami suatu gannguan
kesehatan. Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan
di dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam gangguan frustasi,
stres, dan depresi ini kita harus tau betul apa yang akan dipelajari dalam hal
ini dan bagaimana pemahaman kita terhadap gangguan-gangguan tersebut. Dalam
pembahasan ini banyak sekali poin-poin yang bisa kita ambil pelajaran atau sisi
positifnya, agar kita tahu masalah yang ada di lingkungan masyarakat mengenai
tiga hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian frustasi, stres, dan depresi?
2.
Bagaimanakah
gejala dari frustasi, stres dan depresi?
3.
Apakah
faktor penyebab dari frustasi, stres, dan depresi?
4.
Bagaimanakah
cara mengatasi frustasi, stres, dan depresi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
EMOSI
1.
Pengertian
Perasaan
(feeling) dapat mempuyai dua arti. Secara fisiologis perasaan berarti
penginderaan, ia merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak
dengan dunia luar. Dalam arti psikologis perasaan mempunyai arti menilai, yaitu
penilaian terhadap sesuatu hal.
Emosi
mempunyai arti yang agak berbeda dengan perasaan. Didalam pengertian emosi
sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Emosi dapat timbul
dari kombinasi beberapa perasaan. Dengan kata lain, perasan merupakan bagian
dari pada emosi. Emosi merupakan suasana kesadaran dari individu.
Menurut beberapa sumber yang penulis baca, banyak
darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi
negatif.
1) Emosi Positif
Emosi positif adalah
emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang
mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta,
harapan, romansa, keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang dilakukan oleh
para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan.
2) Emosi Negatif
Emosi negatif
merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan
dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Diantara
yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah,
dll. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap
luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan
aktivitas aktivitas positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak
buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia”
ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi
negatif ( yang banyak membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak
membawa manfaat ). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa
menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.
3. Jenis dan Ciri-Ciri Emosi
1. Jenis Emosi
Crider dan kawan-kawan (1983) mengemukakan dua jenis
emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif (emosi yang
menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang
mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan
sebagainya. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang
menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah
sedih, marah, benci, takut dan sebagainya. Emosi positif adalah emosi yang
harus dipupuk dan dikembangkan, sedangkan emosi negatif hendaklah diminimalkan
atau dikendalikan sehingga ekspresinya tidak meledak-ledak.
Luella Cole (1963) mengemukakan bahwa ada tiga jenis
emosi yang menonjol pada periode remaja, yaitu berikut ini:
a. Emosi Marah
Emosi marah lebih mudah
timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya dalam kehidupan remaja.
Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja ialah apabila mereka direndahkan,
dipermalukan, dihina, dipojokkan di hadapan teman-temannya. Remaja yang sudah
cukup matang menunjukkan rasa marahnya tidak lagi dengan berkelahi seperti masa
kanak-kanak, tetapi lebih memilih menggerutu, mencaci atau dalam bentuk
ungkapan verbal lainnya. Kadang-kadang remaja juga melakukan tindakan kekerasan
dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha menekan keinginan
untuk bertingkah laku seperti itu.
b. Emosi Takut
Jenis emosi lain yang
sering muncul pada diri remaja adalah emosi takut. Ketakutan tersebut banyak
menyangkut dengan ujian yang akan diikuti, sakit, kekurangan uang, rendahnya
prestasi, tidak dapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan, keluarga yang kurang
harmonis, tidak popular di mata lawan jenis, tidak dapat pacar, memikirkan
kondisi fisik yang tidak seperti diharapkan. Ketakutan lain adalah kesepian,
kehilangan pegangan agama, perubahan fisik, pengalaman seksual seperti onani
dan masturbasi, selalu berkhayal, menemui kegagalan belajar di sekolah dan
karir, berbeda dengan teman sebaya, takut terpengaruh teman yang kurang baik,
dan diejek dan sebagainya (Cole, 1963; Dusek, J.B, 1970); Medinus, GR Jonson,
R.C, 1970).
Menurut Cole (1963),
ketakutan yang dialami selama masa remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ketakutan
terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adil dan cenderung menolak di
dalam keluarga.
2) Ketakutan
terhadap masalah mendapatkan status baik dalam kelompok sebaya maupun dalam
keluarga.
3) Ketakutan
terhadap masalah penyesuaian pendidikan atau pilihan pendidikan yang sesuai
dengan kemampuan dan cita-cita.
4) Ketakutan
terhadap masalah pilihan jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
5) Ketakutan
terhadap masalah-masalah seks.
6) Ketakutan
terhadap ancaman terhadap keberadaan diri.
Pada saat akhir masa
remaja dan saat memasuki perkembangan dewasa awal, ketakutan atau kecemasan
yang baru muncul adalah menyangkut masalah keuangan, pekerjaan, kemunduran
usaha, pendirian/pandangan politik, kepercayaan/agama, perkawinan dan keluarga.
c. Emosi Cinta
Jenis emosi ketiga yang
menonjol pada diri remaja adalah emosi cinta. Emosi ini telah ada semenjak masa
bayi dan terus berkembang sampai dewasa. Pada masa remaja, rasa cinta diarahkan
pada lawan jenis. Pada masa bayi rasa cinta diarahkan kepada orang tua terutama
kepada ibu. Pada masa kanak-kanak (3-5 tahun), rasa cinta diarahkan kepada
orang tua yang berbeda jenis kelamin, misalnya anak laki-laki akan jatuh cinta
pada ibu dan anak perempuan pada ayah. Pada masa remaja, arah dan objek cinta
itu berubah yaitu terhadap teman sebaya yang berlawanan jenis.
Menurut Cole, ada
kecenderungan remaja wanita tertarik terhadap sesama jenis berlangsung dalam
waktu yang lama. Keadaan ini terlihat dari sikap sayang berlebihan kepada
sesama wanita.
Dari pendapat Cole
(1963); Dusek (1970), Berzonsky (1981), dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
situasi yang mendorong remaja putri untuk menyayangi wanita yang lebih tua dari
dirinya secara berlebihan, yaitu berikut ini:
1) Wanita
tersebut dirasakan dapat membantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
2) Wanita
itu dapat dijadikan sebagai pengganti ibunya, apabila jauh dari ibunya yang dijadikan
figur atau kehilangan kasih sayang dari ibunya mungkin karena perceraian atau
meninggal.
3) Wanita
terbut dirasakan sangat menyayanginya, dan ia berasal dari keluarga yang
menolak dirinya.
4) Karena
tidak popular di antara teman pria, merasa sangat malu dan takut kepada pria,
atau mempunyai pengalaman yang menyakitkan dengan pria.
Bila dilihat dari sebab
dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
berikut ini:
1) Emosi
yang berkaitan dengan perasaan, misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk
dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena
faktor fisik di luar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan, dan tempat
dimana individu itu berbeda.
2) Emosi
yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang, dan
sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor
kesehatan.
3) Emosi
yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang, benci
dan sejenisnya.
2. Ciri-Ciri
Emosi
Syamsu Yusuf (2003) mengemukakan tentang ciri-ciri
emosi, yaitu: (a) lebih bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis
lainnya seperti pengamatan dan berfikir; (b) bersifat fluktuatif atau tidak
tetap, dan (c) banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
dan subyektif.
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:
a. Pengalaman
emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang memegang peranan
penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis emosi lainnya.
Pengalaman emosional ini kadang–kadang berlangsung tanpa disadari dan tidak
dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada sesuatu yang
sesungguhnya tidak perlu ditakuti.
b. Adanya perubahan
aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu
emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan
tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang lain adalah pada pernafasannya, dan sebagainya.
emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan
tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang lain adalah pada pernafasannya, dan sebagainya.
c. Emosi
diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang
diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan
suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan
suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
d. Emosi sebagai
motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu kegiatan, kendati
demikian di antara keduanya merupakan konsep yang berbeda. Motif atau dorongan
pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung pada adanya perubahan dalam
irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih bergantung pada situasi merangsang
dan arti signifikansi personalnya bagi individu.
4. Faktor
Timbulnya Emosi
1. Faktor
Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan
apa yang dirasakan seseorang secara individu. Mereka merasa tidak puas, benci
terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka
alami antara lain adalah:
a. Merasa tidak
terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan,
kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
b. Merasa dibenci,
disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang
tua mereka.
c. Merasa lebih
banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong,
disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
d. Merasa tidak mampu
atau bodoh.
e. Merasa tidak
menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering
bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
f. Merasa
menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara
tidak adil.
2. Faktor
eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang
mempengaruhi emosi negatif adalah berikut ini.
a. Orang tua
atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri
mereka dilecehkan.
b. Apabila dirintangi,
anak membina keakraban dengan lawan jenis.
c. Terlalu
banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan,
dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan
mengekspresikannya dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki
guru, atau masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).
d. Disikapi secara
tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan saudaranya
yang lebih berprestasi dan lainnya.
e. Merasa
kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
f. Merasa
disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum
dan dihina.
Beberapa
cara untuk meredam emosi adalah berikut ini.
a.
Berpikir positif dalam arti mencoba melihat peristiwa
atau kejadian dari sisi positifnya.
b.
Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain.
Memahami bahwa orang lain memang berbeda dan tidak dapat memaksakan orang lain
berbuat sesuai dengan keinginan sendiri.
c.
Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan orang lain.
Mereka mendengarkan apa yang dikemukakan orang lain dan mengakui kelebihan
orang lain.
d.
Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang
sama terjadi pada diri sendiri; mereka dapat merasakannya.
e.
Bersabar dan menjadi pemaaf. Menghadapi sesuatu dengan
sabar dan kalu orang lain bertindak tidak sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, mereka akan berusaha memaafkannya.
f.
Alih perhatian, yaitu mencoba mengalihkan perhatian
pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu permunculan emosi negatif.
B.
STRESS
1 Pengertian Stress
Stress adalah suatu
ketidakseimbangan diri atau jiwa
dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari , perubahan yang memerlukan penyesuaian sering dianggap sebagai kejadian
atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit
atau kematian orang yang
dicintai, putus cinta, Perubahan positif juga dapat menimbulkan
stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
2. SUMBER STRESS (STRESSOR) PSIKOSOSIAL
Stressor
psikososial adalah setiap keadaan/ peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja atau dewasa), sehingga orang itu harus mengadakan
adaptasi/ menanggulangi stressor yang timbul. Namun tidak semua orang
mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah
keluhan-keluhan kejiwaan. Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai
berikut:
a) Perkawinan : pertengkaran, perpisahan,
perceraian, ketidaksetiaan, kematian salah satu pasangan dan lain-lain.
b) Problema orang tua: tidak punya anak/
kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit dan lain sebagainya.
c) Hubungan interpersonal (antar pribadi):
konflik dengan kekasih/ teman/ atasan/ bawahan dan lain sebagainya.
d) Pekerjaan: mutasi, pekerjaan tidak cocok,
pensiun, PHK, pekerjaan terlalu banyak, dan lain-lain.
e) Lingkungan hidup: kondisi lingkungan yang
buruk bagi kesehatan, penggusuran, lingkungan yang rawan kriminal dan lain-lain
f) Keuangan: terlibat hutang, pendapatan
rendah dan lain-lain
g) Hukum: pengadilan, penjara dan lain-lain
h) Perkembangan fisik/ mental: pada masa
anak-anak, masa remaja,
menopause dan lain-lain
i)
Penyakit
fisik atau cedera
j)
Faktor
keluarga: kondisi keluarga yang tidak baik, dan lain-lain
k) Lain-lain: bencana alam, kelaparan,
perkosaan, kehamilan diluar nikah dan lain-lain.
Sumber stress mungkin bisa membuat stress yang berat terhadap seseorang,
namun belum tentu bagi orang lain. Berarti sifat stress itu sendiri sangat
individual. Model kepribadian yang rentan mengalami stress antara lain
:
·
Orang yang segala sesuatunya ingin sempurna, sangat
hati-hati, takut akan penilaian orang lain.
·
Orang yang kecanduan kerja.
·
Orang yang terlalu ambisius.
·
Orang yang kaku dalam proses berpikir.
·
Orang yang impulsive.
3. TAHAPAN STRESS
:
Menurut Dr. Robert J. Van
Amberg (psikiater)
1. Stress tahap 1
Tahapan ini merupakan tingkat
stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan
sebagai berikut:
- Semangat besar
- Penglihatan tajam, tidak sebagaimana biasanya
- Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya
Tahapan ini biasanya
menyenangkan dan orang lain
bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang
menipis
2. Stress tahap II
Dalam tahapan ini dampak
stress yang menyenangan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan, sebagai berikut:
- Merasa letih sewaktu bangun pagi
- Merasa lelah sesudah makan siang
- Merasa lelah menjelang sore hari
- Terkadang gangguan pada sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar.
- Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
- Perasaan tidak bisa santai.
3. Stress tahap III
Pada tahapan ini
keluhan-keluhan semakin nyata/ semakin mengganggu dan sering dikemukakan,
antara lain:
- Gangguan perut bertambah: maag, diare, dll
- Ketegangan otot bertambah
- Emosional semakin tegang/ tidak tenang
- Insomnia/ gangguan pola tidur
- Koordinasi tubuh terganggu (oyong atau serasa mau pingsan)
Tahapan ini individu/ pasien:
·
Sudah
harus istirahat/ konsultasi ke dokter
·
Sering
dikatakan dokter tidaka ada
penyakit, karena tidak ditemukan kelainan fisik
·
Bila
dipaksakan terus akan masuk tahap IV
4. Stress tahap IV
Pada tahap ini, energi tidak
cukup lagi
untuk mengatasi keadaannya, keluhan-keluhan dan situasi individu, antara lain:
·
Sulit
bertahan sepanjang hari
·
Pekerjaan
menjadi beban berat dan sulit
·
Respon
tidak sesuai/tidak memadai
·
Kegiatan
rutin tidak mampu lagi
·
Gangguan
tidur dan banyak mimpi tegang
·
Menolak
ajakan karena tak bergairah
·
Daya
ingat dan konsentarasi menurun
·
Timbul
rasa takut/ cemas tanpa sebab
Bila pada tahap ini dibiarkan/
tidak mendapat penanganan, maka akan meningkat ke tahap V
5. Stress tahap V
Merupakan tahap menjelang
klimaks, dengan keluhan-keluhan semakin nyata, antara lain:
·
Kelelahan
fisik dan mental semakin dalam
·
Tak
mampu mengerjakan hal ringan/ sederhana
·
Gangguan
perut semakin berat
·
Cemas/
takut tambah besar sampai bingung/ panik
6. Stress tahap VI
Merupakan tahapan klimaks
dengan keluhan-keluhan antara lain:
·
Jantung
berdebar keras
·
Sesak/
megap-megap, badan gemetaran, keringat bercucuran, dingin
·
Hilang
tenaga sampai pingsan/ kolaps.
Serangan hebat dengan panik/
takut mati sampai harus di gotong ke UGD/ICCU tetapi akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
4. MANAJEMEN STRESS
Stress dapat dikelola, dengan pengelolaan yang baik stress dapat
dihindari atau bahkan dimanfaatkan sehingga menimbulkan dampak yang positif.
A.
Who Am I ?
Kita harus memahami betul gejala
psikofisiologis apa yang yang timbul ketika stress.
B.
Melakukan coping (upaya untuk mengatasi) yang berfokus
pada emosi.
Coping tersebut dapat mengurangi
berbagai reaksi emosional negative terhadap
stressor/sumber stress Contoh :
relaksasi, istirahat, rekreasi
C.
Melakukan coping yang berfokus pada masalah.Dengan cara
bertindak langsung untuk mencari stressor/sumber stress dan mengatasi
masalah/mencari informasi yang dipergunakan unuk menetapkan jalan keluar.
Coping tersebut, antara lain :
1.Mengatur waktu :
-
Susun prioritas waktu di jadual rencana kerja
-
Perhatian dipusatkan pada kegiatan yang sedang dihadapi
-
Kerjakan segalanya satu persatu, bukan beberapa hal
sekaligus
-
Bekerjalah dengan kecepatan yang nyaman
-
Tinjau ulang skema kegiatan, dan untuk sasaran yang
belum tercapai jadualkan kembali.
2.Mengcounter pikiran negative
menjadi pikiran positif
Berpikir positif bukan berpiir apa yang membuat anda sedih, melainkan
anda berpikir tentang apa yang terjadi.
3.Pace maker
Target jangka panjang, dibagi menjadi beberapa target pendek.
5.
UPAYA PENINGKATAN KEKEBALAN
TERHADAP STRESS :
1.
Makanan yang berimbang
2.
Tidur/istirahat yang cukup
3.
Olahraga teratur
4.
Hindari rokok
5.
Hindari minuman keras
6.
Berat badan seimbang
7.
Pergaulan yang baik
8.
Mengatur waktu
9.
Kegiatan agama
10. Rekreasi
11. Pengelolaan
keuangan
12. Kasih
sayang
13. Relaksasi,
meditasi, yoga, doa dan dzikir
6. Cara Menanggulangi Stress
1.
Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan.
Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan
pelemasan, pijat, sambilmendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau
alunan ayat suci.
2.
Berolahraga
Berolahraga secara teratur membantu anda menurunkan stres dan
meningkatkankepercayaan diri, selain yang terpenting dapat meningkatkan
kekebalan tubuh dan mencegahpenyakit. Penambahan energi untuk beraktifitas,
peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia dan keyakinan diri
serta penurunan risiko serangan jantung adalah manfaatpenting olahraga.
Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil menghirup udara
segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.
3.
Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Tak pernah ada larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu.
Cita-cita danharapan bahkan dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan. Namun
perlu diketahui seringkali stress muncul akibat ketidakmampuan menerima
kenyataan yang berbeda dengan keinginan atau harapan.
Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk merencanakan dan membatasi segala rencana yang dibuat dengan mempertimbangkan
kemampuan dan sumber daya atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam
menghadapi kenyataan nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam
hidup anda, membuat rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada
menerima kenyataan yang akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan
anda adalah cara cerdas berteman dan mengatur stres.
4.
Menjadi pribadi
Sungkan dan perasaan hati yang tidak enak untuk menolak atau mengatakan
tidak kerap terjadi pada seseorang Belajar menjadi orang yang asertif,
yang mampu mengatakan No dan bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No,
memang sulit. Kita seringkali merasa tidak dapat menolak permintaan dan
akhirnya terpaksa menerima dan kemudian merasa terperangkap dengan permintaan
tersebut. Hal tersebut membuat kita merasa marah dan tidak berdaya, lalu
berujung pada timbulnya stress. Karena itu, belajar untuk
menolak permintaan (jika kita memang tidak sanggup memenuhinya), menjadi
sangat penting jikaanda peduli pada
kesehatan lahir batin anda.
5.
Manajemen
Waktu
6.
Waktu yang selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan
stress. Oleh karena itu manajemen waktu menjadi penting. Beberapa hal yang
bisaanda lakukan untuk mengelola waktu
dengan baik.
a.
Tentukan hasil akhir dan jadikan skala prioritas anda
b.
Buat daftar pekerjaan dan prioritaskan tugas dan
pekerjaan yang utama terlebih dahulu
c.
Buat perencanaan sebelum anda melakukan pekerjaan
tersebut. Satu pekerjaan yangdikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan
akan lebih efektif daripada andamengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak
anda rencanakan terlebih dahulu.
d.
Kerjakan tugas anda sesuai dengan waktu dimana anda
merasa produktif. Misal, seseorangakan lebih baik melakukan pekerjaan pada pagi
hari dibandingkan sore hari. Batasi pulagangguan seperti adanya tamu serta
bunyi telepon selama waktu-waktu produktif anda.
e.
Belajarlah untuk mendelegasikan beberapa tugas andaf.
Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
7.
Positive Thinking
Yakinkan diri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari
setiapkejadian merupakan salah satu
caranya. Karena apa yang seseorang pikirkan akanberhubungan langsung pada
perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya jugamempengaruhi
kinerja dan produktifitasnya.
8.
Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat
merasakecewa. ataupun sekedar membicarakan topik yang hangat, dapat membantu
menenangkanhati. Oleh karenanya, anda dapat
menurunkan tingkat stress anda dengan berbicara padaseorang pendengar yang
baik yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupunmengambil sisi
positif dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat
menjadipendengar yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang
membuat andanyaman untuk berbagi dan bisa dipercaya.
C. DEPRESI
1. Pengertian
Depresi
·
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
·
Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang
psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang
sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi
dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
·
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh;
rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma
psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.
2 Penyebab Depresi
Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi.
Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan
penyebab dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko
sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya
1. Faktor
Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
2. Faktor
Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang
signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian
anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah
50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.
3. Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti
oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi
antara lain;
·
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik
menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan
sering mendahului episode gangguan mood.
·
Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk
kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang
dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipetipe
kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko
yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
·
Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan
antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien
depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek
yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk
melepaskan diri terhadap objek yang hilang. depresi sebagai suatu efek yang
dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila
pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang
dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
·
Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang
secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat
dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali
untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak
berdaya.
·
Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada
depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola
kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a)
Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri
sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,
c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi
adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.
6. Gejala dan Cara Penanggulangan
Depresi
1 Gejala-gejala
depresi
a. Gejala Fisik
Gejala fisik umum yang relative mudah dideteksi sebagai berikut:
1. Gangguan
pola tidur. Misalanya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
2. Menurunnya
tingkat aktivitas. Misalnya, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain
seperti menonton tv, makan dan tidur.
3. Menurunnya
efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit
memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.sehingga,
mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
4. Menurunnya
produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau
seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan
kepuasan atas apa yang dilakukannya.
5. Mudah
merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negative, maka jelas akan membuat
letih karena membebani pikiran dan perasaan.
b. Gejala Psikis
Adapun tanda-tanda gejala psikis sebagai berikut:
1. Kehilangan
rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi
cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri sendiri.
2. Sensitive.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan
dirinya. Perasaannya sensitive sekali, sehingga sering peristiwa yang netral
jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan
disalahartikan.
3. Merasa
diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa
menjadi orang yang gagal terutama dibidang atau
lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
4. Perasaan
bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang
mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai
suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab
yang seharusnya dikerjakan.
5. Perasaan
terbebani
c. Gejala social
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi
lingkungan dan pekerjaan (aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan
tentu akan bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebutyang pada
umumnya negative (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih,
mudah sakit).
2 Cara menanggulangi
depresi
1. Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
§ Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan
untuk mengobati gangguan bipolar.
§ MAOIs
§ Tricyclics.
§ SSRIs
2. Terapi Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang
berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit
kejiwaan.
3. Konseling kelompok dan dukungan social
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang
dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus
dalam kelompok kecil
4. Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan
disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang
dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positifyang dapat
menghalangi munculnya mood negative adalah dengan berolahraga.
5. Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah
yaitu:
·
Konsumsi kafein secara berkala.
·
Konsumsi sukrosa (gula)
·
Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga,
magnesium
·
Kelebihan magnesium
·
Ketidakseimbangan asam amino
·
Alergi makanan
6. Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan
sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons lebih baik terhadap
pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan,
sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.
7. Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama
dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat
dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi
penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu
untuk berdoa member I kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan
jalan arus hidup kita.
8. Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatanpenyakit.terapi
hidrotermal adalah penggunaan efek temperature air misalnya mandi air panas,
sauna, dan lain-lain.
Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan/atautermal dari
air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan
rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun,
memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa sakit.
BAB III
PENUTUP.
A.
Kesimpulan
Emosi mempunyai arti yang agak berbeda dengan
perasaan. Didalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang
mendalam (intense). Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Dengan
kata lain, perasan merupakan bagian dari pada emosi. Emosi merupakan suasana kesadaran
dari individu.
Stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik
maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di
akibatkan karena stres, disebut strain.
Depresi adalah
suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila
kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial
sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa
gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan
setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas
beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab
utama kejadian bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid S,
Jeffrey., Rathus A, Spencer., dan Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 1 Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual.
Bandung:
CV Mandar Maju.
Atkinson L,
Rita., Atkinson C, Richard., Smith E, Edward dan Darky J Bem. 1987. Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara
Miramis,
W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Calvin S. Hall.
1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher